Akankah kita akan terpaksa untuk memakan ubur-ubur. Sejak awal tahun 2000an, makhluk transparan ini telah banyak menguasai perairan dunia sepeti Laut Jepang, Laut Hitam, Laut Mediterania. Hal ini merupakan fenomena siklus yang disebab oleh gelombang lautan atau pemanasan global? Hingga saat ini penyebabnya tetap tidak diketahui. Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti IRD dan partnernya mempublikasikan dalam Bulletin of Marine Science, mengekspos pengambilan ikan berlebih sebagai faktor utamanya.
Rabu, 15 Oktober 2014
Penyu Hijau Pengidap Tumor Berhubungan Dengan Aktivitas Manusia
Para ilmuwan baru-baru ini mulai memahami tentang fibropapillomatosis, mereka menemukan bahwa polusi nitrogen dari polusi perkotaan dan pertanian di Hawaii adalah penyebab di balik penyakit menyedihkan ini. Nitrogen pada alga yang di makan oleh penyu ini menyebabkan penumpukan "cascade gizi." Para peneliti baru-baru ini menerbitkan studi mereka yang dipublikasikan di Peer J, menambahkan sebuah studi pada tahun 2010 mengenai fibropapillomatosis menjadi hal yang dominan di daerah limpasan.
Kelebihan nitrogen disimpan dalam rumput laut dalam bentuk arginine, asam amino. Para ilmuwan menemukan tingkat tinggi arginin di kedua perairan tercemar dan tumor penyu, serta menemukan tingkat yang lebih tinggi arginin pada spesies invasif merah ganggang yang mencapai 90 persen dari beberapa diet penyu. Karena penyu laut adalah herbivora, mereka harus mengkonsumsi dua kali lebih banyak dari ganggang untuk mendapatkan asupan kalori yang sama dari ganggang asli, menurut pernyataan Universitas Duke. Para peneliti juga menemukan prolin dan glisin dalam ganggang dengan asam amino yang sama dalam tumor kanker pada manusia.
Meskipun melihat tumor yang tumbuh pada penyu menyedihkan, temuan penelitian ini menawarkan wawasan yang dapat menginformasikan konservasi dan pengelolaan penyu yang lebih baik. Para peneliti juga mengatakan bahwa temuan mereka dapat berguna untuk melindungi ikan, tanaman dan komunitas terumbu karang secara keseluruhan yang terkena dampak polusi.
"Jika penelitian terus mendukung hipotesis ini, kita mungkin perlu mempertimbangkan kembali cara kita saat ini mengelola nutrisi pesisir pantai," ungkap co-author studi Kyle Van Houtan dalam pernyataannya.
Sabtu, 25 Januari 2014
Peneliti Membuka Tabir Dunia Ikan Biofluorescence

Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh para ilmuwan dari American Museum of Natural History telah merilis laporan pertama mengenai ikan biofluorescence mengidentifikasi lebih dari 180 spesies yang bersinar dalam berbagai warna dan pola. Diterbitkan di PLoS ONE, penelitian menunjukkan bahwa biofluorescence - sebuah fenomena dimana organisme menyerap cahaya, mengubahnya, dan keluarkan sebagai warna yang berbeda. Kejadian ini merupakan kejadian umum dan bervariasi diantara berbagai spesies ikan laut, menunjukkan potensinya yang digunakan dalam komunikasi dan berkembang biak. Laporan ini membuka pintu untuk penemuan protein fluorescent baru yang dapat digunakan dalam penelitian biomedis.
Berbeda dengan lingkungan penuh warna di mana manusia dan hewan darat lainnya menghuni, ikan hidup di dunia yang didominasi warna biru karena kedalaman, air menjadi cepat menyerap sebagian besar spektrum cahaya tampak. Dalam beberapa tahun terakhir, tim peneliti telah menemukan bahwa banyak ikan menyerap cahaya biru yang tersisa dan memancarkan kembali dalam hijau neon, merah, dan kuning jeruk.
Investigasi para peneliti pada biofluorescence ikan dimulai dengan pengamatan yang tidak sengaja belut fluoresensi hijau yang bertolak dari Little Cayman, sebagaimana saat itu Sparks dan Gruber sedang melakukan pencitraan biofluorescence karang untuk sebuah pameran American Museum of Natural History Makhluk Cahaya: Alam Cahaya.
Ekspedisi terbaru adalah The Explore21 ekspedisi Kepulauan Solomon, perjalanan pertama di bawah inisiatif baru Museum yang mendukung kerja lapangan eksplorasi yang multidisiplin dan sangat terintegrasi dengan teknologi yang sedang berkembang.
Tim mencatat bahwa banyak ikan biofluorescent memiliki filter kuning di mata mereka, mungkin memungkinkan mereka untuk melihat menampilkan neon dinyatakan tersembunyi berlangsung dalam air. Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan, temuan ini menunjukkan bahwa biofluorescence dapat digunakan untuk komunikasi interspesifik sambil tetap disamarkan predator. Kemampuan ini mungkin sangat penting selama bulan purnama, ketika ikan telah terbukti ikut serta dalam ritual kawin.
Sumber: sciencedaily.com
http://www.sci-news.com/biology/science-fish-biofluorescence-01690.html
Kamis, 05 September 2013
Penurunan Es Laut dan Penghijauan Kutub Utara
Menurut dua ilmuwan University of Alaska Fairbanks, penurunan laut es dan tren pemanasan yang mengubah vegetasi di sekitar daerah pesisir Arktik.
Uma Bhatt, an associate professor with UAF's Geophysical Institute, and Skip Walker, a professor at UAF's Institute of Arctic Biology, contributed to a recent review of research on the response of plants, marine life and animals to declining sea ice in the Arctic.
Uma Bhatt, seorang profesor di Institut Geofisika UAF, dan Skip Walker, seorang profesor di Institute of Arctic Biology UAF , berkontribusi sebuah tinjauan terbaru dari penelitian pada respon tanaman, kehidupan laut dan hewan menurunnya es laut di Arktik.
"Kita ingin melihat apakah penurunan es di laut berkontribusi penghijauan tundra sepanjang daerah pantai," kata Bhatt. "Ini adalah ide yang relatif baru."
Kajian ini muncul dalam edisi terbaru majalah Science. Kajian ini membahas komprehensif bagaimana hilangnya es laut utara mempengaruhi daerah sekitarnya. Bhatt dan Walker adalah dua dari sepuluh penulis.
Tim peninjau menganalisis 10 tahun data dan penelitian. Temuan menunjukkan bahwa kehilangan es laut merubah rantai makanan laut dan darat. Hilangnya es lautan berarti hilangnya ganggang es laut, fondasi dari rantai makanan di laut. Plankton yang lebih besar berkembang, menggantikan lebih kecil, tetapi lebih plankton padat. Apa artinya itu masih belum sepenuhnya dipahami.
Di atas air, hilangnya es laut telah menghancurkan jalur lama migrasi hewan di laut es saat membuka jalur baru bagi hewan laut lainnya. Beberapa hewan dan tumbuhan akan menjadi lebih terisolasi. Dalam kasus bagian utara dan terdingin terjauh dari Arktik, seluruh bioma dapat hilang tanpa adanya efek pendinginan menghilangnya es laut musim panas.
Walker, seorang ahli biologi tanaman, mengatakan pemanasan tanah memberikan kesempatan bagi vegetasi baru untuk tumbuh. Hal ini memberikan kontribusi untuk penghijauan umum Kutub Utara yang terlihat dari ruang angkasa. Bhatt, seorang ilmuwan atmosfer, memeriksa 1982-2010 data waktu dari data penginderaan jauh untuk memeriksa tren di es laut, suhu permukaan tanah dan perubahan dalam kelimpahan vegetasi.
Sebuah kejutan dan membingungkan Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi pemanasan dan penghijauan lahan Arktik di Amerika Utara, beberapa daerah di Rusia utara dan sepanjang pantai Laut Bering Alaska menunjukkan tren pendinginan terbaru dan penurunan produktivitas vegetasi.
"Kami tidak tahu mengapa," kata Bhatt.
Semua ini menggambarkan kompleksitas sistem Arktik dan mengapa para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu harus bekerja sama untuk memahaminya, kata Bhatt. Review artikel adalah salah satu langkah pertama dalam arah ini.
"Ini bukan cerita sederhana di sini," kata Bhatt. "Saya seorang ilmuwan atmosfer dan Skip (Walker) adalah ahli biologi tanaman. Kami telah memiliki banyak percakapan untuk memahami satu sama lain sehingga kita bisa lebih memahami apa yang terjadi di Arktik."
Sumber: sciencedaily.com
Senin, 01 Juli 2013
Stok Ikan Nasional Terancam

