Selasa, 15 April 2014
Di Balik Bungkusan Buah Pir
Di era supermarket 24 jam dan buah yang tersedian di segala musim, saat ini masyarakat tidak terhubung dengan kenyataan di balik makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Rak sayuran dan buah yang selalu penuh membuat kita berhenti menanyakan dari mana makanan ini berasal, bagaimana produksinya dan mengapa dibungkus sedemikian rupa. Buah pir misalnya, yang umumnya dibungkus dengan tisu kertas, namun pernahkan Anda menanyakan mengapa demikian? Sebuah invstigasi oleh FastCo. design mengemukakan dunia yang kompleks dibalik pengemasan buah pir.
Buah pir merupakan buah yang sensitif. Tanpa pengemasan yang cermat, buah pir akan rusak dan lebam sehingga penampilannya menjadi kurang menarik. Buah pir juga rentan terhadap kondisi yang oksidasi, jamur dan cenderung menyebar cepat bila buah pir diletakkan berdekatan satu dengan yang lainnya.
Agar keuntungan tetap terjaga, petani buah pir memikirkan bagaimana caranya agar buah pir bisa sampai ke tujuan tanpa rusak. Di tahun 1900an, petani mulai membungkus buah pir dengan membungkus kertas yang berbasis minya. Minyak memperlambat oksidasi dan mengurangi kesempatan lebam pada buah. Namun seiring dengan industri kimia yang berkembang sehingga model pembungkus ini digantikan dengan yang lainnya.
Saat ini kertas pembungkusnya terkandung pestisida yang disebut ethoxyquin, tembaga yang membantu menghentikan menyebarkanya jamur. Meskipun disetujui oleh U.S. Environmental Protection Agency, bahan pestisida ini dilarang di Europa dan Australia.
Hal ini mengarah ke konflik kepentingan di satu sisi, membuang sisa makanan berada di luar kendali di negara-negara maju. Supermarket membuang jumlah mengejutkan dari makanan yang dapat dimakan hanya karena itu tidak "menarik." Di sisi lain, ada pertimbangan kesehatan pengepakan pir. Pengepakan buah pir hampir selalu perempuan (karena tangan mereka lebih kecil). Mereka terkena kontak langsung dengan kertas yang sarat bahan kimia setiap hari. Semua ini hanya karena kita takut beberapa memar pada buah pir.
Rabu, 11 September 2013
Masa Depan Pertanian di Tangan Generasi Muda
Masa depan pertanian bergantung dari generasi muda yang membuat mereka menyadari bahwa karir di sektor pertanian merupakan karir yang modern dan menantang.
Perubahan iklim mengancam produksi pertanian dunia, di sisi lain populasi semakin bertambah dan permintaan pangan juga meningkat. Perlunya untuk meningkatkan kemandirian pangan.
Hal ini memerlukan pengusaha teknis cerdas yang siap untuk menyeimbangkan risiko dan imbalan sehingga mereka dapat memberikan makanan yang dibutuhkan.
Masuk ke pertanian, bagaimanapun, adalah jauh dari mudah. Bagi calon pengusaha yang ingin bertani pada dengan dana mereka sendiri, harga tanah saat ini menimbulkan tantangan. Dengan harga tanah yang semakin meroket, tidak mudah mengakses tanah untuk kebutuhan pertanian.
Dari sisi minat di bidang pertanian sendiri juga menurun. Meskipun pemerintah Indonesia menyediakan beasiswa di bidang pertanian, namun sayangnya, setiap tahun penyerapan beasiswa tersebut belum optimal. "Beasiswa di prodi-prodi teknik, sains, dan pertanian yang kita siapkan tidak pernah habis, selalu tersisa karena sepi peminatnya. Akhirnya sering kita alihkan untuk jurusan lain," kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Djoko Santoso di sela-sela acara pemberian beasiswa Rajawali Foundation kepada dosen dan mahasiswa Institut Teknologi DEL, Tobasa, Sumatra Utara, Sabtu (7/9).
Penyerapan beasiswa yang rendah itu, kata Djoko tidak lepas dari masih rendahnya minat generasi muda Indonesia dalam menekuni ketiga bidang tersebut. "Jumlah generasi muda peminat bidang-bidang sains,teknik, dan pertanian sendiri masih rendah di S1, bahkan sejak di jenjang sekolah menengah," ungkap Mantan Rektor ITB itu. " Populasi mahasiswa di bidang sains hanya 3 persen, teknik 11 persen, dan pertanian 3,5 persen," tambah Djoko.
Institut Pertanian Bogor rupanya sudah mulai merasakan dampaknya sejak beberapa tahun yang lalu. Rektor IPB Herry Suhardiyanto ketika mewisuda 1.059 lulusan IPB Tahap II Tahun Akademik 2008/2009 pada akhir Februari 2009, juga sempat menyampaikan fenomena turunnya minat generasi muda untuk belajar di perguruan tinggi pertanian itu.
Menurut dia, masa depan pembangunan pertanian Indonesia dihadapkan pada persoalan penurunan minat belajar generasi muda terhadap bidang ilmu pertanian, khususnya pada berbagai program studi bidang pertanian di pelbagai universitas di daerah.
"Penurunan minat tersebut memang tidak terjadi di IPB, tetapi IPB memiliki tanggungjawab moral untuk ikut mengatasi masalah itu. Sebagai gambaran, hasil seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) 2008 menunjukkan masih ada 2.894 kursi kosong pada program studi bidang pertanian di 47 perguruan tinggi negeri," katanya.
Turunnya minat calon mahasiswa ke bidang pertanian, kata dia, bukan hanya terjadi pada 2008. Sebanyak 45,23% bidang studi yang terkait pertanian, daya tampungnya tidak terpenuhi pada 2007.
"Kita tidak boleh membiarkan hal ini berlangsung terus. Jika tidak, 5 tahun - 10 tahun ke depan Indonesia akan sulit mendapatkan calon mahasiswa berkualitas karena ini akan berimplikasi pada lemahnya sumber daya manusia (SDM) yang merupakan tulang punggung pembangunan pertanian," kata rektor.
Sementara itu, guru besar IPB MA Chozin, saat menjabat Wakil Rektor I IPB pada 2006 juga pernah mengungkap turunnya jumlah calon mahasiswa yang berminat melanjutkan studi di bidang pertanian. Indikasi itu nampak dari penurunan calon mahasiswa yang mendaftar masuk ke IPB selama lima tahun terakhir.
"Kondisi itu sejalan menurunnya minat siswa SMA untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi secara keseluruhan di Indonesia. Bukan hanya di IPB, tapi di seluruh perguruan tinggi di Indonesia, khususnya pada bidang-bidang studi yang berkaitan dengan pertanian," katanya.
Bahkan, menurut dia, berdasarkan data dari Departemen Pendidikan Nasional, sejak 2005 hingga Juni 2006 ada sekitar 40 fakultas pertanian yang ditutup akibat kekurangan peminat.
Chozin menduga generasi muda sekarang tidak lagi tertarik pada bidang pertanian dan lebih memilih bidang lainnya. "Perlu peran media massa untuk memginformasikan kepada masyarakat, khususnya generasi muda mengenai kemajuan bidang pertanian."
Dia berharap minat generasi muda terhadap bidang pertanian kembali meningkat, apalagi Indonesia dikenal sebagai bangsa agraris-maritim dan memberi kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional.
Sumber: berbagai sumber
Jumat, 09 Agustus 2013
Ilmuwan Menumbuhkan Burger di Laboratorium
Ilmuwan dari Maastricht University, Dr Mark Post, menumbuhkan burger seharga 250.000 euro yang dikembangkan dari daging di laboratoriumnya.
Burger ini terbuat dari puluhan ribu helai protein tumbuh, di piring petri, dari sel induk sapi.
Daging tumbuh di piring kultur di laboratorium bisa suatu hari menjadi alternatif untuk daging dari ternak. Daging yang dibudayakan ini memiliki potensi untuk memberi makan populasi manusia di dunia berkembang tanpa dampak lingkungan
Memenuhi kebutuhan daging dari semua jenis berarti 30% dari permukaan bumi dapat digunakan ditutupi oleh padang rumput untuk hewan, dibandingkan dengan hanya 4% dari permukaan yang digunakan untuk memberi makan manusia secara langsung. Total biomassa ternak hampir dua kali lipat dari orang-orang di planet ini dan menyumbang 5% dari emisi CO2 dan 40% dari emisi metana - sebuah gas rumah kaca yang jauh lebih kuat. Pada 2060, populasi manusia diperkirakan akan meningkat menjadi 9,5 miliar dan, dengan meningkatnya permintaan daging dari berkembang pesat populasi, misalnya, Cina dan India, pasar dalam daging diperkirakan akan dua kali lipat pada pertengahan abad ini. Jika jumlah daging yang kita produksi ganda, ternak bisa bertanggung jawab untuk setengah sebanyak dampak iklim seperti semua dunia mobil, truk dan pesawat terbang. Dengan tingginya permintaan daging di dunia, perlu untuk memikirkan pangan alternatif.
Bahwa daging tumbuh lab memiliki potensi untuk mengurangi penderitaan hewan adalah kepentingan banyak kelompok kesejahteraan hewan. People for the Ethical Treatment for Animals telah menawarkan hadiah $ 1 juta untuk organisasi pertama untuk memproduksi daging ayam buatan.
Selain itu daging buatan ini – kultur sel bukan teknologi murah dan burgernya telah mengambil tim peneliti bertahun-tahun untuk membuat. Setiap daging berbudaya untuk dijual kepada publik juga akan perlu safe.Then terbukti ada kegelisahan publik potensial yang terkait dengan teknologi. Seperti semua teknologi baru, itu akan memberi orang jeda untuk berpikir, tapi, bila dibandingkan dengan beberapa pertanian modern dan pengolahan makanan.
sumber: theguardian.com
Minggu, 04 Agustus 2013
Spiritualitas Konsumsi dan Makanan

Menjaga asupan makanan, baik dari sisi porsi dan asal makanan, penting dalam mendukung kesehatan kita, kelestarian lingkungan dan meningkatkan spiritualitas kita. Ketiga komponen ini rupanya saling terkait.
Bulan Ramadan tidak lepas dari konsumsi makanan. Bahkan pada bulan ini permintaan akan konsumi makanan lebih besar daripada hari-hari biasa. Sebut saja makanan takjil sebagai pembuka puasa, acara-buka puasa dan syukuran yang meningkat dalam rangka menyambut dan merayakan bulan Ramadan ini.
Meskipun demikian harus menjaga keseimbangan asupan makanan. Makanan ditujukan untuk memberikan tenaga dan vitalitas bagi tubuh. Porsi makanan diukur tepat, dan jenis makanan pada saat yang tepat maka akan membantu tubuh menjagi regeneratif. Sering kita mendengar dari sekitar kita, bulan puasa berat badan tambah meningkat. Hal ini tidak selalu kita tanggapi negatif karena bila penambahan berat badan memang menunjang kesehatan individu yang bersangkutan, namun bila malah sebaliknya mungkin kita perlu mengevaluasi asupan dan jenis makanan yang dikonsumsi.
Asupan makanan tidak hanya mempengaruhi kesehatan tubuh, namun juga mempengaruhi keadaan rohani. Hal ini kemungkinan besar bahwa kondisi saat hati "spiritual" Anda - masalah yang anda hadapi secara internal (keserakahan, depresi, kecemburuan) dapat ditelusuri kembali ke hampir makanan yang Anda makan.
Juga tidak kalah pentingnya sangat terkait dengan lingkungan kita. Permintaan bahan-bahan makanan yang melonjak tinggi di bulan Ramadan. Alam memiliki daya dukung terbatas. Akhirnya dibantu dengan menggunakan bahan-bahan kimiawi atau cara-cara yang kurang etis dalam memproduksi makanan kita untuk dapat memenuhi permintaan pasar. Jangan sampai makanan yang kita makan menjadi bumerang bagi kesehatan kita sendiri. Kita juga harus hati-hati mengontrol kualitas dan kuantitas makanan yang akan dikonsumsi.
Sumber: theecomuslim.com, berbagai sumber
Senin, 01 Juli 2013
Stok Ikan Nasional Terancam

