Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 08 Maret 2013

Manfaat Kebun Dapur bagi Anak dan Orangtua

Tidak ada komentar :


"Tumbuhkanlah, cobalah dan mungkin Anda akan menyukainya" adalah moto sekolah-sekolah yang mendorong murid-muridnya untuk makan lebih banyak buah dan sayuran. Lewat program kebun dapur berbasis komunitas, utamanya bagi yang berdedikasi komponen masakan, sekolah-sekolah secara sukses memperkenalkan murid mereka ke makanan yang yang lebih sehat. Dalam sebuah penelitian baru yang dirilis pada edisi March/April 2013 di  Journal of Nutrition Education and Behavior  , para peneliti menemukan bahwa menanam sendiri dan kemudian memasak makanan yang mana murid-murid tanam akan menambah keinginan mereka untuk mencoba makanan baru.

Sebuah tim peneliti dari University of Melbourne dan Deakin University merekrut  total 764 anak-anak di kelas  3 hingga 6 dan 562 orangtua yang berpartisipasi dalam Program Stephanie Alexander Kitchen Garden. Model program dimasukkan dalam kurikulum sekolah dan termasuk 45 menit tiap minggu dalam sebuah kelas kebuh bersama sengan seorang spesialis kebun dan 90 menit per minggu di dapur dengan seorang spesialis memasak. Program ini didesain untuk memberikan anak-anak pengetahuan dan keahlian untuk berkebun secara ramah lingkungan dan berkelankitan bersamaan dengan menyaipakan 3 atau 4 ser makanan berdasarkan bahan-bahan segar yang tersedia dari kebun. Sajian yang berbeda disiapkan tiap minggunya termasuk pastry, roti dan pasta buatan sendiri, salad kari dan makanan penutup.

Berdasarkan Lisa Gibbs, PhD, pimpinan tim peneliti, satu dari temuan utama dari penelitian ini adalah anak-anak makan dan menghargai makanan baru."Program ini memperkenalkan anak-anak bahan-bahan dan rasa baru, dan dalam waktu yang singkat hampir semua anak-anak disiapkan untuk paling tidak mencoba makanan baru. Guru-guru pada beberapa sekolah juga dilaporkan bahwa mereka melihat kemajuan pada kualitas makanan yang dibawa anak-anak ke sekolah untuk kudapan dan makan siang sejak program ini diperkenalkan."

Petra Staiger, PhD, rekanan peneliti dari Deakin University menambahkan,  "Data dan observasi kelas  juga menunjukkan bahwa lingkungan sosial kelas bertambah seiring dengan keinginan anak-anak mencoba makanan bari. Hal ini termasuk duduk bersama untuk berbagai dan menikmati makanan yang mereka telah siapkan, dengan dorongan untuk mencoba namun tidak ada paksaan untuk makan."

Mungkin sudah saatnya di Indonesia juga mulai mengaktifkan kembali tradisi kebun-kebun produktif seperti sayuran, buah-buahan dan tanaman toga, atau jenis kebun lainnya meninat Indonesia memilki banyak potensi tanaman yang belum terolah.

Sumber: sciencedaily.com

Tidak ada komentar :

Posting Komentar