Stok ikan di perairan Indonesia diperkirakan bakal habis jika pemerintah tidak mengubah model pemanfaatan ikan tangkap.
Abdullah Habibi, Capture Fisheries Coordinator Marine Program WWF Indonesia, mengatakan Indonesia berpotensi kehabisan ikan karang pada 2029.
"Pada 2029 ikan karang diprediksi akan habis jika model pemanfaatan ikan tangkapan masih seperti saat ini. Oleh sebab itu, kami mendorong pemerintah untuk menerapkan model pemanfaatan yang berkelanjutan," ujarnya.
Habibi menjelaskan saat ini 55% stok ikan nasional sudah berada dalam kondisi kelebihan pemanfaatan (over fishing). Daerah-daerah over fishing sebagian besar berlokasi di bagian barat Indonesia a.l Laut Cina Selatan, Laut Jawa, dan Samudera Hindia.
Adapun menurut jenis, stok ikan yang semakin menipis adalah ikan karang seperti kerapu dan kakap. Sementara itu, jenis ikan yang stoknya masih cukup bagus yakni ikan Tuna.
"Ikan Tuna stoknya bagus, tetapi pemanfaatannya belum bagus. Pasalnya, pemanfaatan ikan Tuna masih lebih tinggi dibandingkan dengan stoknya,“ ungkapnya.
Terancamnya stok ikan nasional, lanjutnya, diperparah oleh berbagai kebijakan pemerintah yang justru mendorong kegiatan penangkapan secara berlebihan. Salah satu kebijakan yang dinilai turut menyebabkan over fishing adalah kebijakan subsidi solar untuk kegiatan penangkapan ikan.
Habibi mencatat sepanjang 2008—2011 subsidi bahan bakar untuk kapal penangkap ikan naik 13,5%. “Subsidi terus meningkat untuk kegiatan perikanan tangkap, itu justru semakin membahayakan kalau dilihat dari sisi stok. Kebijakan pembangunan pelabuhan baru juga bakal semakin membahayakan stok ikan nasional” imbuhnya.
Guna menangkal terus menipisnya stok ikan nasional, Pemerintah diminta untuk merealisasikan kebijakan yang berbasis pada keberlanjutan. Menurutnya, salah satu konsep yang cocok dengan konsep keberlanjutan adalah ekonomi biru.
Habibi menegaskan keberlanjutan juga mulai menjadi perhatian sektor perikanan di tingkat internasional. Salah satu contohnya adalah munculnya sertifikat ekolabel di sektor ini.
“Sertifikat ekolabel memastikan kalau pasokan ikan berasal dari daerah yang stok ikannya masih aman. Sistem ini memang masih berjalan bussiness to bussiness belum government to government, tapi kecenderungannya akan ke arah sana,” jelasnya.
Perusahaan multi nasional yang mulai meminta sertifikat ekolabel untuk pasokan ikan tangkapan adalah Wal Mart, perusahaan ritel yang berbasis di Amerika Serikat.
Sumber:bisnis.com
Senin, 24 Juni 2013
Industrialisasi Ikan Indonesia: Harus Atasi Dulu Masalah Mendasar
Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan (KAPI) Kementerian Kelautan dan Perikanan telah membuat pemetaan karakteristik habitat, dimana penetapan daerah penangkapan ikan (fishing ground) harus dibedakan dari daerah aktivitas ikan lainnya.
Aktivitas yang dimaksud yakni spawning ground (tempat beranak), nursery ground (daerah pengasuhan), feeding ground (daerah mencari pakan). Namun para peneliti kerap menemukan aktivitas penangkapan ikan yang tak kenal aturan.
Ada kawasan laut yang menjadi aktivitas ikan untuk beranak, mengasuh, dan mencari makan. Di kawasan itulah eksploitasi (yang seharusnya terlarang karena mengancam keberlangsungan hidup ikan) dilakukan. Dan kemungkinan, itu pula yang menyebabkan adanya titik-titik overfishing di perairan nusantara.
Marc Kochzius, peneliti biologi kelautan dari Vrije Universiteit Brussel, Jerman, dalam pemaparan risetnya yang berjudul ‘Connectivity of Coral Reef Population‘ di International Conference on Marine Science 2013 bertajuk ‘Marine Biodiversity and Connectivity for Sustainable Fisheries‘ menekankan agar perlu adanya verboden atau pembatasan penangkapan ikan ke dalam area spawning ground ikan.
Marc menyebut daerah tempat spawning ground, nursery ground, dan feeding ground tersebut sebagai daerah konektifitas. “Konektifitas populasi adalah kunci untuk mengetahui sejauh mana toleransi ikan bertahan hidup. Kemampuan ekosistem mereka menerima guncangan dan kembali normal juga bergantung pada konektifitas populasi,” ungkap Marc, Selasa (4/6).
Itu baru penelaahan konektifitas populasi dari segi kegiatan manusia. Belum lagi dari segi daya dukung lingkungan. Misalnya ketiadaan terumbu karang sebagai tempat anak-anak ikan mencari makan serta area pengasuhan. Bahkan Marc juga menyinggung soal polusi perairan yang mengancam keberlangsungan konektifitas tersebut. “Segala hal yang mendukung konektifitas populasi ikan ini sangat krusial bagi manajemen perlindungan kawasan laut,” tukasnya.

Pemaparan Marc tersebut diapresiasi penuh oleh Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) Indra Jaya. Perlindungan kawasan laut saat ini sudah bukan hanya di bibir saja atau sebuah tajuk rencana besar dalam pembangunan kelautan. “Tapi sudah mendesak dilakukan. Kenapa? Kita semua tahu, masyarakat semakin menyadari manfaat memakan ikan, sehingga permintaan ikan kini meningkat tajam dari waktu ke waktu,” pungkas Indra.
Itulah sebabnya Indonesia memang perlu mendukung industrialisasi perikanan ke arah yang lebih besar, guna mendukung ketersediaan ikan konsumsi. Hanya saja, lanjut Indra, para prmsngku kepentingandan praktisi perikanan harus mengetahui terlebih dulu kondisi riil soal ekosistem ikan itu sendiri.
“Maka apalah gunanya industrialisasi perikanan bila tak ada konektifitas populasi? Ikan tak bisa memijah, ikan tak bisa mengasuh anaknya, ikan tak bisa mencari makan, maka sama saja tak ada ikan untuk industrialisasi,” tukasnya.
Sementara Direktur The German Academic Exchange Service (DAAD) Irene Jansen mengatakan riset mengenai perikanan dan kelautan di Indonesia sudah saatnya di-internasionalisasikan. “Internasionalisasi riset guna memudahkan kita mencari solusi atas masalah perikanan di dunia. Dan Indonesia, dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa, sangat membantu menghasilkan solusi aplikatif,” ujarnya.
Namun Irene mengaku sepakat dengan keluhan pihak Kedutaan Besar Jerman Michael Rottmann, yang juga ikut dalam seminar tersebut. Rottmann mengungkapkan bahwa masih ada kendala riset di Indonesia yang harus diatasi segera.
Rottmann mengeluhkan soal benturan birokrasi bagi peneliti asing untuk melakukan riset Indonesia. “Kami harap janganlah mempersulit kegiatan yang bertujuan untuk memudahkan sesuatu,” tukas Rottmann. Rottmann mencontohkan salah satunya adalah masalah visa bagi peneliti.
Sumber: tajuk.co
Kamis, 30 Mei 2013
Makarel Masuk Kembali ke Daftar Ikan yang dapat Dikonsumsi