Stok ikan di perairan Indonesia diperkirakan bakal habis jika pemerintah tidak mengubah model pemanfaatan ikan tangkap.
Abdullah Habibi, Capture Fisheries Coordinator Marine Program WWF Indonesia, mengatakan Indonesia berpotensi kehabisan ikan karang pada 2029.
"Pada 2029 ikan karang diprediksi akan habis jika model pemanfaatan ikan tangkapan masih seperti saat ini. Oleh sebab itu, kami mendorong pemerintah untuk menerapkan model pemanfaatan yang berkelanjutan," ujarnya.
Habibi menjelaskan saat ini 55% stok ikan nasional sudah berada dalam kondisi kelebihan pemanfaatan (over fishing). Daerah-daerah over fishing sebagian besar berlokasi di bagian barat Indonesia a.l Laut Cina Selatan, Laut Jawa, dan Samudera Hindia.
Adapun menurut jenis, stok ikan yang semakin menipis adalah ikan karang seperti kerapu dan kakap. Sementara itu, jenis ikan yang stoknya masih cukup bagus yakni ikan Tuna.
"Ikan Tuna stoknya bagus, tetapi pemanfaatannya belum bagus. Pasalnya, pemanfaatan ikan Tuna masih lebih tinggi dibandingkan dengan stoknya,“ ungkapnya.
Terancamnya stok ikan nasional, lanjutnya, diperparah oleh berbagai kebijakan pemerintah yang justru mendorong kegiatan penangkapan secara berlebihan. Salah satu kebijakan yang dinilai turut menyebabkan over fishing adalah kebijakan subsidi solar untuk kegiatan penangkapan ikan.
Habibi mencatat sepanjang 2008—2011 subsidi bahan bakar untuk kapal penangkap ikan naik 13,5%. “Subsidi terus meningkat untuk kegiatan perikanan tangkap, itu justru semakin membahayakan kalau dilihat dari sisi stok. Kebijakan pembangunan pelabuhan baru juga bakal semakin membahayakan stok ikan nasional” imbuhnya.
Guna menangkal terus menipisnya stok ikan nasional, Pemerintah diminta untuk merealisasikan kebijakan yang berbasis pada keberlanjutan. Menurutnya, salah satu konsep yang cocok dengan konsep keberlanjutan adalah ekonomi biru.
Habibi menegaskan keberlanjutan juga mulai menjadi perhatian sektor perikanan di tingkat internasional. Salah satu contohnya adalah munculnya sertifikat ekolabel di sektor ini.
“Sertifikat ekolabel memastikan kalau pasokan ikan berasal dari daerah yang stok ikannya masih aman. Sistem ini memang masih berjalan bussiness to bussiness belum government to government, tapi kecenderungannya akan ke arah sana,” jelasnya.
Perusahaan multi nasional yang mulai meminta sertifikat ekolabel untuk pasokan ikan tangkapan adalah Wal Mart, perusahaan ritel yang berbasis di Amerika Serikat.
Sumber:bisnis.com
Senin, 24 Juni 2013
Industrialisasi Ikan Indonesia: Harus Atasi Dulu Masalah Mendasar
Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan (KAPI) Kementerian Kelautan dan Perikanan telah membuat pemetaan karakteristik habitat, dimana penetapan daerah penangkapan ikan (fishing ground) harus dibedakan dari daerah aktivitas ikan lainnya.
Aktivitas yang dimaksud yakni spawning ground (tempat beranak), nursery ground (daerah pengasuhan), feeding ground (daerah mencari pakan). Namun para peneliti kerap menemukan aktivitas penangkapan ikan yang tak kenal aturan.
Ada kawasan laut yang menjadi aktivitas ikan untuk beranak, mengasuh, dan mencari makan. Di kawasan itulah eksploitasi (yang seharusnya terlarang karena mengancam keberlangsungan hidup ikan) dilakukan. Dan kemungkinan, itu pula yang menyebabkan adanya titik-titik overfishing di perairan nusantara.
Marc Kochzius, peneliti biologi kelautan dari Vrije Universiteit Brussel, Jerman, dalam pemaparan risetnya yang berjudul ‘Connectivity of Coral Reef Population‘ di International Conference on Marine Science 2013 bertajuk ‘Marine Biodiversity and Connectivity for Sustainable Fisheries‘ menekankan agar perlu adanya verboden atau pembatasan penangkapan ikan ke dalam area spawning ground ikan.
Marc menyebut daerah tempat spawning ground, nursery ground, dan feeding ground tersebut sebagai daerah konektifitas. “Konektifitas populasi adalah kunci untuk mengetahui sejauh mana toleransi ikan bertahan hidup. Kemampuan ekosistem mereka menerima guncangan dan kembali normal juga bergantung pada konektifitas populasi,” ungkap Marc, Selasa (4/6).
Itu baru penelaahan konektifitas populasi dari segi kegiatan manusia. Belum lagi dari segi daya dukung lingkungan. Misalnya ketiadaan terumbu karang sebagai tempat anak-anak ikan mencari makan serta area pengasuhan. Bahkan Marc juga menyinggung soal polusi perairan yang mengancam keberlangsungan konektifitas tersebut. “Segala hal yang mendukung konektifitas populasi ikan ini sangat krusial bagi manajemen perlindungan kawasan laut,” tukasnya.

Pemaparan Marc tersebut diapresiasi penuh oleh Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) Indra Jaya. Perlindungan kawasan laut saat ini sudah bukan hanya di bibir saja atau sebuah tajuk rencana besar dalam pembangunan kelautan. “Tapi sudah mendesak dilakukan. Kenapa? Kita semua tahu, masyarakat semakin menyadari manfaat memakan ikan, sehingga permintaan ikan kini meningkat tajam dari waktu ke waktu,” pungkas Indra.
Itulah sebabnya Indonesia memang perlu mendukung industrialisasi perikanan ke arah yang lebih besar, guna mendukung ketersediaan ikan konsumsi. Hanya saja, lanjut Indra, para prmsngku kepentingandan praktisi perikanan harus mengetahui terlebih dulu kondisi riil soal ekosistem ikan itu sendiri.
“Maka apalah gunanya industrialisasi perikanan bila tak ada konektifitas populasi? Ikan tak bisa memijah, ikan tak bisa mengasuh anaknya, ikan tak bisa mencari makan, maka sama saja tak ada ikan untuk industrialisasi,” tukasnya.
Sementara Direktur The German Academic Exchange Service (DAAD) Irene Jansen mengatakan riset mengenai perikanan dan kelautan di Indonesia sudah saatnya di-internasionalisasikan. “Internasionalisasi riset guna memudahkan kita mencari solusi atas masalah perikanan di dunia. Dan Indonesia, dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa, sangat membantu menghasilkan solusi aplikatif,” ujarnya.
Namun Irene mengaku sepakat dengan keluhan pihak Kedutaan Besar Jerman Michael Rottmann, yang juga ikut dalam seminar tersebut. Rottmann mengungkapkan bahwa masih ada kendala riset di Indonesia yang harus diatasi segera.
Rottmann mengeluhkan soal benturan birokrasi bagi peneliti asing untuk melakukan riset Indonesia. “Kami harap janganlah mempersulit kegiatan yang bertujuan untuk memudahkan sesuatu,” tukas Rottmann. Rottmann mencontohkan salah satunya adalah masalah visa bagi peneliti.
Sumber: tajuk.co
Kamis, 30 Mei 2013
Makarel Masuk Kembali ke Daftar Ikan yang dapat Dikonsumsi

Kejutan dari MCS yang mengatakan di bulan Januari lalu bahwa konsumsi ikan ini harus dikurangi. Makerel telah dimasukkan kembali dalam daftar "ikan yang dapat dimakan", sebuah kejutan pembalikan oleh konservasionis.
Marine Conservation Society (MCS) pada Kamis menaikkan rating untuk makarel Inggris dan Eropa ditangkap dari perikanan paling berkelanjutan ke warna "kuning", yang berartinya orang bisa makan sesekali tanpa membahayakan spesies tersebut.
Pembalikan muncul pada Januari bahwa makerel hanya boleh dikonsumsi jarang, seperti monkfish dan plaice, karena penangkapan yang berlebihan di Atlantik utara-timur.
MCS mengatakan pilihan terbaik sekarang adalah makarel Cornish ditangkap dengan tangan, dengan Inggris, Eropa atau makarel Norwegia yang "tertangkap perairan terbuka" - terjebak dalam kawanan - sebagai alternatif terbaik. Konsumen diminta untuk menghindari Islandia dan Faroe "tertangkap perairan terbuka" makarel, dinilai warna "merah".
Beberapa pengecer terkejut dengan pernyataan ini. MCS mengatakan politik sekitar overfishing sedang bermain berbahaya dengan saham.
Dikatakan peringkat direvisi "lebih mencerminkan efek merusak posisi politik pada saham makarel dan lingkungan laut yang lebih luas. Kebuntuan politik memainkan permainan berbahaya dengan stok ikan, sehingga bahaya kembar pengelolaan perikanan miskin dan meningkatkan tingkat penangkapan. "
MCS mengatakan pada Januari bahwa karena Islandia dan Kepulauan Faroe telah secara dramatis meningkatkan kuota mereka dalam beberapa tahun terakhir makarel tidak lagi pilihan yang berkelanjutan.
Namun dalam pernyataan yang baru dikeluarkan pada hari Kamis mengatakan konsumen memiliki kekuatan "untuk membantu memecahkan kebuntuan [perbedaan pendapat internasional atas kuota makarel] dengan hanya membeli makarel dari perikanan paling berkelanjutan yang tersedia."
Makarel, ikan berminyak dikemas dengan Omega 3, telah diperjuangkan penulis dan pemerhati makanan seperti Hugh Fearnley-Whittingstall, yang pada program Channel 4 Perlawanan Ikan membujuk konsumen skeptis untuk makan roti makarel.
MCS menyarankan konsumen: "Pilihan terbaik makarel agar tetap lokal, yaitu dengan menangkap ikan menggunakan metode tradisional. Metode ini adalah tanpa diragukan lagi metode yang paling berkelanjutan memancing untuk spesies makarel dan spesies lainnya. Merupakan kerja padat karya dan menghasilkan kualitas ikan dengan harga premium. Setiap pasar dibanjiri ikan kualitas buruk yang mendorong turun harga dan keberlanjutannya adalah berita buruk bagi semua orang ".
Seorang juru bicara Morrisons mengatakan: "Kami menyambut pengumuman dari Marine Conservation Society dan percaya berita itu baik bagi pelanggan yang ingin menikmati makarel. Kami sekarang berharap untuk resolusi cepat untuk isu-isu yang sedang berlangsung dengan sumber makarel dari Atlantik utara-timur.."
Scottish Pelagic Processors Association (SPPA) menyambut baik langkah itu. SPPA, yang mewakili semua prosesor utama makarel Skotlandia, telah berkampanye untuk pengakuan atas praktek perikanan yang berkelanjutan digunakan oleh armada Eropa dan Norwegia sejak mackerel diturunkan peringkatnya pada bulan Januari.
Francis Clark, anggota dewan dari SPPA, mengatakan: "Sebagai badan industri kami juga ingin menjaga mata pencaharian nelayan makarel dan industri pengolahan di Inggris. Spesies ini senilai £ 324 juta terhadap perekonomian dan mendukung lebih dari 2.200 pekerjaan."
Sumber: .guardian.co.uk
Sabtu, 11 Mei 2013
Lebih dari Setengah Populasi Dunia Mengandalkan Impor Pangan Tahun 2050
Institut Potsdam menunjukkan proyeksi pertumbuhan penduduk akan meningkatkan makanan impor, bahkan tanpa perubahan iklim.
Tomat dari Spanyol, minyak zaitun dari Italia, plum dari Cile, salmon dari Alaska dan kacang hijau dari Kenya - Seberapa sering mungkin bahan ini berakhir di keranjang Anda? Di Inggris troli belanja kebanyakan orang mengandung proporsi yang signifikan dari makanan impor. Tapi makanan ini bisa ditanam dan diproduksi secara lokal? Negara manakah yang mampu swasembada pangan? Serangkaian peta baru menunjukkan negara mana bisa memberi makan seluruh populasi mereka, dan negara-negara yang dibatasi oleh kurangnya lahan atau air.
Marianela Fader dari Potsdam Institute untuk Penelitian Dampak Iklim, Jerman, dan rekannya, menghitung kapasitas tumbuh dari setiap negara di dunia, dan dibandingkan dengan kebutuhan pangan, baik sekarang dan proyeksi ke depan untuk 2050. Model mereka menggunakan data iklim, jenis tanah dan penggunaan lahan pola untuk masing-masing negara, dalam rangka untuk mensimulasikan hasil untuk berbagai jenis tanaman. dengan menggunakan data saat ini pada populasi, dan makanan dan konsumsi air di setiap negara, mereka mampu menilai apa proporsi makanan suatu negara bisa menghasilkan jenis pangan.
Meskipun banyak negara memilih untuk mengimpor pangan sekarang, model menunjukkan bahwa ada sangat sedikit yang tidak bisa mempertahankan diet yang sama dan masih memenuhi makanan secara mandiri. "Hari ini, 66 negara tidak dapat menjadi mandiri karena air dan / atau keterbatasan lahan, "kata Fader. ini setara dengan 16% dari populasi dunia tergantung pada makanan impor dari negara lain.
Negara-negara yang paling ketergantungan pada impor yang ditemukan di Afrika Utara, Timur Tengah dan Amerika Tengah, dengan lebih dari setengah penduduk tergantung pada makanan impor di banyak lokasi tersebut. Di luar lokasi tersebut banyak negara bisa menyediakan makanan secara mandiri jika mereka memilih untuk itu.
Tapi memutar jam ke depan untuk tahun 2050 dan tekanan penduduk melukiskan gambaran yang sangat berbeda petak luas dari peta global berwarna merah dan oranye, menyoroti negara-negara yang harus memaksimalkan produksi pangan - dengan meningkatkan produktivitas pertanian, dan memperluas lahan pertanian, misalnya -. untuk memberi makan populasi mereka angka-angka menunjukkan bahwa lebih dari setengah populasi dunia bisa bergantung pada bahan pangan impor pada tahun 2050.

"Dengan asumsi bahwa semua negara berpenghasilan rendah mencapai potensi produktivitas penuh pada tahun 2050 selain penuh lahan pertanian ekspansi - yang akan menjadi tantangan sosial dan teknologi yang sangat besar dan dengan demikian asumsi yang sangat optimis - makanan swasembada kesenjangan masih akan setara dengan sekitar 55 -123 juta orang, dengan lebih dari 20 juta di Niger dan Somalia sendiri, " jelas Fader, temuan yang dipublikasikan di Environmental Research Letters . Tambahkan pada dampak perubahan iklim - yang mana tidak termasuk dalam penelitian ini - dan masalah ini bahkan bisa lebih parah.
Sejumlah negara-negara maju, termasuk Inggris, Belanda dan Jepang, sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan penduduk mereka. Ketergantungan pada impor tampaknya akan menjadi lebih buruk karena tingkat populasi meningkat. Namun, tidak seperti negara-negara berkembang, negara-negara ini mungkin akan dapat mencari jalan keluar dari masalah ini.
Ketahanan pangan akan menjadi masalah besar selama beberapa dekade mendatang. Studi ini menunjukkan bahwa peningkatan produktivitas pertanian dapat memainkan peran kunci dalam menjaga ketahanan pangan. Sementara itu, perubahan pola makan, seperti terhadap makanan lebih musiman dan vegetarian, juga bisa memiliki dampak yang signifikan, meskipun hal ini tidak dieksplorasi dalam penelitian ini.
Sumber: .guardian.co.uk
Kamis, 02 Mei 2013
Kematian Koloni Lebah Di Amerika: Tidak Ditemukan Satu Sebab Utama Kematian Lebah
Kehancuran Amerika koloni lebah madu merupakan hasil tautan kompleks faktor-faktor termasuk pestisida, parasit, gizi buruk dan kurangnya keragaman genetik, menurut sebuah studi federal komprehensif. Masalah mempengaruhi penyerbukan produk pertanian Amerika ini senilai puluhan miliar dolar per tahun.
Laporan ini tidak menitikberatkan pada salah satu faktor di atas yang lainnya, dan merekomendasikan berbagai tindakan dan penelitian lebih lanjut.
Lebah madu digunakan untuk menyerbuki ratusan tanaman, dari almond ke stroberi untuk kedelai. Sejak tahun 2006, jutaan lebah telah mati dalam sebuah fenomena yang dikenal sebagai gangguan keruntuhan koloni. Penyebab atau penyebab telah menjadi subyek penelitian dan spekulasi.
Laporan federal yang muncul minggu yang sama, para pejabat Eropa mengambil langkah-langkah menuju melarang kelas pestisida yang dikenal sebagai neonicotinoids, berasal dari nikotin, yang mereka mereka anggap sebagai faktor penting dalam kematian massal lebah.
Namun para pejabat di Amerika Serikat Departemen Pertanian, Badan Perlindungan Lingkungan dan orang lain yang terlibat dalam studi lebah mengatakan bahwa tidak ada cukup bukti untuk mendukung larangan satu kelompok pestisida, dan bahwa biaya yang harus ditanggung dari pengambilan tindakan seperti itu mungkin melebihi manfaatnya.
"Pada E.P.A. kita membiarkan ilmu mendorong pengambilan keputusan, "ujar Jim Jones, penjabat asisten administratur badan untuk keamanan bahan kimia dan pencegahan polusi. "Ada biaya yang tidak bisa disepelekan untuk masyarakat jika kita mendapatkan angka ini salah. Ada manfaat yang berarti dari pestisida tersebut kepada para petani dan konsumen, serta untuk makanan yang terjangkau. "
Mei R. Berenbaum, kepala departemen entomologi di University of Illinois di Urbana-Champaign dan peserta dalam studi ini, mengatakan bahwa pemeriksaan pada lebah yang mati, telah ditemukan residu lebih dari 100 bahan kimia, insektisida dan pestisida, termasuk beberapa yang digunakan untuk mengendalikan parasit pada sarang lebah.
Seperti Mr Jones, ia menolak gagasan larangan langsung pada penggunaan neonicotinoids atau pestisida tunggal lainnya.
"Ini bukan masalah sederhana hanya menghapus pestisida," katanya. "Sulit untuk memprediksi efek menghilangkan salah satu dari 100 kontaminan yang berbeda."
"Tidak ada perbaikan cepat," katanya. "Menutup satu lubang di perahu yang bocor di mana-mana tidak akan menjaga dari tenggelam."
Salah satu penderitaan yang paling fatal dalam koloni lebah adalah parasit tungau Varroa destructor, yang ada di sarang lebah dan dianggap bertanggung jawab untuk berbagai kematian. Faktor lain adalah penanaman wilayah luas dalam tanaman tunggal seperti jagung, membatasi pasokan pakan untuk lebah.
Zac Browning, seorang peternak lebah komersial generasi keempat yang mengoperasikan lebih dari 20.000 sarang untuk produksi madu dan penyerbukan di California, Idaho dan North Dakota, mengatakan solusi untuk krisis lebah akan memerlukan pendekatan yang luas dan banyak pemain.
Dia mengatakan bahwa pasokan lebah yang jauh dari kebutuhan, mengutip kesulitan mengumpulkan cukup lebah untuk penyerbukan tanaman almond musim dingin di California dan semak-semak blueberry di Maine musim semi ini.
"Kita berada di tepi jurang," katanya. "Saya tidak tahu apakah kita sudah melewati ambang batas yang belum, tapi kita sudah mendekat ke arah sana dengan cepat."
Sumber: nytimes.com
Senin, 22 April 2013
Kearifan Lokal Kunci Keberlanjutan: Lumbung Masyarakat Baduy