Kejutan dari MCS yang mengatakan di bulan Januari lalu bahwa konsumsi ikan ini harus dikurangi. Makerel telah dimasukkan kembali dalam daftar "ikan yang dapat dimakan", sebuah kejutan pembalikan oleh konservasionis.
Marine Conservation Society (MCS) pada Kamis menaikkan rating untuk makarel Inggris dan Eropa ditangkap dari perikanan paling berkelanjutan ke warna "kuning", yang berartinya orang bisa makan sesekali tanpa membahayakan spesies tersebut.
Pembalikan muncul pada Januari bahwa makerel hanya boleh dikonsumsi jarang, seperti monkfish dan plaice, karena penangkapan yang berlebihan di Atlantik utara-timur.
MCS mengatakan pilihan terbaik sekarang adalah makarel Cornish ditangkap dengan tangan, dengan Inggris, Eropa atau makarel Norwegia yang "tertangkap perairan terbuka" - terjebak dalam kawanan - sebagai alternatif terbaik. Konsumen diminta untuk menghindari Islandia dan Faroe "tertangkap perairan terbuka" makarel, dinilai warna "merah".
Beberapa pengecer terkejut dengan pernyataan ini. MCS mengatakan politik sekitar overfishing sedang bermain berbahaya dengan saham.
Dikatakan peringkat direvisi "lebih mencerminkan efek merusak posisi politik pada saham makarel dan lingkungan laut yang lebih luas. Kebuntuan politik memainkan permainan berbahaya dengan stok ikan, sehingga bahaya kembar pengelolaan perikanan miskin dan meningkatkan tingkat penangkapan. "
MCS mengatakan pada Januari bahwa karena Islandia dan Kepulauan Faroe telah secara dramatis meningkatkan kuota mereka dalam beberapa tahun terakhir makarel tidak lagi pilihan yang berkelanjutan.
Namun dalam pernyataan yang baru dikeluarkan pada hari Kamis mengatakan konsumen memiliki kekuatan "untuk membantu memecahkan kebuntuan [perbedaan pendapat internasional atas kuota makarel] dengan hanya membeli makarel dari perikanan paling berkelanjutan yang tersedia."
Makarel, ikan berminyak dikemas dengan Omega 3, telah diperjuangkan penulis dan pemerhati makanan seperti Hugh Fearnley-Whittingstall, yang pada program Channel 4 Perlawanan Ikan membujuk konsumen skeptis untuk makan roti makarel.
MCS menyarankan konsumen: "Pilihan terbaik makarel agar tetap lokal, yaitu dengan menangkap ikan menggunakan metode tradisional. Metode ini adalah tanpa diragukan lagi metode yang paling berkelanjutan memancing untuk spesies makarel dan spesies lainnya. Merupakan kerja padat karya dan menghasilkan kualitas ikan dengan harga premium. Setiap pasar dibanjiri ikan kualitas buruk yang mendorong turun harga dan keberlanjutannya adalah berita buruk bagi semua orang ".
Seorang juru bicara Morrisons mengatakan: "Kami menyambut pengumuman dari Marine Conservation Society dan percaya berita itu baik bagi pelanggan yang ingin menikmati makarel. Kami sekarang berharap untuk resolusi cepat untuk isu-isu yang sedang berlangsung dengan sumber makarel dari Atlantik utara-timur.."
Scottish Pelagic Processors Association (SPPA) menyambut baik langkah itu. SPPA, yang mewakili semua prosesor utama makarel Skotlandia, telah berkampanye untuk pengakuan atas praktek perikanan yang berkelanjutan digunakan oleh armada Eropa dan Norwegia sejak mackerel diturunkan peringkatnya pada bulan Januari.
Francis Clark, anggota dewan dari SPPA, mengatakan: "Sebagai badan industri kami juga ingin menjaga mata pencaharian nelayan makarel dan industri pengolahan di Inggris. Spesies ini senilai £ 324 juta terhadap perekonomian dan mendukung lebih dari 2.200 pekerjaan."
Sumber: .guardian.co.uk
Selasa, 07 Mei 2013
BP Akan Membiayai $ 340 Juta Proyek Restorasi Teluk Meksiko
LAFITTE, La. (AP) — Gubernur Bobby Jindal mengatakan BP telah setuju untuk membiayai sebesar $ 340 juta dalam proyek restorasi di Teluk Meksiko.
Jindal mengatakan ini adalah bagian uang $ 1 milyar yang disetujui BP untuk membayar pekerjaan restorasi awal setelah tumpahan minyak Deepwater Horizon tahun 2010.
Uang senilai $ 1 miliar merupakan uang muka restorasi harus dibayar untuk melalui Natural Resources Damage Assessment - jumlah yang akan ditetapkan oleh hakim federal yang juga akan menetapkan denda bawah Undang-Undang Air Bersih. Tahap pertama berakhir pada bulan April, tahap kedua dijadwalkan akan dimulai pada bulan September.
BP mengatakan dalam sebuah rilis berita bahwa telah setuju bulan lalu untuk proyek ini tetapi perwakilan federal dan negara menahan pengumuman ini.
Pada konferensi pers di Lafitte, Jindal mengatakan bahwa sebagian besar uang akan mengembalikan tiga pulau penghalang di Barataria Bay dan satu di Breton suara.
Lebih dari $ 20 juta akan membentuk dua pembenihan ikan dan pusat penelitian: satu di Lake Charles, yang lain di Pointe a la Hache.
Lake Charles Center akan memantau dan mempelajari spesies ikan redfish, trout berbintik-bintik dan flounder. Gubernur Jindal mengatakan yang lain, di Plaquemines Parish, akan melakukan hal yang sama untuk jenis baitfish, seperti udang, croacker dan ikan kecil cocahoe.
Sumber: nytimes.com
Senin, 06 Mei 2013
Peningkatan Jumlah Ubur-ubur Terkait dengan Penangkapan Ikan Berlebih?
Predator ubur-ubur seperti tuna dan kura-kura laut, menghilang karena penangkapan berlebih. Namun, ubur-ubur mengambil keuntungan dari penangkapan ikan berlebih. Sama seperti cnidaria ini, sarden, herring, anchovies dan makan zooplankton. Dengan demikian, mereka mewakili kompetisi utama untuk makanan. Di daerah di mana terlalu banyak ikan ini tertangkap, ubur-ubur memiliki kebebasan dan dapat berkembang. Dalam ketidakhadiran predator, tidak ada yang menghentikan makhluk agar-agar.
Perbandingan sebagai bukti
Dalam rangka untuk menunjukkan peran utama yang dimainkan oleh penangkapan ikan berlebih, peneliti membandingkan dua ekosistem milik laut yang sama saat ini, Benguela, yang mengalir di sepanjang selatan Afrika. Ekosistem pertama terletak di lepas pantai Namibia. Di sini, tindakan manajemen stok ikan tidak sangat ketat. Stok hampir tidak dikembalikan sebelum kegiatan penangkapan ikan mulai lagi. Ubur-ubur sedang menjajah perairan pesisir. Ekosistem kedua terletak 1.000 km lebih jauh ke selatan, di lepas pantai Afrika Selatan. Di sini, sebaliknya adalah benar: fishing telah dikontrol ketat selama 60 tahun. Populasi Ubur-ubur tidak meningkat.
Perikanan merasakan dampaknya
Sebuah siklus lingkaran setanberkembang dalam area yang terdampak. Di bawah air, hubungan rantai makanan lebih fleksibel daripada di atas Bumi; memakan spesies yang dapat makan dari predator mereka. Dengan demikian, ubur-ubur melahap ikan larva. Proliferasi mereka mencegah pembaharuan sumber daya perikanan. Spesies ini invasif pada gilirannya mengancam perikanan. Di Namibia, sekitar 10 juta ton sarden pada tahun 1960 membuat jalan bagi 12 juta ton ubur.
Ubur-ubur adalah hewan yang mengesalkan wisatawan. Sengatan filamen beracun mereka - meskipun jarang mematikan - sangat menyakitkan. Oleh karena itu, mereka menempatkan kegiatan ekonomi di berbagai wilayah di seluruh dunia beresiko. Hal ini terutama berlaku di negara-negara yang bergantung pada sumber daya, seperti beberapa negara berkembang.
Penelitian ini pekerjaan menggarisbawahi perlunya pendekatan ecosistemik terhadap eksploitasi laut. Dengan kata lain, pelaksanaan langkah-langkah manajemen yang memperhitungkan semua tingkat jaringan tropik. Menurut para ilmuwan, ini adalah satu-satunya cara untuk mencegah ubur-ubur dari mendarat di piring kami dalam waktu dekat.
Tahukah Anda?
Ubur-ubur terdiri dari 98% air. Mereka yang tidak memiliki otak, atau jantung atau gigi ... Dan lagi, mereka adalah predator sengit! Mereka melumpuhkan mangsanya dengan tentakel beracun mereka.
Ledakan di ubur-ubur diamati di seluruh planet. Sampai saat ini, bagaimanapun, tidak ada data pada peningkatan populasi global mereka.
Ada ratusan spesies ubur-ubur yang datang dalam berbagai macam warna, bentuk dan ukuran, mulai dari beberapa milimeter hingga beberapa meter dengan diameter. Mayoritas dari mereka adalah karnivora.
Sumber: sciencedaily.com
Rabu, 24 April 2013
Jumlah Ubur-ubur Meningkat dalam Ekosistem Laut Dunia
Jumlah ubur-ubur meningkat di sebagian besar ekosistem pesisir di dunia, menurut studi global pertama kelimpahan ubur-ubur oleh peneliti University of British Columbia.
Dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam edisi bulan April tahun lalu dalam jurnal Hydrobiologia, peneliti memeriksa banyak spesies ubur-ubur dari 45 dari 66 Besar Ekosistem Laut dunia. Mereka menemukan peningkatan populasi ubur-ubur di 62 persen daerah dianalisis, termasuk Asia Timur, Laut Hitam, Laut Tengah, Timur Laut Shelf AS, Hawaii, dan Antartika.
"Ada bukti anekdotal bahwa ubur-ubur yang meningkat di beberapa dekade terakhir, namun belum ada studi global yang mengumpulkan semua data yang ada sampai sekarang," kata Lucas Brotz, seorang mahasiswa PhD dalam proyek Sea Around Us di UBC dan penulis utama studi tersebut.
"Penelitian kami menegaskan pengamatan ini secara ilmiah setelah analisis informasi yang tersedia dari tahun 1950 sampai sekarang lebih dari 138 populasi ubur-ubur yang berbeda di seluruh dunia."
Ubur-ubur mengganggu dengan banyak kegiatan manusia di antaranya menyengat perenang, menyumbat masukan pembangkit listrik, dan mengganggu perikanan. Beberapa spesies ubur-ubur sekarang adalah sumber makanan di beberapa bagian dunia.
"Dengan mengkombinasikan data ilmiah yang diterbitkan dengan data yang tidak dipublikasikan lain dan pengamatan, kami bisa membuat studi ini benar-benar global - dan menawarkan yang terbaik perkiraan ilmiah yang tersedia dari sebuah fenomena yang telah banyak dibahas," kata Daniel Pauly, peneliti utama dari proyek Sea Around Us dan penulis rekanan penelitian. "Kami juga dapat melihat bahwa tempat-tempat di mana kita melihat peningkatan jumlah ubur-ubur sering daerah sangat dipengaruhi oleh manusia, melalui polusi, penangkapan ikan berlebihan, dan air yang menghangat."
Pauly menambahkan bahwa peningkatan laporan anekdotal kelimpahan ubur-ubur mungkin dihasilkan dari perluasan aktivitas manusia di habitat laut, sehingga penelitian ini juga menyediakan dasar konkrit untuk studi di masa yang akan datang.
Penelitian ini juga mencatat penurunan kelimpahan ubur-ubur dalam tujuh persen dari daerah pesisir, sedangkan sisa ekosistem laut tidak menunjukkan tren yang jelas.
Sumber: sciencedaily.com
Selasa, 19 Maret 2013
Solusi Tumpahan Minyak di Lautan

Tumpahan minyak di lautan bisa terjadi karena beberapa sebab. Tumpahan ini bisa terjadi karena kecerobohan dan menyebabkan tanker bocor menuju lautan. Ada beberapa cara kebocoran minyak bisa terjadi. Peralatan yang mogok atau rusak dapat menyebabkan kebocoran minyak. Jika peralatan mogok, tanker dapat macet di tanah yang dangkat. Ketika tanker dinyalakan lagi, dapat menyebabkan lubang yang menyebabkan kebocoran minyak.
Ketika suatu negara berada dalam situsi perang, negara dapat membuang galon-galon minyak ke lautan negara lain. Kejadian terorisme juga dapat menyebabkan kebocoran minyak karena mereka dapat membuang minyak ke negara lain untuk mendapatkan perhatian negara tersebut atau berusaha untuk membuat penyataan kepada sebuah negara.
Pembuang ilegal adalah orang yang akan membuang minyak mentah ke lautan karena tidak ingin menghabiskan uang untuk mendekomposisi sampah minyak mereka. Karena mereka tidak akan menghabiskan uang untuk mendekomposisi minyak mereka, mereka membuangnya ke lautan yang mana praktek ini tergolong ilegal.
Bencana alam juga dapat menyebabkan tumpahan minyak, misalnya angin ribut atau badai apabila menyebabkan tanker terbalik dan mengelurkan minyak yang ada di dalam tanker.
Fakta Polusi Air Tumpahan Minyak
Berdasarkan Waterencyclopedia, rata-rata jumlah tumpahan minyak (di mana lebih dari 206.500 galon minyak tumpah ke lautan), dari 1990 ke 2000 sekitar 6.9 setiap tahun. Namun hanya satu atau dua yang mendapatkan laporan dari media utama dari waktu ke waktu.

Yang paling baru, tumpahan minyak di Teluk Meksiko, juga dikenal sebagai tumpahan minyak BP atau tumpahan minyak Deepwater Horizon, memuntahkan 4,9 juta barel (tiap barel setara 42 galon atau 159 liter) minyak ke Teluk Meksiko, menjadikannya sebagai kecelakaan tumpahan minyak di sejarah terbesar di industri petroleum hingga saat ini.
Mungkin sangat sulit untuk memvisualisasi berapa banyak 4,9 juta barel, karena tidak sebegitu sering kita berhubungan dengan angka sebesar itu. Jadi untuk menjadikannya ke dalam perspektif, penulis blog energi, The Seventh Fold, membuatnya lebih mudah bagi kita. Dia mengatakan bahwa jumlah tumpahan minyak ke dalam lautan (205.8 juta galon) cukup untuk memenuhi 17,1 juga rata-rata mobil (yang setara dengan 12 galon masing-masing). Berdasarkan Worldmeters, bahwa sedikit kurang dari 1/3 jumlah mobil diproduksi di dunia di tahun 2007 (52,9 juta).
Namun, tahukan Anda bahwa tumpahan minyak BP tidak bisa dibandingkan ke tumpahan minyak Perang Teluk dalam hal volume yang dimuntahkan ke lautan? Pembuangannya sekitar 6 hingga 8 juta barel minyak dari beberapa tanker minyak ke Teluk Persia oleh tentara Irak sebagai bagian dari strategi militer yang menyebabkan ke tumpahan minyak Perang Teluk - salah satu yang tumpahan minyak terbesar dalam sejarah.
Solusi Mengatasi Tumpahan Minyak di Lautan

Ada beberapa usulan solusi untuk mengatasi masalah tumpahan minyak diantaranya seperti, gambut moss-seperti yang sudah dicobakan di Norwegia tahun 2009 yang lalu; koral minyak; dan pembuatan tanggul yang dapat dibuat untuk menggiring minyak ke daratan, menggunakan mikroba yang dapat memakan tumpahan minyak, hingga solusi ekstrim yaitu dengan membakar minyak yang sudah tumpah di lautan.
Solusi lain yang diklaim sebagai solusi lengkap untuk pembersihan tumpahan minyak melalui bahan penyerap. Pada Oktober 2012 yang lalu Ilmuwan mendeskripsikan apa yang mungkin disebut sebagai "solusi lengkap" untuk membersihkan tumpahan - sebuah material yang super penyerap yang dapat meresapkan 40 kali lebih daripada beratnya di minyak dan dapat dikapalka ke pengkilangan minyak dan diproses untuk memulihkan minyak. Artikel ini merupakan salah satu material yang muncul dalam ACS dalam jurnal Energy & Fuels.
T. C. Mike Chung dan Xuepei Yuan mengemukakan bahwa metode saat ini untuk mengatasi tumpahan minyak yang ada, misalnya pada pada tahun 2010 bencana Deepwater Horizon merupakan solusi low-tech (teknologi sederhana), membutuhkan waktu bertahun-tahun dan tidak menguntungkan dari banyak sisi. Tongkol jagung, jerami dan bahan penyerap lain, misalnya, dapat menahan sekitar 5 kali dari beratnya dan juga menyerap air dan minyak pada saat yang bersamaan. Material ini kemudian menjadi sampah industri yang harus dibuang di tempat pembuangan akhir yang khusus atau dibakar.
Solusi yang mereka tawarkan yaitu material polimer yang merubah tumpahan minyak menjadi lebih lembut, minyak solid yang mengandung gel. Satu pon material dapat memulihkan sekitar 5 galon minyak mentah. Gel ini cukup kuat untuk dikumpulkan dan ditransportasikan. Kemudian bisa dikonversi menjadi sebuah cairan dan disuling/dimurnikan seperti minyak mentah reguler. Minyak ini akan bernilai 15 dolar ketika minyak mentah dijual pada harga 100 dolar per barelnya. "Secara keseluruhan, ini teknologi poliolefin minyak-SAP baru yang efektif biaya ini, secara dramatis akan mengurangi dampak lingkungan dari tumpahan minyak dan membantu memulihkan salah satu sumber daya alam yang paling berharga."kata penulis.
Senin, 18 Maret 2013
Sampah Plastik Terlihat Seperti Makhluk Lautan
Setiap tahun, 10.000 elang remaja setiap tahun karena kelaparan di atol Midway antara Hawaii dan Jepang. Mereka kelaparan karena orang tua mereka memberi mereka makan potongan-potongan kecil plastik, ditemukan mengambang di laut yang terlihat sangat seperti makhluk laut kecil yang biasanya akan membuat bagian dari diet mereka.
Tas plastik dapat mencapai 1000 tahun untuk terurai dan meskipun hewan-hewan mati dan terurai setelah menelan sampah ini, plastik masuk kembai ke alam dan berlanjut untuk mengancam alam dan satwa liar. Sementara plastik-plastik tersebut pada akhirnya akan menjadi partikel-partikel kecil, makhluk-makhluk kecil masih memiliki kemungkinan untuk memakan fragmen berukuran pasir dan terkonsentrasi racun kimia dalam tubuh mereka.

Sebagian besar sampah-sampah plastik ini sampai di lautan lewat sungai, dan 80% berasal dari landfill dan sumber perkotaan lainnua. Sampah ini juga dikonsumsi ikan dan dapat menjerat hiu dan merusak koral, cenderung mengumpul di pusaran di samudra dan sepanjang garis pantai. Peneliti juga memperkirakan bahwa setiap 2,2 pon (1 kg) plankton di area ini, ada 13,2 pon (6 kilogram) plastik. Item sampah lautan termasuk barang yang termasuk kaleng, putung rokok, tas plastik dan botol, styrofoam, balon, pematik api dan sikat gigi. Perlengkapan untuk menangkap ikan yang sudah tidak terpakai dan dibuang, jaring-jaring dan pelampung dapat berbahaya bagi kehidupan lautan karena bila tidak dibuang dengan baik dapat tidak sengaja menjebak hewan lautan.
Objek Plastik vs Sampah Lautan
Dari deskripsi di atas sudah jelas bahwa sampah plastik merupakan isu yang serius dan berbahaya bagi kehidupan lautan. Sampah-sampah plastik ini yang akhirnya sampai ke perairan terbuka dan sering disangka makanan oleh hewan lautan. Bila Anda meligat foto-foto hasil karya Kim Preston, yang menempatkan objek plastik sedemikian rupa, Anda akan paham mengapa hewan-hewan laut salah mengira plastik-plastik ini sebagai makanan.



Hasil karya fotograsinya dengan mengkomposisikan melayang di antara bidang kebiruan, objek plastik seperti jeli, ikan, polip dan makhluk laut lainnya yang bisa dimakan. Seri karyanya ini berjudul "Plastic Pacific" dan menampilkan objek plastik yang biasa kita lihat dan gunakan setiap hari, hanya mereka dibuat seperti makhluk lautan yang siap dimangsa.


Hal ini sangat menggembirakanmelihat lebih banyak fotografer datang dengan konsep-konsep cerdas untuk membawa perhatian pada isu-isu penting, seperti yang dilakukan Preston melalui karya "Plastic Pacific". Membuat seni yang melekat dalam ingatan masyarakat adalah cara yang sangat berharga untuk menginspirasi menuju ke arah perubahan yang nyata.
Sampah Plastik harus segera dibatasi!
Cina mengumumkan akan melarang produksi dan distribusi tas sangat tipis sejak 1 Juni. Peraturan ini akan melarang untuk memproduksi, menjual dan menggunakan sampah pllastik dibawah ketebalan 0,025 mm dan melarang supermarket dan pertokoan di penjuru negei untuk membagikan kantong-kantong ini secara gratis. Dengan pergerakan ini, Cina tergabung dalam daftar daerah dari San Francisco ke Afrika Selatan, yang menggunakan pajak, pelarangan dan peraturan lainnya untuk mencoba mengurangi penggunaan tas jenis ini.Bandingkan dengan pemerintah Italia yang secara resmi melarang penggunaan kantong plastik (tas kresek) sejak tahun 2011. Perdana Menteri Italia saat itu, Silvio Berlusconi mengeluarkan aturan yang melarang toko dan supermarket menggunakan tas kresek. Aturan ini, membuat Italia menjadi negara Uni Eropa pertama yang memberlakukan larangan pemakaian tas plastik. Kabarnya, Prancis pun mulai menyusul Italia.
Bagaimana dengan di Indonesia? Di Indonesia, penggunaan kantong plastik masih 'semena-mena'. Penggunaan plastik sebagai kantong masih bebas. Tapi, kini, setidaknya telah mulai bermunculan gerakan sosial pengurangan pemakaian tas kresek atau kantong plastik dengan cara membawa tas belanja sendiri. Gerakan ini muncul karena mereka galau melihat budaya tas kresek yang semakin merajalela. Mereka tidak menggunakan tas kresek, karena memang mengandung bahan kimia yang berbahaya. Tak heran sejak pertengahan tahun lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan peringatan resmi tentang bahaya tas kresek. Berdasarkan hasil penelitiannya, kantong kresek, terutama yang berwarna hitam, merupakan produk daur ulang yang mengandung bahan kimia berbahaya.
Tak hanya itu, dalam proses daur ulang, produsen juga tak memerhatikan riwayatnya. Apakah bekas wadah pestisida, limbah rumah sakit, kotoran hewan, kotoran manusia, atau limbah logam berat. BPOM meminta masyarakat tak menggunakan kantong kresek sebagai wadah makanan, terutama makanan siap santap. Selain diragukan kebersihannya, kantong kresek berwarna dikhawatirkan mengandung zat karsinogen, yang dalam pemakaian jangka panjang dapat memicu kanker.
Bahan kimia plastik tak hanya mudah terurai dan migrasi ketika terkena makanan panas. Namun, juga makanan mengandung asam, cuka, vitamin C, berminyak atau berlemak. Tak berlebihan, jika Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan Institut Pertanian Bogor (IPB) mengimbau agar daging kurban tidak dimasukkan dalam kantong kresek, terutama warna hitam.
Selain kantong kresek, kemasan plastik berbahan polivinil klorida (PVC) dan kemasan makanan styrofoam juga berisiko melepaskan bahan kimia berbahaya. Jangan menggunakan kemasan makanan mengandung PVC sebagai wadah makanan panas, berminyak, berlemak atau mengandung alkohol.
Selain itu, tas kresek juga bisa menjadi pemicu kanker dan juga memerlukan waktu 50-100 tahun untuk terurai. Beberapa jenis plastik bahkan dapat bertahan hingga ribuan tahun. Untuk plastik Oxium yang digembar-gemborkan dapat terurai dengan sendirinya, pada kenyataannya tidaklah demikian.
Sumber: berbagai sumber
Rabu, 13 Maret 2013
Studi Keanekaragaman Lautan Membuktikan Berharganya Pengetahuan Masyarakat Umum

Perbandingan ilmu pengetahuan warga setempat dengan metode saintifik tradisional dapat dikatakan dengan baik/setara dalam hal monitoring keanekaragaman spesies- berdasarkan hasil temuan penelitian baru University of East Anglia.
Penelitian yang dipublikasikan pada 12 Maret lalu dalam jurnal Methods in Ecology and Evolution menunjukkan bahwa metode untuk merekam keanekaragaman kelautan uang digunakan para amatir konsisten dengan teknik yang dilakukan oleh ilmu pengetahuan secara peer-reviewed.
Temuan ini memberikan nilai lebih pada tumbuhnya fenomena ilmu warga lokal, yang melihad data dari sumber yang banyak dan berbagai macam; pengamat yang antusias, penyelam, pejalan kaki dan penggemar satwa liar lainnya.
Studi lapangan yang membandikan metode yang digunakan oleh penyelam "SCUBA" dengan peneliti profesional, untuk mengukur keragaman spesies ikan yang yangberlokasi di Karibia.
Para penyelam mensurvei lokasi dengan menggunakan dua metode 'belt transect' atau 'sabuk penampang lintang' , digunakan dalam penelitian keragaman ikan peer reviewed, dan 'roving diver technique' atau 'teknik menyelam berkeliling', yang digunakan oleh sukarelawan Reef Environmental Education Foundation (REEF) dalam proyek survei ikan.
Dua tim terdiri dari 12 penyelam melakukan 144 survei bawah lautan sepanjang lokasi selama 4 minggu. Sementara survei secara saintifik menemukan 106 tipe ikan yang berbeda, teknik dari sukarelawan mendeteksi keragaman lautan dengan total 137 pada perairan yang sama.