Kampung orang Baduy, Desa Kaduketug tidak seperti desa penghasil beras lainnya di mana praktek melepaskan biji gabah dengan menumbuk masih dilakukan. Di desa ini tidak terdapat kelaparan karena terdapat lumbung-lumbung tempat menyimpan beras. Di Desa ini terdapat suatu aturan lokal yang dipatuhi dan dianggap suci, rang-orang Baduy dapat memupuk hanya sawah yang tidak teririgasi.
"Leuit atau lumbung ini adalah untuk menjaga stok beras serta melestarikan benih padi," jelas Sentanu Hindrakusuma, seorang ahli pengembangan masyarakat dan pelestarian lingkungan yang berbasis di Bandung, Jawa Barat.
"Selama setiap panen, mereka memilih benih yang akan dilestarikan sebagai indung pare (biji ibu). Kearifan lokal lain adalah konsep rotasi kultivar. Mereka memiliki lebih dari 23 jenis kultivar padi. Mereka tidak menanam kultivar yang sama berturut-turut untuk memotong rantai dari penyakit dan hama. Mereka juga mengikuti 'pertama, keluar pertama' konsep dalam lumbung mereka, sehingga mereka akan memasak golongan pertama dari beras yang masuk ke lumbung. Jangan terkejut jika Anda disajikan beras dari panen 10 tahun yang lalu. "
Menurut Profesor Robert Wessing dari Northern Illinois University, yang menulis makalah tentang posisi Baduy dalam yang lebih besar masyarakat Jawa Barat, orang Sunda dari Jawa Barat mempertimbangkan Baduy sebagai padoman (panduan) untuk perilaku yang tepat.
"Sebagai pemelihara aturan suci, Baduy yang memenuhi dua fungsi penting dalam masyarakat Sunda," tulis Wessing. "Pertama, mereka menjaga keharmonisan kosmik dan kedua, mereka menjadi contoh aktual bagaimana adat lama (aturan suci) harus dipraktekkan, yang menjelaskan minat adat Baduy di antara orang Sunda. "
Tapi cara Baduy melestarikan tradisi masyarakat mandiri tidak terlihat di banyak tempat di Indonesia lagi. Indonesia digunakan untuk memproduksi padi yang cukup untuk konsumsi sendiri sekali, tapi tidak lebih sekarang.
"Ketika saya masih muda, ada banyak lumbung di desa-desa di Jawa Timur," kata Didiek Purnomo, CEO Wahana Sarana Jati, sebuah perusahaan pertambangan, perdagangan dan rekayasa. "Sekarang saya tidak melihat lumbung lagi di sana. Ini Yang menarik adalah bahwa orang-orang Baduy dapat mandiri. Meskipun mereka menolak hibah rupiah Indonesia 1 miliar ($ 111.800) dari pemerintah, mereka masih mampu membeli lahan di luar wilayah adat mereka. "
Orang-orang Baduy menempati 5.136 hektar, dengan 3.000 hektar hutan lindung. Mereka bertekad untuk menjaga hutan lindung di daerah mereka seperti itu berarti bahwa mereka juga melindungi 20 poin dari mata air. Ketika mereka membutuhkan lebih beras untuk memberi makan populasi meningkat pada mereka desa, mereka lebih memilih untuk membeli lahan di luar daripada mengubah hutan lindung untuk ladang.
"Saya menemukan kearifan lokal mereka sangat menarik," kata Rachmad Mekaniawan, seorang insinyur sipil dari Jakarta. " Lumbung di Baduy berbeda dengan di Karawang. Di Karawang, beras bisa dikonsumsi atau dibeli oleh orang-orang dari luar. Dalam Baduy, itu hanya untuk konsumsi sendiri. Untuk ini, kebutuhan lumbung Baduy aman dari pencurian. Sistem panen dan distribusi beras secara ketat diperintah oleh puun mereka (pemimpin suci). "
"Baduy yang tahu tentang jejak ekologis," kata Susy Nataliwati, seorang peneliti dalam studi Jepang di Universitas Indonesia. "Mereka memahami bahwa salah satu tindakan merusak lingkungan akan mempengaruhi tempat yang jauh dari asal-usul dan hasilnya sering tak terbayangkan."
Masyarakat mematuhi banyak aturan adat tentang pelestarian lingkungan: Tidak sampah sembarangan, tidak menggunakan sabun dan sampo saat mandi di sungai, bangunan rumah panggung tidak merusak tanah, tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia untuk mereka sawah.
"Arsitektur, tempat tinggal dan desa mereka tidak unik sebagai Kampung Naga di Garut, Jawa Barat," kata Aries Daryanto, seorang arsitek dari Jakarta. "Rumah-rumah mereka terlalu sederhana dalam layout dan sistem atap yang tidak begitu canggih seperti di Bali . Juga, tidak ada upaya untuk menghias rumah mereka dengan simbol-simbol keagamaan.
"Tapi satu hal yang mereka tidak miliki di Kampung Naga atau Bali adalah bahwa rumah-rumah Baduy selalu memiliki teras atau teras. Mereka menggunakan teras untuk menenun. Ini adalah contoh yang sangat baik tentang bagaimana untuk menjadi produktif ketika sedang terbuka untuk pengunjung dan berbicara kepada mereka. "
Sumber: chinadailyapac.com
Minggu, 07 April 2013
Praktek Pertanian Berkelanjutan
Beberapa manfaat yang pasti, pertanian berkelanjutan dapat mengizinkan petani untuk mengubah pertanian mereka menjadi pusat daur ulang. Misalnya sampah sisa tanaman dan kotoran hewan untuk pupuk, rotasi tanaman untuk memperkaya tanah dan merute ulang air hujan untuk mengisi sistim irigasi. Pertanian berkelanjutan biasanya juga cukup rendah dalam penggunaan bahan kimia dan pestisida dan dapat membuat transisi ke ke arah pertanian yang lebih organik.
Beberapa praktek pertanian yang berkelanjutan di lapangan diantaranya sebagai berikut:
Rotasi tanaman- merupakan sistim yang paling simpel danpaling tua. Sistim ini ternyata juga dapat mencegah transmisi penyakit tanaman. Karena sebagian besar penyakit dan hama mempengaruhi jenis tertentu tanaman, Anda dapat membasmi mereka dengan beralih ke tanaman yang berbeda dalam rotasi berikutnya.
Keanekaragaman tanaman- Untuk membantu melindungi tanaman mereka terhadap penyakit dan hama, petani bisa menanam variasi dari spesies yang sama, mendapatkan bibit dari petani yang berbeda untuk memastikan perbedaan kecil namun penting antara tanaman.
Pengelolaan Hama Terpadu - merupakan kombinasi berbagai teknik yang berbeda untuk menciptakan sistem pengendalian hama yang efektif. Langkah pertama yang krusial adalah dengan melakukan pengawasan. Pencegahan juga merupakan bagian dari pengelolaan hama terpadu. beberapa teknik pengelolaan hama misalnya seperti memilih tanaman tahan hama, rotasi tanaman, dan menggunakan serangga yang menguntungkan sebagai pengontrol hama biologis dapat memperkecil risiko untuk hama menetap.
Menarik Hewan Bermanfaat - Salah satu cara terbaik untuk menyingkirkan hama dan serangga berbahaya adalah untuk mengundang predator alami mereka. Langkah berikutnya dalam pengendalian hama organik adalah untuk memastikan bahwa serangga yang menguntungkan juga tetap sekitar. Kepik, kumbang, larva hijau lacewing dan parasit lalat semua memakan hama, termasuk kutu daun, tungau dan hama lalat.
Menjaga kesuburan tanah - merupakan langkah penting dan bisa didapatkan secara alamiah atau dengan bantuan manusia. beberapa teknik diantaranya misalnya dalam persiapan lahan , yang terdiri dari membajak, berbalik dan ditayangkan tanah, telah ada selama berabad-abad dan masih berguna seperti sebelumnya. Banyak petani meninggalkan beberapa sisa tanaman di tanah sebelum mereka menggarap untuk menambah nutrisi tanah. Menambahkan bahan organik, seperti pupuk kandang atau tanaman penutup, juga dapat membantu tanah. Senyawa organik lain yang dapat ditambahkan ke tanah sebagai pupuk.
Penggembalaan yang dikelola- dikelola pada dasarnya adalah rotasi ternak yang bergerak hewan untuk merumput di daerah yang berbeda. Memindahkan binatang berarti mereka akan memiliki akses ke padang rumput yang berbeda, yang berarti mereka akan mendapatkan berbagai nutrisi dan paparan. Di Indonesia, penggembalaan di terbuka hanya dilakukan di daerah tertentu saja. Peternakan skala kecil dilakukan petani dengan mencari rumput.
Penghapusan gulma secara fisik - Mungkin tidak praktis untuk peternakan besar, tanaman kecil dengan mudah dapat diurus tanpa menggunakan bahan kimia. Pembakaran tanaman juga merupakan pilihan, tapi satu yang harus didekati dengan hati-hati.
Pengelolaan Air-Ada dua masalah utama dalam pengelolaan air: buruknya kinerja sistem irigasi dan air limbah. Cara terbaik untuk mengatur penggunaan air adalah memilih tanaman asli lokal, karena ini akan lebih digunakan untuk cuaca lokal dan mampu berdiri lama tanpa hujan. Irigasi terbatas adalah solusi praktis untuk pertanian berkelanjutan. Berepa jenis tanaman seperti lumut dan tanaman penutup lain dapat membantu mempertahankan air sehingga tanah tetap lembab. Dapat juga dengan teknik mengumpulkan air hujan dan dimasukkan ke dalam sistem irigasi, atau mengatur sistem daur ulang sehingga dapat menggunakan kembali air limbah untuk irigasi.
Pemasaran lokal- Menumbuhkan dan membeli secara lokal adalah kunci untuk keberlanjutan, karena memperkaya masyarakat, konsumsi energi meminimalkan, dan melindungi kualitas udara dan tanah. Itu bahkan sebelum industri makanan-kemasan menambahkan plastik dan sampah kertas yang dibutuhkan untuk menyimpan dan mengangkut makanan aman. Menanam dan menjual secara lokal juga mendorong pertanian dalam skala kecil. Ini pada gilirannya mendorong lebih banyak uang ke dalam ekonomi lokal, menguntungkan pembeli dan akhirnya petani lagi.
Di Indonesia, secara umum praktek-praktek di atas sudah dilakukan karena kebanyakan pertanian berskala kecil. Sayangnya, meskipun demikian petani termasuk golongan ekonomi rendah di Indonesia, di mana berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa dua pertiga penduduk miskin Indonesia tinggal di daerah pedesaan dan bergantung pada pertanian untuk mata pencaharian mereka.
Keberlanjutan masa depan pertanian skala kecil tidak pasti, dengan produksi Indonesia jangka panjang pangan dan ketahanan pangan di bawah ancaman. Saat ini Indonesia memiliki saldo negatif produksi pangan dalam negeri dan permintaan untuk beras, yang berarti Indonesia harus mengimpor peningkatan jumlah beras untuk mengisi kesenjangan ini, yang akan menyebabkan kesulitan karena harga beras global yang meningkat. Petani miskin di pedesaan - yang bergantung pada produksi pertanian sebagai sumber pendapatan - akan didorong lebih jauh ke dalam kemiskinan dan jutaan Indonesia yang miskin pedesaan dan perkotaan juga akan diletakkan di bawah ketegangan meningkat karena harga pangan terus meningkat.
Tantangan yang dihadapi petani ini beraneka ragam, mulai dari perubahan iklim, peraturan pemerintah yang tidak mendukung, konversi tata guna lahan yang pesat, minimnya skill petani, pemasaran produk pertanian.
Padahal sungguh sayang, Indonesia memiliki tanah yang subur dan lingkungan yang mendukung untuk pertanian. Perlu menjadi renungan apabila pertanian diarahkan ke mekanisasi dan pertanian skala besar, perlu untuk dikaji ulang dengan memperhatikan konsekuensi dan perlunya mengambil pelajaran dari pertanian negara maju yang saat ini mengadopsi sistim ini. Di Indonesia, hal ini akan berdampak besar, utamanya bagi petani yang miskin.
Sumber: dsc.discovery.com, saiplatform.org, thejakartaglobe.com
Pelarangan Pestisida untuk Menyelamatkan Lebah

Anggota parlemen di Inggris mendesak pelarangan pestisida untuk menyelamatkan lebah. Pestisida dihubungkan dengan menurunnya jumlah lebah dan harus dilarang penggunannya berdasarkan laporan baru anggota parlemen di Inggris.
Nilai atau harga Lebah menyerbuki tanaman pertanian lebih dari 1 milyar pound tanaman di Inggris setiap tahunnya termasuk buah-buahan dan sayuran seperti wortel, kubis, apel dan pir.
Jumlah serangga telah menurun secara dramatis selama 25 tahun terakhir dan ada kekhawatiran bahwa penggunaan jenis umum pestisida yang dikenal sebagai neonicotinoid mungkin memainkan peran.
Banyak negara telah menerapkan larangan penggunaan pestisida pada tanaman dan Komisi Eropa juga telah berusaha untuk membatasi penggunaannya, tetapi pemerintah Inggris telah menyerukan bukti ilmiah yang lebih besar sebelum mengambil tindakan.
Komite Audit Lingkungan mengatakan sekarang merasakan bukti yang ada sekarang adalah tindakan pencegahan dibenarkan untuk melindungi lebah dan serangga lainnya termasuk ngengat, kupu-kupu dan hoverflies.
Disebutkan bahwa moratorium penggunaan tiga pestisida neonikotinoid pada tanaman seperti biji minyak, yang merupakan salah satu tanaman utama makanan bagi lebah, harus diperkenalkan pada awal 2014.
Pestisida harus segera dilarang digunakan di taman-taman pribadi dan lapangan golf untuk menciptakan "sebuah tempat yang aman untuk lebah perkotaan", ungkap anggota komite.
Joan Walley, ketua Komite Audit Lingkungan dan anggota parlemen dari partai Buruh, mengatakan: "Defra (Departemen Pertanian, Urusan Pedesaan dan Pertanian) tampaknya akan mengambil pendekatan untuk melindungi lebah diberikan layanan penting yang cuma-cuma untuk penyerbuk berikan kepada perekonomian kita."
"Jika petani harus melakukan penyerbukan buah dan sayur tanpa bantuan serangga akan mengakibatkan biaya jutaan pound dan kita akan tersengat nantinya dengan naiknya harga pangan."
"Tidak ada justifikasi bagi masyarakat untuk melanjutkan penggunaan produk-produk ini pada tanaman dahlia mereka ketika mereka tahu akan mendapatkan efek detrimental pada populasi binatang penyerbuk."
Di Cina sendiri, Desember tahun 2010 dilaporkan oleh guardian, karena kurangnya lebah, petani Cina sudah mulai penyerbukan kebun mereka dengan tangan! Karena menurunnya jumlah lebah, banyak perkebunan menyewa atau memelihara lebah untuk membantu penyerbukan.
"Pelarangan penjualan neonicotinoid untuk penggunaan domestik akan paling tidak menciptakan suatu tempat yang aman bagi lebah.”
Laporan ini mengidentifikasi tiga pestisida – imidacloprid, clothianidin dan TMX – yang harus dihentikan penggunaannya.
Namun, Penasihat Kepala Defra Profesor Ian Boyd mengatakan bahwa masih terlalu sedikit bukti konkusif yang menunjukkan bahwa pestisisa ini memiliki dampak pada populasi lebah di lapangan.
Dia mengatakan studi di lab dengan jelas menunjukkan pestisida dapat membunuh lebah, namun pengaruhnya ketika dilepaskan di lapangan masih jauh dari kejelasan.
Defra telah enggan untuk melarang pestisida sebagai langkah tersebut akan memperkenalkan biaya lain bagi petani karena mereka menghadapi peningkatan masalah dengan hama dan hasil berkurang.
Seorang juru bicara Defra mengatakan: “Keputusan tentang neonicotinoid harus diambil berdasarkan bukti saintifik yang kuat.
"Itulah sebabnya kami ingin agar Komisi Eropa menyetujui saran kami untuk melakukan studi lapanan untuk mendapatkan bukti terbaru yang terbaik".
"Hal ini akan mengizinkan pembuata keputusan berdasarkan informasi, daripada terburu-buru melakukan pelarangan spontan berdasarkan studi yang tidak meyakinkan. "
Syngenta, sebuah firma agrokimia yang memproduksi neonicotinoid, mengatakan laporan baru ini gagal mendeskripsikan bukti secara jelas.
Seorang juru bicara mengatakan: "Penurunan kondisi kesehatan lebah adalah salah satu tantangan besar yang dihadapi pertanian. Syngenta akan tetap tetap berkomitmen untuk sepenuhnya memahami dan meningkatkan kesehatan lebah."
"Pilihan yang paling mudah untuk menyerukan larangan neonicotinoid dengan harapan akan meningkatkan kesehatan lebah.
"Secara jangka panjang, dalam dunia nyata, kenyataan ilmiah adalah bahwa larangan tidak akan menyelamatkan sarang tunggal, tetapi akan menciptakan lingkungan, tantangan agronomi dan ekonomi yang signifikan."
Profesor Simon Potts, seorang ahli lebah dari University of Reading, mengatakan, meskipun, bahwa pestisida bisa diganti dengan pengendalian hama secara biologis untuk melindungi tanaman pangan.
Sumber: telegraph.co.uk
Kamis, 04 April 2013
Pertanian Kota: Indonesia juga Punya!
Rupanya pertanian kota juga mulai menggeliat di Indonesia beberapa tahun belakangan. Dalam skala komunitas mandiri muncul inisiatif serupa dari Ridwan Kamil dalam "Indonesia Menanam", di Surabaya Tunas Hijau juga menggalakkan program pertanian kota bekerjasama dengan sekolah-sekolah di Kota Surabaya. Program Indonesia menanam yang diprakarsai Ridwan Kamil sendiri sudah menyebar ke berbagai Kota di Indonesia mulai dari Aceh sampai Papua. Pemerintah Kota Surabaya sendiri juga pernah berupaya menggalakan program ini, meskipun diberitakan bahwa belum berhasil sepenuhnya karena beberapa tantangan di lapangan.
Kota Medan berencana akan menambah partisipasi keluarga yang tergabung dalam kegiatan pertanian kota. Jumlah keluarga yang melakukan pertanian perkotaan (urban farming) di Kota Medan pada tahun ini ditargetkan mencapai 375 kepala keluarga (KK) atau bertambah 75 KK dari yang telah ada saat ini 300 KK. Ketua Himpunan Kerukunan Tani (HKTI) Kota Medan Ad Sony Batubara mengatakan sejumlah KK yang telah melakukan urban farming di Medan menanam bermacam-macam sayuran, timun, dan umbi-umbian. Menurutnya, dari total keluarga yang melakukan urban farming paling banyak berada di daerah Medan Utara, tepatnya di Marelan.
Gerakan ini pertanian kota ini berkembang masih secara sporadis dan tentunya berdampak positif terhadap ketahanan kota akan pangan. “Dengan menerapkan urban farming keluarga dan tetangga sekitar tidak kesulitan lagi mendapatkan asupan gizi dari sayur-sayuran dan buah-buahan,” ungkap Ad Sony Batubara .
Tantangan di Lapangan dan Solusinya
Perlu diingat, tantangan yang ada di lapangan, salah satunya adalah mengingat lahan pertanian semakin sempit. Namun dalam konsep pertanian kota ini adalah mengaktifkan lahan-lahan tidur yang tidak terpakai di lapangan. Ridwan Kamil menjelaskan lebih lanjut, konsep urban farming adalah memanfaatkan lahan tidur di perkotaan yang dikonversi menjadi lahan pertanian produktif hijau yang dilakukan oleh masyarakat dan komunitas sehingga dapat memberikan manfaat bagi mereka.
Dari pengalaman Indonesia Berkebun, salah satu kesulitannya adalah akses ke lahan. Kekurangan itu adalah “jembatan” perizinan tanah-tanah terlantar. Hingga kini tanah yang digarap baru sebatas milik warga yang mengetahui dan peduli kegiatan Indonesia Berkebun. Sedangkan tanah-tanah terlantar yang dimiliki warga yang tidak peduli kegiatan urban farming dan tidak diketahui keberadaannya ternyata lebih banyak lagi. Dibutuhkan tokoh-tokoh yang besar di pemerintahan, seperti untuk lebih peduli dan bisa memfasilitasi kegiatan ini.
Bila memang lahan atau pekarangan tidak ada, bukan berarti tidak bisa ikut berpartisipasi. Cara lain dengan berkreativitas menggunakan wadah-wadah atau media seperti menanam seledri dan tomat didalam tabung air atau pipa paralon. Lalu, menanam sayuran seperti bayam, kangkung, caisim, cabe, kangkung atau bayam dalam wadah bambu, gayung, dan batok kelapa. Pilihan lainnya adalah menanam tanaman secara vertikal di dinding rumah Anda atau menjahit potongan plastik sebagai kantung untuk bunga-bunga yang indah.