Dr Ben Holt, dari UEA School of Biological Sciences, yang memimpin kerjasama penelitian dengan Centre for Marine Resource Studies di Karibia dan University of Copenhagen, Denmark. Dia mengatakan "hasil dari studi ini penting untuk masa depan ilmu warga dan penggunaan data yang dikumpulkan melalui program ini. Dengan mengizinkan sukarelawan untuk menggunakan metode yang fleksibel dan kurang terstandar telah memiliki konsekuensi kesuksesan jangka panjang pada program ilmu warga. Peminat amatir biasanya tidak memiliki sumber daya atau pelatihan untuk menggunakan metodologi profesional. Penelitian kami menunjukkan kualitas data yang dikoleksi melalui metode sukarelawan dapat cocok, dan dalam beberapa hal melebihi, protokol yang digunakan oleh peneliti profesional."
"Membuat daftar dapat membanru sebagian besar sukarelawan untukmembenatu peneliti progfesional untuk mengumpulkan data yang berharga di berbagai ekosistem."
"Popularitas selam "SCUBA" telah menghasilkan monitoring lingkunan bawah laut dapam skala yang sebelumnya tidak memungkinkan. Misalnya, metode REEF telah digunakan oleh sukarelawan lebih dari 160.000 survei bawah laut di seluruh dunia. Hal ini dapat berbiaya jutaan poundsterling bagi para profesional untuk dapat melakukan kerja yang sama."
"Sangat sedikit, jika ada, kelompok-kelompok ilmiah yang dapat mengkoleksi data pada skala yang sama dengan para sukarelawan, jadi bukti kami bahwa kedua metode akhirnya konsisten dengan dapat mendorong ilmu pengetahuan warga secara umum."
"Saya pikir, kami akan benar-benar melihat nilai dari skema volunter untuk bertambah di masa yang akan datang. Kita tinggal di dunia yang berubah secara signifikan. Perubahan lingkungan memiliki dampak yang besar pada ekosistem di sekitar kita dan kita perlu untuk menggunakan cara-cara bary untuk mengukur efeknya."
"Sebagai contoh, ikan singa adalah spesies yang invasif tidak berada di lautan Karibia hingga 10 tahun yang lalu. Saat ini mereka menjadi masalah yang nyata bagi banyak area dan invasi ini telah disusuri dengan data sukarelawan. Mengikuti hasil studi kami, ilmuwan memiliki banyak keyakinan ketika menggunakan data ini untuk mempertimbangkan dampak dari ancaman, seperti spesies yang invasif, dan pada komunitas alam yang lebih luas."
"Penting untuk diambil kesimpulan bahwa penelitian kamu tidak mempertimbangkan keahlian dari setiap individu yang melakukan survei dan juga penting sebagai pertimbangan untuk program keanekaragaman dalam skala yang lebih besar." Banyak yang menujukan isu-isu ini bahwa kita dapat membuat langkah penting ke depan untuk memungkinkan grup besar sukarelawan yang antusias untuk membantu peneliti profesional dengan mengkoleksi data yang berharga di berbagai ekosistem."
Penelitian ini dilakukan di lokasi bawah air dekat dengan Caicos Selatan dan Kepulauan Caicos.
Sumber: sciencedaily.com
Jumat, 08 Maret 2013
Migrasi Hiu, Pantai-pantai Florida Ditutup
Penutupan di daerah tenggara Florida Amerika ditandai dengan kedatangan ratusan hiu-hiu blacktip dan spinner minggu ini.
Florida merupakan resor yang popular untuk Spring Break, atau liburan Musim semi telah menarik pengunjung lebih banyak tahun ini- yaitu ratusan hiu blacktip dan spinner pada migrasi tahunan mereka ke utara.
Petugas di Broward dan Palm Beach di pantai tenggara Florida telah menutup beberapa pantai untuk berenang sebagai bentuk kewaspadaan, meskipun biologis lautan mengatakan bahwa sedikit sekali risiko ke manusia.
"Hiu tidak hanya predator, setidaknya sejauh manusia yang bersangkutan, dan di air jernih jauh lebih mungkin untuk hanya berenang menjauh," ungkap Shari Tellman, dari Florida Atlantic University's Elasmobranch Research Laboratory, mengatakan pada Guardian.
"Satu-satunya masalah nyata jika keruh air dan ada kasus kesalahan identitas, atau ikan hiu hanya menabrak Anda, karena mereka memiliki kulit yang sangat kasar. Ketika mereka bersama-sama dalam kelompok besar selalu ada kemungkinan hiu besar yang terdekat , tapi ada hanya kemungkinan kecil masalah. "
Tim peneliti Tellman telah melacak migrasi dari pinggiran pantai dan udara selama dua tahun dan mengatakan bahwa hiu akan hilang dari pantai Florida bulan depan untuk menghabiskan bulan-bulan musim panas di perairanAtlantic, lepas pantai Georgia dan Carolina.

Ia menyamakan mereka seperti manusia Florida 'snowbirds', pengunjung dari negara-negara utara dingin dan Kanada yang menghabiskan musim dingin menikmati iklim lebih tropis di selatan.
"Mereka turun di akhir musim gugur ketika mulai semakin dingin, mereka sangat terlihat di sini selama musim dingin berkeliaran dan menikmati suhu hangat, dan pada musim semi mereka berbalik dan mulai menuju kembali ke utara lagi," katanya.
"Ini pola migrasi tahunan mereka itu tampak spektakuler tapi itu bagian dari perilaku normal mereka."
Satu tim peneliti dilacak pod 4-5,000 dari hiu yang dekat dengan garis pantai Jupiter Inlet, pada Rabu lalu.
Penjaga pantai mengatakan pantai akan membuka kembali secepat sebagian besar hiu telah pindah.
Sumber: guardian.co.uk
Sabtu, 02 Maret 2013
Paus (juga) Bernyanyi ketika Mencari Makan
Paus bungkuk tidak hanya terkenal karena lagu mereka yang paling sering terdeangar di musim kawin ketika pejantan berkompetisi untuk mendekati paus betina. Beberapa tahun belakangan, sebuat studi melaporkan bahwa paus bernyanyi di luar musim kawin seperti yang telah dipercayai selama ini dan menjadi lebih umum. sebuah studi terbaru mencoba menjelaskan mengapa demikian.
Paus bungkuk bernyanyi untuk makan malam - atau paling tidak bernyayi ketika berburu makan malam mereka.
Penelitian yang dipublikasikan desember 2012 lalu di PLoS ONE, menemukan bahwa tidak banyak diketahuai perilaku paus yang berhubungan dengan perilaku akustiknya.
Hal ini juga mengungkapkan fleksibilitas perilaku yang sebelumnya tidak diketahui yang memungkinkan mamalia laut yang terancam punah untuk menyeimbangkan kebutuhan mereka untuk memberi makan terus menerus dengan kebutuhan bersaing untuk menunjukkan perilaku kawin seperti menampilkan lagu.
"Mereka perlu untuk memberi makan mereka perlu berkembang biak. Jadi pada dasarnya, mereka multi-tugas," kata rekan penulis studi Ari S. Friedlaender, penelitian ilmuwan di Universitas Duke Sekolah Lingkungan Nicholas "Ini menunjukkan dikotomi perilaku secara luas dipegang, pembiakan-versus-pencarian/pemberian makanan bagi hewan ini terlalu sederhana. "
Peneliti-peneliti dari U.S. Naval Postgraduate School, University of California-Santa Barbara and Duke University mengikuti 10 paus bungkuk di perairan sepanjang Semenanjung Barat bulan Mei dan Juni tahun 2010. Teluk dan fjords merupakan tempat perburuan makan di mana paus-paus berpesta krill setiap musim gugur austral sebelum bermigrasi ke perairan hangat tempat melahirkan yang ribuan mil jauhnya.

Dengan menggunakan tag multi-sensor non-invasif yang terkait di paus, peneliti merekam pergerakan paus dibawah air dan vokalisasi saat mereka berburu.
Semua 10 dari tag mengambil suara dari lagu latar belakang, dan dalam dua kasus, mereka merekam nyanyian paus secara intens dan terus menerus dengan tingkat organisasi dan struktur yang mendekati tampilan musim kawin yang khas. Lagu kadang-kadang berlangsung hampir satu jam dan dalam satu kasus terjadi bahkan ketika sensor menunjukkan ikan paus, atau teman dekat, menyelam dan menerjang untuk makanan.
Paus Bungkuk paling sering bernyanyi di musim kawin, namun juga di kesempatan lainnya , seperti saat mengawal pasangan ibu-anak di sepanjang rute migrasi. Meskipun alasan mereka bernyanyi masih belum benar-benar dipahami, satu perbedaan jelas: Lagu dinyanyikan dalam musim kawin sangat berbeda dalam durasi, kalimat dan struktur tema dari mereka dengar pada lokasi dan waktu yang lain.
"Fakta bahwa kami mendengar tampilan perilaku kawin yang dinyanyikan pada akhir musim untuk alasan mencari makan di lepas pantai Antartika menunjukkan perilaku paus bungkuk mungkin lebih terkait erat dengan waktu daripada lokasi fisik. Ini mungkin menandakan kemampuan untuk terlibat dalam kegiatan perkawinan di luar tradisional umumnya di air hangat tempat kawin dan berkembang biak, " kata Douglas P. Nowacek, Associate Professor Repass-Rogers University bidang Teknologi Konservasi di Duke's Nicholas School.
Seiring dengan menghangatnya iklim, penutup es di sekitar Semenanjung Antartika Barat yang menipis beberapa tahun belakangan dan perairan tetap terbuka dalam musim perburuan makan, dia menjelaskan. Paus tetap di sana lebih lama dalam musim gugur austral untuk menyantap krill daripada bertolak ke peairan hangat untuk kawin, seperti yang banyak dipercayai oleh ilmuwan. "Perkawinan kini mungkin terjadi di lintang yang lebih tinggi," kata Nowacek, "penelitian ini membutuhkan studi lebih lanjut."
Sumber: sciencedaily.com
Sabtu, 16 Februari 2013
Bencana Lingkungan Laut Mengancam Masa Depan Dunia
Sebuah bencana lingkungan dengan dampak ekonomi yang lebih besar daripada krisis keuangan global terjadi di laut lepas, menurut David Miliband. Miliband adalah mantan Sekretaris Luar Negeri Inggris memimpin upaya upaya internasional untuk mengakhiri pelanggaran hukum dari lautan, yang akan diresmikan minggu ini.
Laut lepas menutupi hampir separuh permukaan bumi, tetapi berada di luar yurisdiksi nasional, dan selama berpuluh tahun dieksploitasi berlebihan yang telah menyebabkan tangkapan ikan senilai triliunan dolar akan hilang. Bajak laut pancing, yang sering menggunakan tenaga kerja budak dan terkait dengan kokain dan penyelundupan senjata , tersebar luas dan kerusakan yang disebabkan di lautan yang merugikan keseluruhan planet. Risiko masa yang akan datang termasuk pertambangan dasar laut dan geo-engineering yang tidak bertanggungjawab.
"Yang terburuk dari sistem saat ini adalah penjarahan dan ini terjadi dalam skala besar," kata Miliband "Ini adalah setara dari krisis keuangan dari sisi ekologis. Biaya jangka panjang karena salah urus lautan setidaknya sama besar nya dengan biaya jangka panjang karena salah managemen dari sistem keuangan. Kita hidup seolah-olah ada tiga atau empat planet, bukan satu, dan Anda tidak bisa lolos dengan itu. "
Miliband akan memimpin Global Ocean Commission atau Komisi Samudera Global, bersama dengan mantan menteri keuangan Nelson Mandela , Trevor Manuel, dan mantan presiden Kosta Rika, Jose Maria Figueres. Peluncuran di London pada 12 Februari diperkenalkan komisaris lanjut, termasuk mantan kepala negara dan senior menteri dari negara G-20.
"Kami datang ke waktu yang kritis: 2014 yang perlu menjadi tahun memulihkan degradasi laut lepas," kata Miliband, yang mengacu pada batas waktu yang ditetapkan pada KTT Bumi PBB tahun 2012 untuk undang-undang yang pertama untuk melindungi keanekaragaman hayati di lautan terbuka.
Namun, Miliband tahu dari pengalaman pribadi betapa sulitnya menyelesaikan tugas ini. Ketika ia menjadi sekretaris luar negeri pada tahun 2009, ia membentuk cadangan terbesar laut di dunia di penangkapan ikan tidak diperbolehkan: Lebih dari 640.000 km persegi di sekitar kepulauan Chagos Samudra Hindia. Namun, pada bulan Januari tantangan hukum datang dari Mauritius diizinkan untuk melanjutkan pengadilan arbitrase internasional di Den Haag.
Profesor Callum Roberts, seorang ahli biologi kelautan di University of York, mengatakan perlindungan lautan terbuka sangat dibutuhkan: "Lautan tinggi yang terakhir dan paling diabaikan dari semua ruang alam. Lautan ini rumah bagi beberapa spesies yang luar biasa, misalnya, penyu belimbing. Ini telah ada selama 100 juta tahun, namun telah menurun sebesar 95 persen dalam 20-30 tahun terakhir akibat degradasi. Jumlah lumba-lumba dan hiu menurun drastis.
"Lautan terdiri dari 95 persen dari ruang hidup di planet ini, dan apa yang terjadi di sana adalah sangat penting untuk kelayakhunian planet kita, dari produksi oksigen untuk berurusan dengan karbon dioksida dan polusi lainnya. Dampak keberadaan manusia artinya akan mengurangi kemampuan luatan dan ini konsekuensi serius bagi umat manusia. "
Miliband mengatakan: "Kami akan mencoba untuk solusi praktis berpihak pada lingkungan dan ekonomi."
Dia mencatat bahwa penghancuran perikanan oleh eksploitasi berlebihan menelan biaya $ 50 miliar dalam setahun dihitung dari tangkapan yang hilang, menurut Bank Dunia, tptalnya senilai $ 1,5 triliun selama tiga dekade terakhir ini. Hal ini merusak mata pencaharian dari 200 juta orang hidup dari nelayan, yang mana 90 persen hidup di negara-negara berkembang miskin.
Satu miliar orang sudah bergantung pada ikan sebagai sumber utama makanan mereka, namun tangkapan menurun. Dengan populasi global diperkirakan akan membengkak oleh tiga miliar dalam dekade mendatang, stok harus dipulihkan agar hasil tangkapan lebih besar untuk dipanen secara lestari di masa depan. Tiga perempat dari stok ikan global yang sudah mengalami penangkapan berlebihan atau mendekati, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, tidak hanya dipublikasikan spesies seperti tuna, tetapi juga banyak dari 10 restoran, termasuk ikan teri Pacific, Alaska pollock dan ikan haring Atlantic .
Nelayan bajak laut juga merupakan masalah besar, diperkirakan mencapai seperlima dari total pasar global, senilai $ 10 miliar menjadi $ 23 miliar per tahun. Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan menemukan bahwa operator perikanan internasional disalahgunakan sistem yang korup bahkan di nasional dikendalikan perairan itu juga menemukan bahwa geng internasional, sering menyelundupkan kokain dan senjata, telah menjarah ikan yang berharga dan sering melakukan pelanggaran hak asasi manusia. The tenaga kerja yang mereka gunakan, kadang-kadang anak-anak, yang digunakan sebagai tahanan de facto laut, dan ada kasus kematian yang dilaporkan dan juga kekerasan fisik dan seksual yang parah.
Pemerintahan perairan internasional yang ada - melalui 30 tahun PBB hukum laut, dirancang untuk mendorong eksploitasi - hal ini dilewatkan sebagai "tragedi" oleh Miliband: "Penegakan saat di laut lepas tidak memadai di terbaik dan berharga pada terburuk ". Hukum ini ditulis pada thaun 1970an, masyarakat berpikir bahwa sumberdaya di lautan tidak terbatas, sementara perselisihan di pariran Kutub Utara dan Selatan terus berlanjut.
"Lautan tinggi dilindungi selama ribuan tahun karena orang tidak bisa sampai di sana," kata Miliband. "Eksploitasi telah meningkat lebih dari 30 tahun, namun kerangka pemerintahan tidak mengimbangi hal ini". Sebagai contoh, tidak ada mekanisme internasional samasekali melindungi keanekaragaman hayati di lautan dalam.
Undang-undang baru juga harus mengantisipasi pertumbuhan laut dalam pertambangan logam berharga dan berpotensi pembuangan ton besi atau mineral di lautan dalam upaya untuk menghentikan perubahan iklim - yang disebut-sebut sebagai geo-engineering, kata Miliband. Di tahun 2012 10.000 km persegi tes geo-engineering berlangsung di Kanada tanpa ada otorisasi.
"Tapi penegakan di dunia modern tidak harus berupa angkatan laut baru yang besar mencari kapal yang mencemari di laut lepas," kata Miliband. Monitoring satelit bisa menjadi salah satu solusi, sementara yang lain akan memaksa kapal penangkap ikan untuk membawa tangkapannya di lokasi di sepanjang waktu, seperti banyak kapal merchant sudah lakukan.
Sumber: japantimes.co.jp
Selasa, 12 Februari 2013
Seberapa Cepatkah Kenaikan Muka Air Laut?

Seberapa cepat kenaikan air lautan meningkat akibat pemanasan global? Kita mungkin tidak pernah tahu faktanya secara pasti. Kenaikan permukaan laut di masa depan akibat mencairnya lapisan es Greenland dan Antartika bisa secara substansial lebih besar dari perkiraan dalam Perubahan Iklim tahun 2007 menurut penelitian baru dari University of Bristol. Penelitian yang diterbitkan Januari 2013 lalu dalam Nature Climate Change, adalah yang pertama dalam perhitungan mencairnya lapisan es dengan menggunakan metode elisitasi ahli (expert elicitation atau singkatnya EE) yang terstruktur bersamaan dengan pendekatan kumpulan pendapat ahli matematis. Metode EE sudah digunakan dalam sejumlah bidang ilmu lain seperti meramalkan letusan gunung berapi.
Permukaan laut di seluruh dunia naik dan telah ada sejak zaman es terakhir. Antara 1870 dan 2004, permukaan air laut global yang rata-rata naik 17 cm (6,7 inci). Dari 1950 hingga 2009, pengukuran menunjukkan kenaikan tahunan rata-rata di permukaan laut sebesar 1,7 ± 0,3 mm dengan data satelit menunjukkan kenaikan dari 3,3 ± 0,4 mm 1993-2009, tingkat yang lebih cepat dari perkiraan kenaikan sebelumnya.
Dua faktor utama yang berkontribusi terhadap kenaikan permukaan laut yang diamati dalam studi ini. Yang pertama adalah ekspansi termal: menghangatkan air laut, dan menyebar. Yang kedua adalah kontribusi mencairnya daratan es yang meningkat. Penyimpanan utama air di darat ditemukan dalam gletser dan lapisan es.
Penelitian terbaru dari sumur Roman di Kaisarea dan dari Romawi piscinae di Italia menunjukkan bahwa permukaan laut tinggal cukup konstan dari setelah beberapa ratus tahun masehi hingga beberapa ratus tahun yang lalu.
Berdasarkan data geologi, rata-rata permukaan laut global mungkin telah meningkat pada tingkat rata-rata sekitar 0,5 mm / tahun selama 6.000 tahun terakhir dan pada tingkat rata-rata 0,1-0,2 mm / tahun selama 3.000 tahun terakhir.
Sejak sekitar 20.000 tahun yang lalu, permukaan laut telah meningkat lebih dari 120 meter (rata-rata 6 mm per tahun) sebagai akibat dari mencairnya lapisan es utama. Sebuah kenaikan pesat terjadi antara 15.000 dan 6.000 tahun yang lalu pada tingkat rata-rata 10 mm per tahun yang mencapai kenaikan setinggi 90 meter, sehingga dalam periode sejak 20.000 tahun BP rata-rata adalah 3 mm per tahun.
Lapisan es meliputi Antartika dan Greenland mengandung sekitar 99,5 persen dari es gletser bumi yang akan menaikkan permukaan laut global 63 meter apabila mencair sepenuhnya. Lapisan es adalah sumber potensial terbesar dari kenaikan permukaan laut di masa depan - dan lapisan es juga memiliki ketidakpastian terbesar di masa depan. Hal ini menjadi tantangan yang unik untuk memprediksi respon masa depan dengan menggunakan pemodelan numerik dan pendekatan alternatif telah dieksplorasi lebih lanjut.
Salah satu pendekatan tersebut adalah melalui pengumpulan penilaian sejumlah pakar - sebuah praktek yang sudah digunakan dalam bidang yang beragam seperti peramalan letusan gunung berapi dan penyebaran penyakit vector borne. Dalam studi ini Profesor Jonathan Bamber dan Profesor Willy Aspinall digunakan seperti pendekatan untuk menilai ketidakpastian dalam prediksi lapisan es di masa depan .
Mereka menemukan bahwa perkiraan nilai median (tengah) untuk kontribusi permukaan laut dari lapisan es pada tahun 2100 adalah 29 cm dengan probabilitas 5 persen itu bisa melebihi 84 cm. Ketika dikombinasikan dengan sumber-sumber lain dari kenaikan permukaan laut, ini berarti risiko yang mungkin dari kenaikan lebih besar dari 1 meter pada tahun 2100, yang akan memiliki konsekuensi sangat besar bagi umat manusia. Laporan IPCC PBB menyebutkan kenaikan 18 cm sampai 59 cm selama enam skenario kemungkinan terpilih.
Para peneliti juga menemukan bahwa para ilmuwan yang terkumpul dalam kelompok yang memberikan pendapat, merasa sangat tidak pasti tentang penyebab kenaikan baru-baru hilangnya lapisan es massa yang diamati oleh satelit. Mereka juga menyatakan ketidakyakinan apakah ini adalah bagian dari tren jangka panjang atau karena fluktuasi jangka pendek pada sistem iklim.
Profesor Bamber mengatakan: "Ini adalah studi pertama pencairan lapisan es dengan menggunakan matematika formal melalui penyatuan pendapat ahli. Ini menunjukkan nilai dan potensi dari pendekatan ini untuk berbagai masalah yang sama dalam penelitian perubahan iklim, di mana data masa lalu dan pemodelan numerik saat ini memiliki keterbatasan yang signifikan untuk meramalkan pola dan tren masa depan. "
Sumber: enn.com
Rabu, 30 Januari 2013
Masalah Terbesar yang Dihadapi Laut dan Solusinya