Bukan perkara yang mudah untuk memulai secara bersama-sama, namun bisa dimulai dari lingkungan kecil di rumah dengan menanan sayuran sedikit-sedikit. Bisa juga mengajak keluarga dan teman, dan bila mau lebih diperluas, Ibu-Ibu PKK dan Bapak-Bapak untuk turut peran serta sebagai bagian dari acara kerja bakti mingguan di kelurahan.
Namun bukan berarti gerakan ini tidak bisa dilakukan. Ridwan Kamil sendiri memulai gerakan Indonesia berkebun bermodalkan social media twitter! Karena hanya berbekal 19.600 lebih followers dan aktif bertwitter ria, Ridwan Kamil mampu membangun komunitas Indonesia Berkebun tanpa modal. Setiap follower menyumbang, entah tanah kosong, kompos, bibit, pengetahuan cara bertani organik dan waktu serta tenaga. Para followers tersebut bergabung dengan komunitas berkebun dikotanya masing seperti : Jakarta Berkebun, Bandung Berkebun, Banten Berkebun, Makasar Berkebun dan seterusnya.
Hasil yang bisa dipetik?
Yang pasti, pendapatan keluarga bisa dihemat atau bahkan bertambah bila Anda menjadikan ini sebagai bisnis. Dengan urban farming selain dapat membuat lingkungan menjadi lebih subur, income Anda juga akan bertambah!. “Kebun Anda bisa menghasilkan panen sayuran-sayuran, buah-buahan untuk di konsumsi sendiri atau dijual. Kemudian, yang tak kalah dahsyatnya adalah perasaan yang Anda dapatkan saat memetik hasil panen, lalu dimasak untuk makan bersama-sama keluarga atau teman, priceless!,” ungkap Ridwan Kamil. Selain itu, manfaat lain yang tidak bisa terukur dengan uang adalah dapat membantu meredam stress.

Stres sudah menjadi bagian dari keseharian kaum urban, entah stres karena aktivitas rutin, stres dengan pekerjaan atau kemacetan yang menyebabkan penurunan kualitas hidup. Menurut riset psikologi bila Anda merasakan stres, rasa marah, frustasi maka dengan menyentuh tumbuhan kadar emosi negatif Anda akan berkurang. Dan juga riset lain menunjukkan dengan sensasi warna hijau dari alam baik visual maupun rangsangan dapat meningkatkan kerja otak. “Dengan gerakan Indonesia berkebun Anda dapat mengurangi kadar stres, juga mempererat kebersamaan dengan keluarga, teman kantor, sahabat dengan melakukan aktivitas berkebun bareng tiap weekend. Anak-anak pun memiliki variasi hiburan yang lain daripada hanya sekedar jalan ke mal.,” jelas Ridwan Kamil.
Saat ini, pertanian kota masih pada penanaman sayuran, dan tidak menutup kemungkinan bisa berkembang ke arah peternakan, seperti penyediaan telur, madu atau bahan pangan lainnya. Apakah kota-kota di Indonesia yang lain siap untuk mengikuti jejak? Apakah program ini bisa berkembang pesat dan populer seperti bank sampah? Semoga!
Sumber: bisnis-sumatra.com, wanitawirausaha.femina.co.id, green.kompasiana.com
Rabu, 27 Maret 2013
Kyocera Mendinginkan Perkantorannya dengan Tirai Sayuran
Perusahaan Anda ingin memulai aksi ramah lingkungan namun bingung dari mana? Mungkin apa yang dilakukan Kyocera bisa memberikan gambaran awal langkah sederhana yang bisa dilakukan.
Perusahaan Jepang, Kyocera dikenal memiliki inovasi dan usaha luar biasa untuk menerapkan prinsip ramah lingkungan, mulai dari pengembangan telpon selular fleksible OLED hingga pemasangan peternakan sel surya terbesar di Jepang. Namun begitu berhubungan dengan kantor mereka sendiri, mereka menjadikan dinding terluar kantor tempat kerja ditumbuhi oleh tanaman yang bisa dikonsumsi. Tirai tanaman ini menghasilkan sayuran yang digunakan untuk cafetaria dan sekaligus menjaga bangunan tetap dingin, mengurangi konsumsi energi, mengurangi emisi karbon dan menyediakan suatu pemandangan teduh dan menenangkan bagi yang bekerja di dalamnya.

Proyek untuk menginsulasi dan menaungi kantor dan bangunan pabrik dimulai pada tahun 2006, sebagai bagian dari aktivitas perusahaan untuk konservasi energi dan pencegahan pemanasan global. Hanya setelah beberapa tahun, Kyocera menjadi rumah lebih dari 8000 kaki persegi tirai tanaman hijau di 19 lokasi yang berbeda. Fungsi dari dedaunan ini menggunakan jaring yang ditempatkan di permukaan dinding dengan sudut yang disesuaikan dengan paparan sinar matahari.
Dengan pertanian perkotaan sederhana yang menghemat energi ini, Kyocera menanam mentimun, kacang polong, labu dan goya-buah pahit yang disebutkan memiliki nutrisi yang kaya dan bahan untuk mengurangi kelelahan di bulan-bulan musim panas di Jepang. Dedaunannya sendiri dapat mengurangi karbon, dengan Kyocera memperkirakan tirai hijau akan menyerap 5981 lbs CO2 tiap tahunnya. Kira-kita setara dengan untuk menyerap £ 23.481 diperkirakan emisi karbon dioksida dan karbon jumlah yang sama yang dapat diserap oleh 761 pohon cedar.


Hal ini mengurangi beban dari unit pendingin udara mereka. Dengan menggunakan pengukuran thermograhic inframerah, Kyocera menegaskan tirai hasil hijau dalam temperatur dinding lebih rendah daripada dinding luar yang tidak dinaungi tanaman ini. "Selain itu, kami mampu mengkonfirmasi bahwa tirai tanaman hijau ini dapat menurunkan suhu sebanyak 15 derajat C (27 derajat F)," ungkap Kyocera.
Sumber: inhabitat.com, businessgreen.com
Selasa, 12 Maret 2013
Berbahayakah Pangan Modifikasi Genetik?
Pada Januari 2013 yang lalu diberitakan melalui Guardian, petani-petani Inggris percaya bahwa makanan yang dimodifikasi secara genetik akan memecahkan masalah yang diakibatkan oleh cuaca.
Petani-petani pada Konferensi Pertanian Oxford mengemukakan pada Guardian bahawa dengan menumbuhkan tanaman pangan modidikasi genetik akan memebuat mereka lebih tahan terhadap efek perubahan iklim. Tahun 2012 terrekam sebagai tahun yang paling basah yang pernah dicatat oleh Inggris dan banyak petani mengalami kerugian yang besar. Para petani tetap bertekad bahwa ingin tetap bersaing secara global, dan mereka yakin bahwa tanaman dengan modifikasi genetik akan lebih tahan kekeringanm banjir dan penyakit. Namun ahli lingkungan mengingatkan bahwa tanaman pangan modifikasi genetik tidak akan meningkatkan ketahanan. Sistim organik dan agro-ekologis lebih merupakan taruhan yang lebih aman.
"Apabila Inggris menempatkan dirinya di luar pasar global (yang mana banyak negara banyak yang mengarah pada tanaman pangan modifikasi genetik) kemudian cara pertanian kita akan menjadi ketinggalan jaman." kata Peter Kendall, Presiden Serikat Petani Nasional pada Guardian. "Sebagian besar dari anggota kami sadar akan risiko nyata ketidakmampuan untuk mnejadi bersaing secar aglpbal karena menghindari penggunaan modifikasi genetika pertanian"
Dia menambahkan bahwa dengan menggunakan pangan modifikasi genetik lebih ramah lingkungan karena akan mencegah sampah makanan. Tanaman kentang dan tomat diantara uang paling rentan untuk rusak, terutama di kondisi basah dan tahun 2012 merupakan tahun terbasah bagi Inggris. Namun ahli lingkungan menunjukkan bahwa makanan modifikasi genetik didesain untuk memiliki "sifat spesifik dan terbatas" yang membuat tanaman ini tidak akan menjadi lebih tahan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Sementara itu supermarket terkemuka di Inggris seperti Waitrose bersikeras bahwa konsumen yang memegang rantai permintaan tidak meminta makanan modifikasi genetik, dan mereka tidak memiliki rencana untuk memasukkan mereka ke dalam merek mereka.
Sedangkan pada 11 Maret lalu, di Detroit Michigan perdebatan tentang makanan yang dimodifikasi secara genetik menuju ke arah yang baru.
Toko bahan pangan Hiller's dan cabangnya telah memulai label produk mereka yang tidak terdapat organisme modifikasi genetik (genetically modified organisms) atau "GMO's".
"Suatu tekanan saat ini untuk mencoba kembali ke dasar, mencoba untuk memakan makanan sehat, dan makan makanan yang memang ditujukan seperti asalnya," kata Justin Hiller, wakil presiden Hiller. Hiller mengatakan bahwa dalam hal teknologi ilmiah mengubah 80 persen makanan yang kita konsumsi.

Apa itu pangan dengan modifikasi genetik?
Pangan modifikasi genetik pada dasarnya adalah makanan yang telah dirubah secara artificial atau buatan oleh ilmuwan di laboratorium. Di masa yang lalu, tanaman yang telah ditingkatkan dengan menumbuhkan atau persilangan dengan tanaman lain yang lebih baik - melalui proses natural membutuhkan waktu bertahun-tahun. Namun dengan pangan modifikasi genetik, bisa dilakukan dengan cepat dan secara artifisial.
Terdapat beberapa debat antara ilmuwan dan pengkamapanye apakah pangan modifikasi genetik aman atau tidak. Pengkampanye yang kontra terhadap pangan modifikasi genetik mengemukakan, pangan jenis ini dapat merusak kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa tikus yang menkonsumsi makanan ini tidak tumbuh sewajarnya. Penyakit baru juga dapat muncul tanpa sengaja. Selain itu, spesies yang berbeda dapat tercampur akibat modifikasi genetik ini. Misalnya untuk memberikan warna yang lebih merah pada tomat diberikan bagian warna kemerahan dari ikan yang tidak mengikuti aturan alam. Pendapat yang menyokong bahaya pangan modifikasi genetik yang lain adalah karena jenis pangan ini baru, belum ada tes jangka panjang untuk melihat apakah berbahaya atau tidak dampaknya pada manusia.
Masyarakat sering menggunakan contoh tomat dengan modifikasi genetik. Tomat digunakan di banyak jenis makanan, namun mereka busuk cukup cepat dan tidak selalu rasanya enak. Sehingga, tomat dengan modifikasi genetik telah dikreasikan untuk lebih tahan lama, kelihatan leih merah dan rasanya lebih enak.
Para ilmuwan mengatakan bahwa teknologi modifikasi pangan adalah masa depan pangan. Mereka juga mengatajan bahwa tanaman juga dapat ditumbuhkan untuk melawan rumput dan hama pengganggu sehingga tanaman tidak akan rusak. Kita bisa memproduksi lebih banyak makanan seperti beras dan dapat mengurangi jumlah angka kelaparan di dunia. Harga pangan juga akan menjadi lebih rendah karena akan lebih banyak makanan yang tersedia.
Mitos Pangan Modifikasi Genetik
Pangan modifikasi genetik di dunia telah berkembang di berbagai negara, khususnya di Amerika Serikat (lihat gambar di atas). Petani-petani di Amerika memulai menumbuhkan tanaman pangan modifikasi genetis atau yang biasa disebut "GMO" pada tahun 1996, dan saat ini menanam 165 juta per tahun. Industri makanan memperkirakan bahwa 70% dari makanan yang diproses mengandung paling tidak satu bahan yang berasal dari tanaman modifikasi genetik. Namun seiring dengan adposi yang begitu cepat dan luas dari teknologi ini banyak mitos-motos yang berkembag diantara pendukung dan penentangnya. Dibawah ini beberapa di antaranya.
Mitos 1: Makanan Modifikasi Genetis yang terbuat dari bahan modifikasi genetis berbahaya untuk dikonsumsi
Tidak ada bukti yang cukup meyakinkan bahwa bahan yang terbuat dari modifikasi genetis yang ada saat ini dapat menyebabkan risiko kesejatan. Agensi Pemerintah dan Ilmiah termasuk Food and Drug Administration (FDA) dan National Academy of Sciences, telah melakukan review dan tidak mengidentifikasi risiko kesehatan Bahkan untuk penentang yang paling keras pun juga tidak menunjukkan risiko kesehatan.
Hal tersebut bukanlah suatu kejutan. DNA yang dimasukkan ke biji tanaman modifikasi genetis dan protein yang diproduksi sebagai besar dicerna dalam sistim gastrointestinal. Dan protein yang kadang kala merupakan molekul yang sudah sering dikenal dalam menu makanan sehari-hari. Misalnya, tanaman modifikasi genetis yang menangkis komponen virus dari virus tanaman yang sudah lama kita konsumsi tanpa ada bahaya. Sementara pangan modifikasi genetis tidak memperbaiki diet keseharian meskipun mungkin di masa yang akan datang bisa terjadi.
Mitos 2: FDA mengesakahkan makanan modifikasi genetis sebelum dikonsumsi masyarakat
Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Makanan dan Obat di Amerika, meskipun terdapat klaim dari industri bahwa lembaga ini tidak secara formal mengizinkan makanan atau bahan yang terbuat dari tanaman pangan yang dimodifikasi genetis. Hukum membutuhkan persetujuan awal dari pasar untuk "makanan aditif" seperti aspartam atau pewarna. Tahun 1992, FDA memutuskan bahwa dengan memasukkan suatu gen pada tanaman tidak membuat protein yang dihasilkan termasuk dalam kategori "makanan aditif".
Mitos 3: Monsanto dan pengembang biji merupakan penerima manfaat utama dari tanaman pangan modifikasi genetis
Sudah pasti pengembang makanan mendapatkan mandaat dari tanaman yang telah dimodifikasi, karena perusahaan ini telah menghabiskan banyak uang untuk mengembangkan tanaman ini dan kemudian mengenakan biaya premi besar untuk menutup biaya dan membuat keuntungan. Namun pihak yang lainnya juga mendapatkan keuntungan.
Petani di Amerika menumbuhkan tanaman kapas yang dimodidikasi genetis uang mengandung insektisida biologis yang telah membantu mengurangi penggunaan insektisida beracun yang tinggi. Hal ini mengurangi biaya dan kerusakan dari penggunaan insektisida kimia.
Di luar Amerika Serikat, pertanian dalam skala kecil yangmenumbuhkan kapas modifidikasi genetis di India dan Cina dapat memotong penggunaan insektisida secara signifikan, peningkatan hasil panen dan kenaikan keuntungan. Di Cina, penelitian-penelitian telah mendokumentasikan pengurangan insektisida telah menyebabkan pengurangan penggunaan insektisida yang pengurangan angka kunjungan petani ke rumah sakit dan mengurangi bahaya ke serangga yang bermanfaat dan spesies lainnya.
Mitos 3: Tanaman modifikasi genetik ramah lingkungan dan berkelanjutan
Monstanto, salah satu produsen besar biotek mengklaim sebagai salah satu perusahaan dunia yang berfokus pada pertanian berkelanjutan. Biji-bijian biotek menyediakan manfaat lingkungan yang substansial , namun klaim keberlanjutan sepertinya terlalu berlebihan. Produk Monsato yang sukses adalah tanaman yang toleran herbisida - diantaranta kedelai, jagung, kapas, bit gula dan alfalfa yang toleran terhadap glyphosate. Tanaman pangan tersebut, ditanam pada jutaan acre lahan tiap tahun dan membawa ke peningkatan penggunaan glyphosate dan munculnya tanaman yang resisten glyphosate. Paling tidak ada 10 spesies rumput di 22 negara bagian telah menunjukkan resistensi pada glyphosate. Industri mengajukan solusi bagi petani untuk seementara menggunakan herbisida "cocktails" yang terdiri dari berbegai macam herbisida yang dapat melawan rumput yang resisten sementara mereka mengembangkan varietas tanaman modifikasi genetis yang toleran terhadap herbisida lain.
Pada akhirnya tanaman modifikasi genetis seperti tanaman konvensional lainnya merupakan bagian dari sistim industri pertanian yang menggunakan pupuk yang banyak dan terkadang ditumbuhkan dalam sistim ladang monokultur yang luas dan tidak dirotasikan secara cukup. Apabila keberlajutan merupakan target akhirnya, mestinya semua petani, tidak hanya petani yang menggunakan tanaman modifikasi genetis perlu untuk beralih ke pertanian organik yang lebih berkelanjutan.
Mitos 4: Teknologi modifikasi genetis adalah cara yang paling baik untuk menambah produktivitas pertanian dan mengurangi kelaparan dunia
Andai saja semudah itu. Pada kondisi yangmendukung, tanaman modifikasi genetis dapat membantu petani di negara berkembang untuk menaikkan produksi. Namun, petani membutuhkan varietas modifikasi genetis tanaman yang dapat ditumbuhkan secara tepat, pendidikan yang memadai merupakan bagian dari penggunaan bijaksana teknologi ini dan kredit atau nilai untuk membeli pupuk, pestisida dan produk lainnya yang dapat memaksimalkan produktivitas.
Sumber: berbagai sumber
Jumat, 08 Maret 2013
Manfaat Kebun Dapur bagi Anak dan Orangtua
"Tumbuhkanlah, cobalah dan mungkin Anda akan menyukainya" adalah moto sekolah-sekolah yang mendorong murid-muridnya untuk makan lebih banyak buah dan sayuran. Lewat program kebun dapur berbasis komunitas, utamanya bagi yang berdedikasi komponen masakan, sekolah-sekolah secara sukses memperkenalkan murid mereka ke makanan yang yang lebih sehat. Dalam sebuah penelitian baru yang dirilis pada edisi March/April 2013 di Journal of Nutrition Education and Behavior , para peneliti menemukan bahwa menanam sendiri dan kemudian memasak makanan yang mana murid-murid tanam akan menambah keinginan mereka untuk mencoba makanan baru.
Sebuah tim peneliti dari University of Melbourne dan Deakin University merekrut total 764 anak-anak di kelas 3 hingga 6 dan 562 orangtua yang berpartisipasi dalam Program Stephanie Alexander Kitchen Garden. Model program dimasukkan dalam kurikulum sekolah dan termasuk 45 menit tiap minggu dalam sebuah kelas kebuh bersama sengan seorang spesialis kebun dan 90 menit per minggu di dapur dengan seorang spesialis memasak. Program ini didesain untuk memberikan anak-anak pengetahuan dan keahlian untuk berkebun secara ramah lingkungan dan berkelankitan bersamaan dengan menyaipakan 3 atau 4 ser makanan berdasarkan bahan-bahan segar yang tersedia dari kebun. Sajian yang berbeda disiapkan tiap minggunya termasuk pastry, roti dan pasta buatan sendiri, salad kari dan makanan penutup.
Berdasarkan Lisa Gibbs, PhD, pimpinan tim peneliti, satu dari temuan utama dari penelitian ini adalah anak-anak makan dan menghargai makanan baru."Program ini memperkenalkan anak-anak bahan-bahan dan rasa baru, dan dalam waktu yang singkat hampir semua anak-anak disiapkan untuk paling tidak mencoba makanan baru. Guru-guru pada beberapa sekolah juga dilaporkan bahwa mereka melihat kemajuan pada kualitas makanan yang dibawa anak-anak ke sekolah untuk kudapan dan makan siang sejak program ini diperkenalkan."
Petra Staiger, PhD, rekanan peneliti dari Deakin University menambahkan, "Data dan observasi kelas juga menunjukkan bahwa lingkungan sosial kelas bertambah seiring dengan keinginan anak-anak mencoba makanan bari. Hal ini termasuk duduk bersama untuk berbagai dan menikmati makanan yang mereka telah siapkan, dengan dorongan untuk mencoba namun tidak ada paksaan untuk makan."
Mungkin sudah saatnya di Indonesia juga mulai mengaktifkan kembali tradisi kebun-kebun produktif seperti sayuran, buah-buahan dan tanaman toga, atau jenis kebun lainnya meninat Indonesia memilki banyak potensi tanaman yang belum terolah.
Sumber: sciencedaily.com
Jumat, 22 Februari 2013
Penggurunan dan Degradasi Lahan

Pasir-pasir merubah lahan menjadi gurun setiap tahun mereka. Barisan gurun ini tanpa henti menyerang pedesaan, peternakan dan sumber air telah membuat jutaan pengungsi ekologis di seluruh dunia. Penggurunan bukan hanya masalah ekologi namun juga menjadi salah satu sebab menyusutnya pasokan pasokan makanan dan air, hilangannya pekerjaan dan migrasi massal. Penggurunan adalah degradasi lahan yang persisten pada ekosistem lahan kering, yang bervariasi penyebabnya dalam iklim dan aktivitas manusia. Contoh gurunisasi dan degradasi lahan yang sudah terjadi adalah tragedi Laut Aral yang mana dulunya lautan kini menjadi daerah yang mirip padang pasir. Mengingat pentingnya isu ini, maka setiap 17 Juni diperingati sebagai Hari Memerangi Penggurunan Sedunia.
Penggurunan adalah masalah lingkungan global yang serius- seperti perubahan iklim. Penggurunan menambah, dan memperburuk dampak perubahan iklim. Saat ini, sekitar dua miliar orang yang terpengaruh oleh penggurunan dan degradasi tanah; 10% hingga 20 dari lahan kering yang sudah terdegradasi, dan penggurunan yang sedang berlangsung mengancam dunia termiskin populasi. 41 persen dari seluruh dunia daratan rentan terhadap penggurunan. Padang pasir besar di dunia yang berkembang pada tingkat yang mengkhawatirkan. Gurun di China, Mongolia dan Afrika mulai menyerang daerah tetangga mereka. Ini artinya semakin sedikit lahan yang tersedia untuk pertanian, peternakan dan kegiatan yang berhubungan dengan sumber penghidupan bagi ratusan juta penduduk dunia, terutama masyarakat miskin. Penggurunan memotong ketersediaan makanan dan air sebagaimana peningkatan penduduk . Penggurunan juga menyebabkan bencana seperti badai pasir yang menghapus sebagian besar wilayah tanah produktif. Akuifer lenyap dan keanekaragaman hayati menjadi berkurang.