Lautan antara sumber daya terbesar untuk kehidupan di bumi. Laut memberikan banyak manfaat, di sisi lain manusia juga memberlakukannya sebagai tempat pembuangan 'sampah'. Kenyataan ini jelas menunjukkan paradoks. Berikut adalah tujuh masalah terbesar, dan solusi yang bisa dilakukan
Masalah 1. Penangkapan Berlebihan (Overfishing)
Organisasi Pangan dan Pertanian memperkirakan bahwa lebih dari 70% dari spesies ikan dunia telah sepenuhnya dieksploitasi atau habis. Overfishing memiliki beberapa dampak serius pada lautan. Tidak hanya berisiko memusnahkan suatu spesies, tetapi juga spesies lain dari hewan laut yang bergantung untuk bertahan hidup. Sudah menunjukkan bahwa penangkapan ikan yang berlebihan dapat menyebabkan hewan laut kelaparan. Lautan saat ini kebanyakan memerlukan kebijakan larangan penangkapan ikan apabila ingin memulihkan spesies tertentu.
Ada banyak cara untuk menangkap ikan, sayangnya beberapa metode yang cukup destruktif, termasuk metode bottom trawl yang merusak habitat dasar laut dan hingga menyendok ikan dan hewan yang tidak diinginkan, pada akhirnya dibuang. Penangkapan ikan yang berlebihan mengantar banyak spesies masuk ke daftar spesies yang terancam dan hampir punah!
Selain itu juga permasalahan banyaknya alat tangkap ikan yang dibiarkan begitu saja di lautan, tidak dibuang dengan benar mengakibatkan tertangkapnya binatang lautan secara tidak sengaja. Hal ini tentu berbahaya karena menyebabkan spesies lautan menjadi terjebak dan akhirnya mati sia-sia.
Masalah 2. Budidaya Ikan yang tidak bertanggungjawab
Budidaya ikan, atau budidaya, adalah respon untuk stok ikan di lautan menipis dengan cepat. Sementara hal ini terdengar seperti ide yang baik, sayangnya memiliki banyak konsekuensi negatif akibat operasial yang dikelola dengan buruk. Pencemaran nutrisi dan kimia dapat terjadi dengan mudah di laut terbuka operasi pada saat pakan ikan, kotoran, dan obat-obatan yang dilepaskan ke lingkungan. Budidaya ikan sengaja dilepaskan ke populasi asli di lautan juga dapat memiliki efek merusak, seperti hilangnya spesies asli, penularan penyakit, dan perubahan merusak habitat. Sayangnya, hambatan terbesar untuk mengatasi tantangan industri yang memasok hampir 50% dari pasokan pangan dunia ikan tidak ada peraturan yang jelas.
Masalah 3. Predator Laut Paling Penting Semakin Langka
Penangkapan berlebih merupakan masalah biasa untuk spesies yang umum bagi kita seperti tuna sirip biru. Namun merupakan masalah serius dengan hiu. Hiu tewas dalam angka yang mengejutkan setiap tahunnya, terutama (hanya) untuk siripnya! Ini adalah praktek umum untuk menangkap hiu, memotong sirip mereka, dan melemparkan mereka kembali ke laut di mana mereka dibiarkan mati. Sirip dijual sebagai bahan untuk sup!
Hiu berada di bagian atas rantai makanan sebagai predator, yang berarti tingkat reproduksinya lambat. Jumlah Hiu tidak pulih dengan mudah dari penangkapan ikan berlebihan. Di atas semua itu, status pemangsa hiu juga membantu mengatur jumlah spesies lainnya. Ketika predator utama adalah mengambil keluar dari lingkaran, biasanya muncul kasus spesies yang lebih rendah pada rantai makanan jumlahnya mulai melebihi habitat dan menciptakan spiral yang dapat merusak ekosistem. Pengambilan sirip hiu adalah praktek yang perlu, apabila sebagai tujuan mempertahankan keseimbangan.
Masalah 4. Pengasaman laut mengembalikan ke masa 35 juta tahun lalu
Samudra menyerap sebanyak sepertiga CO2 yang dipancarkan dari seluruh dunia, membuat permukaan laut jauh lebih asam. Efek kalsium karbonat dibutuhkan oleh karang, plankton, dan kehidupan laut lainnya yang menggunakannya untuk membangun frame rangka dan kerang yang melindungi mereka. Keasaman laut telah meningkat sebesar 25% sejak revolusi industri, dan akhirnya akan menghancurkan kehidupan laut banyak jika itu meningkat pada tingkat ini.
"Pengasaman lautan lebih cepat dari sebelumnya dalam sejarah bumi dan jika Anda melihat pCO2 (tekanan parsial karbon dioksida) tingkat kita telah mencapai sekarang, Anda harus kembali 35 juta tahun waktu untuk menemukan keseimbangan" kata Jelle Bijma, ketua Komite Program EuroCLIMATE dan biogeochemist di Alfred Wegener--Institut Bremerhaven.
Masalah 5. Matinya Terumbu Karang
Menjaga terumbu karang yang sehat merupakan topik utama . Fokus pada bagaimana melindungi terumbu karang penting mempertimbangkan mendukung sejumlah besar kehidupan laut dalam skala kecil, yang pada gilirannya mendukung kedua kehidupan laut yang lebih besar dan manusia, tidak hanya untuk kebutuhan pangan, namun juga tuntutan ekonomi.
Pemanasan global merupakan penyebab utama dari pemutihan karang, tetapi ada penyebab lain juga. Mencari tahu cara untuk melindungi "sistem penopang hidup" laut merupakan suatu keharusan bagi kesehatan keseluruhan sistim lautan.
Masalah 6. Zona laut Mati Berkembang
Zona mati adalah petak laut yang tidak mendukung kehidupan karena kekurangan oksigen, dan pemanasan global merupakan tersangka utama untuk apa di balik pergeseran perilaku laut yang menyebabkan zona mati. Jumlah zona mati tumbuh pada tingkat yang mengkhawatirkan, dengan lebih dari 400 diketahui ada, dan jumlah ini diperkirakan akan bertambah. Daerah ini sering ditemukan di mulut sungai besar, dan terutama disebabkan oleh pupuk yang dibawa dalam limpasan tersebut. Sayangnya, kekurangan oksigen membunuh banyak makhluk dan menghancurkan habitat keseluruhan. Pada tingkat saat ini kami, zona mati akan meningkat sebesar 50% sebelum akhir abad ini.
Penelitian zona mati menggarisbawahi keterkaitan planet bumi kita. Tampaknya keanekaragaman hayati di darat bisa membantu mencegah zona mati di laut dengan mengurangi atau menghilangkan penggunaan pupuk dan pestisida yang mengalir ke laut terbuka dan merupakan bagian dari penyebab zona mati. Mengetahui zat apa saja yang dibuang ke laut adalah penting dalam menyadari peran manusia dalam menciptakan kebelanjutan kehidupan ekosistem di mana kita bergantung.
Masalah 7. Polusi Merkuri berasal dari batubara, menuju lautan dan berakhir di meja makan
Polusi merajalela di lautan tapi salah satu polutan paling menakutkan adalah merkuri karena akan berakhir di meja makan. Bagian terburuk adalah kadar merkuri di lautan diperkirakan meningkat. Para ilmuwan melaporkan bahwa tingkat merkuri laut kita telah meningkat lebih dari 30% dalam 20 tahun terakhir, dan akan meningkatkan lagi 50% dalam beberapa dekade mendatang. Jadi mana merkuri berasal? Anda mungkin bisa menebak. Pembangkit listrik Batubara. Bahkan, menurut Badan Perlindungan Lingkungan, pembangkit listrik batu bara adalah sumber terbesar dari industri pencemaran merkuri di Amerika. Merkuri telah terkontaminasi badan air di seluruh 50 negara, apalagi lautan kita. Merkuri diserap oleh organisme di bagian bawah rantai makanan dan sebagai ikan yang lebih besar memakan ikan yang lebih besar, bekerja dengan cara kembali rantai makanan yang tepat melalui sajian makanan laut, terutama dalam bentuk tuna.
Masalah 8. Pusaran Sampah Pacific Besar, sup plastik raksasa yang bisa dilihat dari luar angkasa
Yang satu ini lebih menyedihkan, sekaligus mengejutkan berapa banyak sampah yang kita buang berakhir di laut. Hewan menjadi mudah tersangkut dan terjebak dalam sampah kita, dan hal itu dapat merusak kehidupan laut rentan seperti karang dan spons. Selain itu, kura-kura laut dan lumba-lumba memakan kantong plastik karena mengira ubur-ubur, makanan favorit dan cumi-cumi, yang akhirnya mencekik atau menyumbat sistem pencernaan mereka. Jika itu tidak cukup buruk, mudah-mudahan lebih besar dari Texas sampah pusaran di Samudera Pasifik dan sepupunya yang lebih kecil di Atlantik akan membantu melayani sebagai panggilan peringatan yang serius. Kita tentu tidak bisa mengabaikan pusaran raksasa sup plastik ukuran Texas berada di tengah-tengah Samudera Pasifik.
Mengambil pelajaran dari Pusaran Sampah Pacific Besar adalah cara yang bijaksana untuk menyadari tidak ada "pergi" bila itu berhubungan dengan sampah, terutama sampah yang tidak memiliki kemampuan untuk membusuk. Untungnya, Pusaran Sampah Pasifik besar mendapatkan banyak perhatian dari organisasi lingkungan, termasuk Proyek Kaisei, yang meluncurkan upaya bersih-bersih dan eksperimen pertama kalinya, dan David de Rothschild yang akan berlayar dengan kapal yang terbuat dari plastik keluar dari patch untuk meningkatkan kesadaran akan bahasa sampah plastik di lautan.
Solusi 1. Geoengineering : Apa yang diketahui dan tidak diketahui tentang teknologi baru
Masalah geoengineering, mengingat bunga kita lihat dengan kapur pembuangan di dalam air untuk mengimbangi tingkat pH laut dan melawan efek dari semua yang kita pompa CO2 ke udara. Baru-baru ini kita menyaksikan serbuk besi yang dibuang ke laut untuk melihat apakah yang akan membantu menyedot beberapa CO2.
Wilayah ini adalah wilayah yang benar-benar kontroversial, terutama karena kita tidak tahu apa yang kita tidak tahu. Meskipun itu tidak menghentikan banyak ilmuwan dari mengatakan kita harus mencobanya.
Penelitian telah membantu untuk memetakan beberapa risiko, konsekuensi, dan dalam hal apa saja. Banyak penelitian seperti biochar untuk carbon sinks dan sejenisnya, tapi sementara ini ide-ide ini masih beupa benih janji yang masing-masing cukup kontroversial, bisa jadi/tidak malah memperburuk situasi.
Solusi 2. Tetap pada apa yang kita tahu - Konservasi Lautan
Tentu saja, solusi ini baik meskipunkelihatannya kuno, akan tetap menjadi salah satu solusi yang bisa menunjukkan jalan keluar. Melihat gambaran besar dan luasnya upaya yang diperlukan, mungkin butuh banyak keberanian untuk tetap optimis. Tapi kita harus optimis!
Memang benar bila sebagian menilai upaya konservasi itu tertinggal, tetapi itu tidak berarti upaya ini tidak ada. Ketika kita melihat apa yang bisa terjadi untuk lautan ketika upaya konservasi dibawa ke titik yang maksimal, saya rasa akan sepadan untuk menghabiskan lebih banyak waktu dan energi pada solusi ini.
Sumber: treehugger.com, huffingtonpost.com
Selasa, 01 Januari 2013
Butiran Plastik Mikro Ancaman bagi Lautan