Jika tidak merehabilitasi lahan terdegradasi dan menghentikan penyebaran padang pasir, akan ada kekurangan pangan global, begitu juga air dan bahan bakar dan migrasi massal belum pernah terjadi sebelumnya.
Sebetulnya apa yang menjadi penyebab degradasi lahan dan penggurunan? Degradasi lahan dan penggurunan adalah proses yang panjang yang melibatkan sejumlah isu-isu seperti penggundulan hutan, penggembalaan, budidaya dan penebangan yang berlebihan, ditambah dengan tekanan penduduk, industrialisasi dan praktek penggunaan lahan yang tidak baik. Sebuah iklim yang pada dasarnya kering, kekeringan dan angin kencang semakin menambah penyebab antropogenik. Eksploitasi berlebihan dari praktek irigasi tanah dan tidak berkelanjutan membuat keadaan menjadi lebih buruk. sedangkan perubahan iklim juga merupakan faktor utama merendahkan tanah
Solusi Permasalahan
Lebih dari dua miliar hektar lahan rusak di berbagai belahan dunia dapat direhabilitasi.Teknik agro-forestry dan regenerasi alami yang dikelola petani. Inisiatif masyarakat kecil seperti penutupan lahan terdegradasi untuk penggembalaan, membatasi pertanian, tumbuh cepat tumbuh tanaman , meningkatkan pepohonan yang dapat berfungsi sebagai penghalang terhadap angin dan badai pasir yang sangat efektif. Pemerintah nasional dapat mempertimbangkan membangun sabuk hijau besar, memprioritaskan program kehutanan dan proyek peluncuran memperbaiki dan menstabilkan pasir. Di Cina, di mana gurun terdiri dari 27 persen daratannya , banyak uang yang telah diinvestasikan negara dalam program anti-penggurunan telah menyadari bahwa penggurunan harus ditangani untuk mempertahankan pembangunan ekonomi. Beberapa negara, seperti China telah memulai program penanaman pohon untuk membendung kemajuan gurun. Namun, dalam beberapa kasus pohon yang ditanam membutuhkan sejumlah besar air, menempatkan lebih banyak tekanan pada sumber daya yang langka.
Laporan PBB menunjukkan bahwa praktek pertanian baru, seperti mendorong hutan di lahan kering, adalah langkah-langkah sederhana yang bisa menghilangkan lebih banyak karbon dari atmosfer dan juga mencegah penyebaran gurun. Laporan ini mengatakan perlunya menyediakan mata pencaharian alternatif bagi penghuni di lahan kering- bukan berdasarkan cocok tanam tradisional yang didasarkan pada irigasi, peternakan sapi, dan sebagainya melainkan memperkenalkan mata pencaharian lebih inovatif yang tidak memberikan tekanan pada sumber daya alam. Seperti ekowisata, misalnya atau menggunakan energi matahari untuk menyokong kegiatan lain.
Sumber: berbagai sumber
Rabu, 30 Januari 2013
Masalah Terbesar yang Dihadapi Laut dan Solusinya

Lautan antara sumber daya terbesar untuk kehidupan di bumi. Laut memberikan banyak manfaat, di sisi lain manusia juga memberlakukannya sebagai tempat pembuangan 'sampah'. Kenyataan ini jelas menunjukkan paradoks. Berikut adalah tujuh masalah terbesar, dan solusi yang bisa dilakukan
Masalah 1. Penangkapan Berlebihan (Overfishing)
Organisasi Pangan dan Pertanian memperkirakan bahwa lebih dari 70% dari spesies ikan dunia telah sepenuhnya dieksploitasi atau habis. Overfishing memiliki beberapa dampak serius pada lautan. Tidak hanya berisiko memusnahkan suatu spesies, tetapi juga spesies lain dari hewan laut yang bergantung untuk bertahan hidup. Sudah menunjukkan bahwa penangkapan ikan yang berlebihan dapat menyebabkan hewan laut kelaparan. Lautan saat ini kebanyakan memerlukan kebijakan larangan penangkapan ikan apabila ingin memulihkan spesies tertentu.
Ada banyak cara untuk menangkap ikan, sayangnya beberapa metode yang cukup destruktif, termasuk metode bottom trawl yang merusak habitat dasar laut dan hingga menyendok ikan dan hewan yang tidak diinginkan, pada akhirnya dibuang. Penangkapan ikan yang berlebihan mengantar banyak spesies masuk ke daftar spesies yang terancam dan hampir punah!
Selain itu juga permasalahan banyaknya alat tangkap ikan yang dibiarkan begitu saja di lautan, tidak dibuang dengan benar mengakibatkan tertangkapnya binatang lautan secara tidak sengaja. Hal ini tentu berbahaya karena menyebabkan spesies lautan menjadi terjebak dan akhirnya mati sia-sia.
Masalah 2. Budidaya Ikan yang tidak bertanggungjawab
Budidaya ikan, atau budidaya, adalah respon untuk stok ikan di lautan menipis dengan cepat. Sementara hal ini terdengar seperti ide yang baik, sayangnya memiliki banyak konsekuensi negatif akibat operasial yang dikelola dengan buruk. Pencemaran nutrisi dan kimia dapat terjadi dengan mudah di laut terbuka operasi pada saat pakan ikan, kotoran, dan obat-obatan yang dilepaskan ke lingkungan. Budidaya ikan sengaja dilepaskan ke populasi asli di lautan juga dapat memiliki efek merusak, seperti hilangnya spesies asli, penularan penyakit, dan perubahan merusak habitat. Sayangnya, hambatan terbesar untuk mengatasi tantangan industri yang memasok hampir 50% dari pasokan pangan dunia ikan tidak ada peraturan yang jelas.
Masalah 3. Predator Laut Paling Penting Semakin Langka
Penangkapan berlebih merupakan masalah biasa untuk spesies yang umum bagi kita seperti tuna sirip biru. Namun merupakan masalah serius dengan hiu. Hiu tewas dalam angka yang mengejutkan setiap tahunnya, terutama (hanya) untuk siripnya! Ini adalah praktek umum untuk menangkap hiu, memotong sirip mereka, dan melemparkan mereka kembali ke laut di mana mereka dibiarkan mati. Sirip dijual sebagai bahan untuk sup!
Hiu berada di bagian atas rantai makanan sebagai predator, yang berarti tingkat reproduksinya lambat. Jumlah Hiu tidak pulih dengan mudah dari penangkapan ikan berlebihan. Di atas semua itu, status pemangsa hiu juga membantu mengatur jumlah spesies lainnya. Ketika predator utama adalah mengambil keluar dari lingkaran, biasanya muncul kasus spesies yang lebih rendah pada rantai makanan jumlahnya mulai melebihi habitat dan menciptakan spiral yang dapat merusak ekosistem. Pengambilan sirip hiu adalah praktek yang perlu, apabila sebagai tujuan mempertahankan keseimbangan.
Masalah 4. Pengasaman laut mengembalikan ke masa 35 juta tahun lalu
Samudra menyerap sebanyak sepertiga CO2 yang dipancarkan dari seluruh dunia, membuat permukaan laut jauh lebih asam. Efek kalsium karbonat dibutuhkan oleh karang, plankton, dan kehidupan laut lainnya yang menggunakannya untuk membangun frame rangka dan kerang yang melindungi mereka. Keasaman laut telah meningkat sebesar 25% sejak revolusi industri, dan akhirnya akan menghancurkan kehidupan laut banyak jika itu meningkat pada tingkat ini.
"Pengasaman lautan lebih cepat dari sebelumnya dalam sejarah bumi dan jika Anda melihat pCO2 (tekanan parsial karbon dioksida) tingkat kita telah mencapai sekarang, Anda harus kembali 35 juta tahun waktu untuk menemukan keseimbangan" kata Jelle Bijma, ketua Komite Program EuroCLIMATE dan biogeochemist di Alfred Wegener--Institut Bremerhaven.
Masalah 5. Matinya Terumbu Karang
Menjaga terumbu karang yang sehat merupakan topik utama . Fokus pada bagaimana melindungi terumbu karang penting mempertimbangkan mendukung sejumlah besar kehidupan laut dalam skala kecil, yang pada gilirannya mendukung kedua kehidupan laut yang lebih besar dan manusia, tidak hanya untuk kebutuhan pangan, namun juga tuntutan ekonomi.
Pemanasan global merupakan penyebab utama dari pemutihan karang, tetapi ada penyebab lain juga. Mencari tahu cara untuk melindungi "sistem penopang hidup" laut merupakan suatu keharusan bagi kesehatan keseluruhan sistim lautan.
Masalah 6. Zona laut Mati Berkembang
Zona mati adalah petak laut yang tidak mendukung kehidupan karena kekurangan oksigen, dan pemanasan global merupakan tersangka utama untuk apa di balik pergeseran perilaku laut yang menyebabkan zona mati. Jumlah zona mati tumbuh pada tingkat yang mengkhawatirkan, dengan lebih dari 400 diketahui ada, dan jumlah ini diperkirakan akan bertambah. Daerah ini sering ditemukan di mulut sungai besar, dan terutama disebabkan oleh pupuk yang dibawa dalam limpasan tersebut. Sayangnya, kekurangan oksigen membunuh banyak makhluk dan menghancurkan habitat keseluruhan. Pada tingkat saat ini kami, zona mati akan meningkat sebesar 50% sebelum akhir abad ini.
Penelitian zona mati menggarisbawahi keterkaitan planet bumi kita. Tampaknya keanekaragaman hayati di darat bisa membantu mencegah zona mati di laut dengan mengurangi atau menghilangkan penggunaan pupuk dan pestisida yang mengalir ke laut terbuka dan merupakan bagian dari penyebab zona mati. Mengetahui zat apa saja yang dibuang ke laut adalah penting dalam menyadari peran manusia dalam menciptakan kebelanjutan kehidupan ekosistem di mana kita bergantung.
Masalah 7. Polusi Merkuri berasal dari batubara, menuju lautan dan berakhir di meja makan
Polusi merajalela di lautan tapi salah satu polutan paling menakutkan adalah merkuri karena akan berakhir di meja makan. Bagian terburuk adalah kadar merkuri di lautan diperkirakan meningkat. Para ilmuwan melaporkan bahwa tingkat merkuri laut kita telah meningkat lebih dari 30% dalam 20 tahun terakhir, dan akan meningkatkan lagi 50% dalam beberapa dekade mendatang. Jadi mana merkuri berasal? Anda mungkin bisa menebak. Pembangkit listrik Batubara. Bahkan, menurut Badan Perlindungan Lingkungan, pembangkit listrik batu bara adalah sumber terbesar dari industri pencemaran merkuri di Amerika. Merkuri telah terkontaminasi badan air di seluruh 50 negara, apalagi lautan kita. Merkuri diserap oleh organisme di bagian bawah rantai makanan dan sebagai ikan yang lebih besar memakan ikan yang lebih besar, bekerja dengan cara kembali rantai makanan yang tepat melalui sajian makanan laut, terutama dalam bentuk tuna.
Masalah 8. Pusaran Sampah Pacific Besar, sup plastik raksasa yang bisa dilihat dari luar angkasa
Yang satu ini lebih menyedihkan, sekaligus mengejutkan berapa banyak sampah yang kita buang berakhir di laut. Hewan menjadi mudah tersangkut dan terjebak dalam sampah kita, dan hal itu dapat merusak kehidupan laut rentan seperti karang dan spons. Selain itu, kura-kura laut dan lumba-lumba memakan kantong plastik karena mengira ubur-ubur, makanan favorit dan cumi-cumi, yang akhirnya mencekik atau menyumbat sistem pencernaan mereka. Jika itu tidak cukup buruk, mudah-mudahan lebih besar dari Texas sampah pusaran di Samudera Pasifik dan sepupunya yang lebih kecil di Atlantik akan membantu melayani sebagai panggilan peringatan yang serius. Kita tentu tidak bisa mengabaikan pusaran raksasa sup plastik ukuran Texas berada di tengah-tengah Samudera Pasifik.
Mengambil pelajaran dari Pusaran Sampah Pacific Besar adalah cara yang bijaksana untuk menyadari tidak ada "pergi" bila itu berhubungan dengan sampah, terutama sampah yang tidak memiliki kemampuan untuk membusuk. Untungnya, Pusaran Sampah Pasifik besar mendapatkan banyak perhatian dari organisasi lingkungan, termasuk Proyek Kaisei, yang meluncurkan upaya bersih-bersih dan eksperimen pertama kalinya, dan David de Rothschild yang akan berlayar dengan kapal yang terbuat dari plastik keluar dari patch untuk meningkatkan kesadaran akan bahasa sampah plastik di lautan.
Solusi 1. Geoengineering : Apa yang diketahui dan tidak diketahui tentang teknologi baru
Masalah geoengineering, mengingat bunga kita lihat dengan kapur pembuangan di dalam air untuk mengimbangi tingkat pH laut dan melawan efek dari semua yang kita pompa CO2 ke udara. Baru-baru ini kita menyaksikan serbuk besi yang dibuang ke laut untuk melihat apakah yang akan membantu menyedot beberapa CO2.
Wilayah ini adalah wilayah yang benar-benar kontroversial, terutama karena kita tidak tahu apa yang kita tidak tahu. Meskipun itu tidak menghentikan banyak ilmuwan dari mengatakan kita harus mencobanya.
Penelitian telah membantu untuk memetakan beberapa risiko, konsekuensi, dan dalam hal apa saja. Banyak penelitian seperti biochar untuk carbon sinks dan sejenisnya, tapi sementara ini ide-ide ini masih beupa benih janji yang masing-masing cukup kontroversial, bisa jadi/tidak malah memperburuk situasi.
Solusi 2. Tetap pada apa yang kita tahu - Konservasi Lautan
Tentu saja, solusi ini baik meskipunkelihatannya kuno, akan tetap menjadi salah satu solusi yang bisa menunjukkan jalan keluar. Melihat gambaran besar dan luasnya upaya yang diperlukan, mungkin butuh banyak keberanian untuk tetap optimis. Tapi kita harus optimis!
Memang benar bila sebagian menilai upaya konservasi itu tertinggal, tetapi itu tidak berarti upaya ini tidak ada. Ketika kita melihat apa yang bisa terjadi untuk lautan ketika upaya konservasi dibawa ke titik yang maksimal, saya rasa akan sepadan untuk menghabiskan lebih banyak waktu dan energi pada solusi ini.
Sumber: treehugger.com, huffingtonpost.com
Selasa, 29 Januari 2013
Lebih Dekat dengan Pertanian Kota

Urban farming atau Pertanian kota didefinisikan produksi makanan melalui budidaya tanaman intensif dan peternakan di dalam dan sekitar kota. Pertanian kota memiliki banyak bentuk, termasuk kebun masyarakat, peternakan kota, rumah kaca, atap bangunan, kebun sekolah dan kandang ayam belakang rumah. Kota San Fransisco sudah menerapkan pertanian perkotaan ini secara luas di dalam wilayahnya. Manfaat pertanian perkotaan, SPUR, sebuah LSM yang bermarkas di Kota San Fransisco menyatakan dukungannya terhadap pertanian perkotaan di kota tersebut karena memberikan manfaat ganda bagi masyarakat San Fransisco dan kota secara keseluruhan. SPUR bahkan membuat laporan mengenai pertanian perkotaan yang memfokuskan sebagian besar perhatian pada kebun masyarakat dan peternakan kota.
Perkotaan pertanian telah menjadi perhatian masyarakat Kota San Fransisco dalam beberapa tahun terakhir. Dua lusin kebun dan peternakan telah tumbuh di seluruh kota sejak tahun 2008, dan pada tahun 2011 kota mengubah kode zonasi untuk mengizinkan pertanian perkotaan di semua lingkungan. Masyarakat kota tertarik untuk mengambil abgian dalam program pertanian perkotaan karena manfaat yang yang ditawarkan beragam. Berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh SPUR 'Public Harvest: Expanding the use of public land for Urban Agriculture in San Fransisco', tahun 2012 manfaat utama pertanian kota berdasarkan studi di kota tersebut meliputi:
1. Menghubungkan warga kota untuk sistem pangan yang lebih luas
Sebagian besar makanan yang tumbuh di luar daerah perkotaan, yang menghasilkan pemutusan antara penduduk kota dan sistem pangan yang lebih luas yang mendukung komunitas mereka. Berkebun perkotaan dan pertanian dapat menutup kesenjangan ini. Kebun masyarakat, sekolah kebun, pasar peternakan dan bahkan sarang lebah lokal memberikan kesempatan untuk pendidikan dan apresiasi terhadap sistem pangan.
2. Menyediakan ruang hijau dan rekreasi
Kota ini memiliki hampir 100 kebun dan peternakan di tanah baik negeri maupun swasta (tidak termasuk kebun sekolah) yang dinikmati oleh ribuan warga. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa proyek pertanian perkotaan telah mengubah lahan kosong atau diabaikan dalam ruang hidup.
3. Menyimpan uang lembaga-lembaga publik
Kebun dan pertanian perkotaan di lahan publik dapat mengurangi biaya lansekap kota, penyiangan dan pemeliharaan untuk situs tersebut. Kelompok masyarakat yang mulai mengelola sebelumnya lahan kosong juga dapat membantu mencegah lahan-lahan tidak terpakai menjadi tempat pembuangan informal, Departemen PU menghemat sekitar $ 4.100 per tahun pada tiap lahannya.
4. Memberikan manfaat ekologi dan infrastruktur hijau
Kebun dan peternakan menyerap air hujan, mendinginkan lingkungan perkotaan yang panas, dan menyediakan habitat bagi burung dan serangga. Manfaat-manfaat ekologi mengurangi stres pada sistem pembuangan limbah kota, permintaan energi yang lebih rendah pada hari-hari panas dan dukungan keanekaragaman hayati . Studi menunjukkan bahwa atap ditanami dengan vegetasi dapat mengurangi limpasan stormwater sebesar 40 hingga 80 persen, membantu mengurangi kemungkinan pembuangan limbah ke laut dan teluk. Efek isolasi tanah di atas atap dapat mengurangi biaya energi bangunan sebesar 6 persen per tahun.
5. Membangun masyarakat
Hampir setia pkoordinator kebun atau pertanian dapat menceritakan kisah tentang bagaimana proyek mereka telah membantu merajut bersama-sama sekelompok orang dengan cara yang sedikit ruang perkotaan lainnya lakukan, dan peneliti telah mendokumentasikan peningkatan kohesi sosial bahwa proyek-proyek pertanian perkotaan sering menyediakan.
6. Menawarkan akses pangan, kesehatan masyarakat dan potensi pembangunan ekonomi
Perkotaan pertanian di San Francisco juga memiliki potensi untuk berkontribusi terhadap upaya kota untuk meningkatkan akses pangan, meningkatkan kesehatan masyarakat dan menciptakan lapangan kerja. Akses pangan adalah ketersediaan segar, makanan sehat dalam lingkungan. Meskipun beberapa studi menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan toko kelontong, pertanian kota dapat memberikan hanya sejumlah kecil dari kebutuhan gizi lingkungan yang tidak memiliki akses yang baik untuk produk segar, tetapi pertanian perkotaan dapat menjadi taktik tambahan yang penting dalam strategi makanan-akses komprehensif. Untuk tukang kebun individu, produk dipanen dapat memberikan akses besar untuk segar, makanan bergizi dengan biaya rendah. Untuk lingkungan, kebun dan peternakan dapat memberikan pendidikan tentang gizi dan makanan sehat.
Di Kota San Fransisco, lebih dari 70 proyek dari berbagai jenis, tidak termasuk sekolah kebun, yang saat ini beroperasi pada lahan publik, mulai dari kebun kontainer seluas 120 meter persegi di perpustakaan cabang hingga hampir 3 hektar di peternakan Alemany. Setidaknya 11 instansi kota, 2 lembaga negara dan 3 badan-badan federal mengadakan proyek pertanian perkotaan pada properti mereka di dalam kota. Saat ini lokasi-lokasi pertanian Kota di San Fransisco adalah sebagai berikut.
Masyarakat San Fransisco antusias dengan program pertanian kota. Permintaan untuk lebih banyak ruang untuk menumbuhkan sayuran semakin bertambah. Survei sejak 2005 telah secara konsisten menunjukkan daftar tunggu yang panjang di banyak kebun kota masyarakat. Dalam kebanyakan kasus, warga harus menunggu lebih dari dua tahun untuk mendapatkan akses ke plot. Peluncuran lebih dari 20 proyek pertanian baru perkotaan dalam empat tahun terakhir merupakan indikasi bahwa saat ini jumlah lahan yang didedikasikan untuk pertanian perkotaan tidak cukup.
Sumber: spur.org
Selasa, 08 Januari 2013
Mitos Lingkungan 3: Pangan Organik Selalu Lebih Baik

Manakah yang lebih dahulu ada? Ayam atau telur? Saat ini tampaknya bukan teka-teki ini yang harus kita harus pecahkan pada saat berbelanja. Apakah ayam diperlakukan secara dengan baik dan manusiawi? Apakah mereka dibiarkan tetap bebas? Apakah telur ini dari dihasilkan dari peternakan yang bebas kandang?
Memilih buah-buahan sayuran, susu dan daging organik, merupakan pilihan yang cerdas. Meskipun tidak ada bukti definitif bahwa makanan organik memiliki manfaat gizi yang signifikan terhadap makanan konvensional, jenis pangan ini harus diproduksi tanpa antibiotik, hormon pertumbuhan, dan pestisida sintetis dan pupuk. Hal ini akan menurunkan resiko terkena zat yang berbahaya. Intinya makanan organik baik untuk kesehatan tubuh Anda. Dan karena pangan organik yang ditanam dan diproduksi dengan menggunakan berkelanjutan, metode pertanian regeneratif, mereka baik untuk tanah dan baik untuk planet ini. Jadi sudah jelas pangan organik baik untuk kesehatan manusia dan planet, bukan?
Tunggu dulu, Anda juga perlu mengkritisi dari manakah pangan organik ini berasal. Makanan organik hanya baik bagi planet ketika tidak diangkut dengan truk, dikirim atau diterbangkan dari bagian dunia yang lain sebelum mendarat di tempat tujuan akhir mereka. Semakin tinggi jumlah makanan yang ditransportasikan maka semakin besar pula jumlah konsumsi energi dan polusi dilepaskan - keduanya berkontribusi terhadap masalah pemanasan global. Rata-rata, sebagian besar makanan telah melakukan perjalanan sekitar 1.300 mil (2.092 km) sebelum mereka tiba di meja makan. Coba Anda pikirkan tentang hal ini: Bagaimana buah pir atau apel merah sampai ke toko lokal? Pada tahun 2005 di Amerika, jumlah total buah-buahan dan sayuran yang diterbangkan ke California saja melepaskan lebih dari 70.000 ton CO2, jumlah yang sama dari polusi yang dihasilkan oleh 12.000 mobil di jalan.
Kemudian, dalam hal ini apa yang harus dilakukan? Pilihlah makanan lokal - dan, bahkan lebih baik lagi pangan lokal yang ditanam secara organik . Mengunjungi pasar lokal atau langsung ke petani Anda dijamin mendapatkan bahan pangan segar. Intinya makan organik akan menjadi lebih bagus lagi apabila dikonsumsi secara lokal.
Sumber: science.howstuffworks