Mencuci wajah dapat menjadi tindakan pencemaran jika Anda menggunakan pembersih yang mengandung berjuta-juta butiran mikro (microbead) plastik untuk produk pengelupasan kulit. Pada 1990-an ini, diakui bahwa sumber minor polusi plastik mikro berasal dari cairan pembersih tangan yang akan telah jarang digunakan oleh kebanyakan konsumen. Namun pada tahun 2009, rata-rata konsumen kemungkinan akan menggunakan produk yang mengandung plastik mikro setiap hari meningkat, karena sebagian besar pembersih wajah sekarang mengandung plastik mikro polietilen yang tidak ditangkap oleh tanaman, air limbah dan akan memasuki lautan. Tidak hanya itu, butiran-butiran kecil ini juga digunakan dalam produk kecantikan lainnya misalnya untuk bahan penghias kuku, ekstension rambut dan kerajinan tangan.

Butiran mikro plastik atau "air mata putri duyung" - sebagai partikel-partikel plastik mencemari laut sebagian besar ini melibatkan industri kosmetik raksasa, yang telah mengembangkan ketergantungan pada fragmen plastik ini. Bahkan beberapa perusahaan yang mengirimkan pesan-pesan yang berkelanjutan indah tentang bagian lain dari rantai suplai mereka.
Pertanyaannya mengapa menggunakan bahan berbahaya semacam ini? Plastik murah dan biaya yang jauh lebih efektif daripada exfoliators biodegradable tradisional seperti sabut kelapa. Ada juga kecenderungan industri kecantikan untuk tidak perduli.
Beberapa bukti-bukti ilmiah bahwa bahan ini berbahaya adalah sebagai berikut. Tim peneliti University of Plymouth di Inggris pertama kali menemukan air mata putri duyung 'di perairan Eropa pada tahun 2002, dan mereka kini telah menemukan mereka di empat benua lainnya: Amerika, Australia, Afrika dan Antartika.
Bulan Agustus 2012 lalu, misalnya, para ilmuwan dari Wageningen University di Belanda menunjukkan bahwa nanopartikel plastik memiliki efek buruk pada organisme laut seperti kerang.
Ilmuwan kelautan dari University of Plymouth juga telah meneliti efek dari sampah plastik di lautan dunia dan lautan. Sebagian dari sampah plastik tidak biodegradable- tidak bisa terurai oleh alam tetap dalam bentuk pelet kecil plastik mikro "air mata putri duyung '"" dan bertahan selama ratusan tahun.
Selain itu, seiring waktu plastik mikro yang terkena degradasi UV dan menyerap bahan hidrofobik seperti PCB, membuat mereka lebih kecil dan lebih beracun dalam jangka panjang. Ilmuwan kelautan perlu mendidik masyarakat terhadap bahaya menggunakan produk yang menimbulkan ancaman langsung dan jangka panjang bagi kesehatan lautan dan makanan yang kita makan dan mengingat jumlahnya sangat banyak (lebih banyak daripada jumlah planton) akan berpengaruh ke rantai makanan. Menurut Dr. Richard Thompson, yang memimpin penelitian University of Plymouth telah menemukan bahwa makhluk laut di bagian bawah rantai makanan-seperti teritip, lugworms dan amphipods-mengkonsumsi plastik ini di dasar laut. Makhluk ini dimakan oleh orang lain di sepanjang rantai makanan. Tampaknya konsekuensi yang tak terelakkan bahwa (plastik) akan melewati sepanjang rantai makanan. Ada kemungkinan bahwa bahan kimia dapat ditransfer dari plastik untuk organisme laut. Dan tebak siapa yang makan produk organisme laut? Jawabannya, Anda!

Ironisnya industri kecantikan semakin tergantung pada material lautan. Produk kecantikan baru-baru ini dikembangkan dari lautan termasuk adas laut di krim matahari, rumput laut di anti-selulit perawatan dan bahkan bahan yang berasal dari penetasan salmon. Industri ini membutuhkan pengingat bahwa ekosistem didorong ke tepi tidak akan produktif. Hal ini akan berbalik membahayakan pasokan bahan bagi industri kecantikan sendiri!
Untungnya, ada beberapa usaha yang sudah dilakukan untuk meningkatkan kesadaran mengenai bahaya plastik mikro ini. Yayasan Soup Plastik (plasticsoupfoundation.org), memiliki kuis dan informasi semua perusahaan kosmetik utama pada penggunaan plastik mikro. Bahkan ada sebuah aplikasi, Beat the Bead Micro, untuk membantu konsumen dengan belanja pintar (memindai barcode - jika aplikasi berubah merah, perusahaan menggunakan butiran mikro dan tidak menyesal melakukannya, berwarna oranye berarti perusahaan telah berjanji untuk menyingkirkan plastik mikro).
Aktif mengajukan pertanyaan, mencari informasi, memboikot dan mencari alternatif yang lebih ramah lingkungan adalah hal yang kita semua bisa lakukan. Sudah waktunya untuk menggusur plastik mikro keluar dari rutinitas perawatan kulit Anda.
Sumber: berbagai sumber
Jumat, 28 Desember 2012
Hati-hati mengkonsumsi Ikan Tuna

Penggemar sushi bersedia membayar lebih untuk ikan gemuk yang ini. Banyak yang tidak mengetahui tentang status tuna atau tidak percaya berdasarkan temuan ilmuwan yang mengatakan jumlah ikan Tuna Sirip Biru semakin sedikit. Ikan-ikan ini bahkan terancam punah.
Kesulitan Pelacakan Ikan Tuna Sirip Biru
Selain spesies ini termasuk langka dan sudah termasuk dalam status penangkapan yang berlebihan, ikan Tuna Sirip Biru juga menumpuk racun seperti merkuri dalam tubuh mereka.
Karena spesies ini hidup di hampir setiap laut dan bermigrasi pada periode tertentu, ikan Tuna Sirip Biru Pasifik dan Atlantik dapat ditangkap dan dimakan di bagian dunia mana saja. Hal ini juga membuat tuna ini sangat sulit untuk dipantau: ketika negara-negara bersaing untuk satu sumber daya di laut terbuka, yang tidak ada yang memiliki yurisdiksi, peraturan internasional hampir mustahil untuk menegakkan peraturan perlindungan bagi tuna jenis ini.
Ikan Tuna Sirip Biru Pasifik
Ikan Tuna Sirip Biru Pasifik berenang dari pantai Jepang menuju California dan Meksiko, di mana ikan ini tertangkap (sering sebelum ikan ini mendapatkan kesempatan untuk kembali ke Jepang untuk mereproduksi kembali).

Meskipun sebagian besar Ikan Tuna Sirip Biru yang ditangkap kemudian dikirimkan kembali ke Jepang, sebagian besar ikan ini berakhir di piring-piring restoran Amerika setiap tahunnya karena permintaan untuk sushi meningkat. Bahan kimia radioaktif hadir dalam ikan tidak menimbulkan risiko kesehatan kepada masyarakat, untungnya, karena masih di bawah tingkat berbahaya yang ditetapkan oleh pemerintah Amerika.
Ikan Tuna Sirip Biru Atlantik
Subspesies lain, ikan Tuna Sirip Biru Atlantik yang muncul di Teluk Meksiko yang merupakan salah satu ekosistem laut yang rusak dan di Laut Mediterania. Ikan ini mudah ditangkap di perairan Laut Mediterania, karena perairannya tergolong bening, sedangkan bila bertelur di Teluk begitu rusak karena tumpahan minyak BP dua tahun lalu, sehingga ikan ini tidak dapat mereproduksi dengan kecepatan normal dan jumlah ikan remaja diperkirakan turun sebesar 20%. Banyak ilmuwan terkemuka dunia kelautan sekarang percaya bahwa populasi sirip biru Atlantik berada di ambang kehancuran. Pada kenyataannya, studi terbaru oleh para ilmuwan perikanan menunjukkan bahwa spesies telah menurun lebih dari 80% sejak tahun 1970. Meskipun ada upaya perlindungan, populasinya terus menurun.

Ikan Tuna Sirip Biru dan populasinya
Permintaan terhadap ikan ini tidak akan menurun. Restoran enggan untuk menghapus spesies ini dari menu atau menaikkan harga untuk mengekang permintaan, yang artinya ikan Tuna Sirip Biru ini akan terus mengalami penagkapan yang berlebihan sampai populasinya menurun drastis yang diperkirakan akan terjadi pada awal tahun ini.
Setelah populasi yang menurun drastis, moratorium pelarangan penangkapan ikan Tuna Sirip Biru diberlakukan untuk memungkinkan populasinya pulih. Bilapun demikian pemulihan populasi ini akan memakan waktu puluhan tahun karena kematangan seksual ikan ini memiliki kebutuhan khusus dan bertelur dalam jumlah yang terbatas (dua pertiga tidak berhasil). Selain itu, tingkat radioaktif dan merkuri yang ada dalam ikan Tuna Sirip Biru juga perlu dipertimbangkan.
Sumber: berbagai sumber
Rabu, 26 Desember 2012
Fakta Tsunami: Belajar dari Tsunami Jepang (11.03.2011)

Tsunami adalah serangkaian gelombang laut yang besar disebabkan oleh tanah longsor, gempa bumi bawah laut, atau letusan gunung berapi. Tsunami dapat dihasilkan oleh dampak meteor raksasa bertumpukan laut, hanya saja sangat jarang terjadi. Para ilmuwan telah menemukan jejak peristiwa tabrakan asteroid yang disebut-sebut akan menciptakan tsunami raksasa yang jatuh ke Bumi beberapa kali dan membanjiri segalanya kecuali gunung tertinggi 3,5 miliar tahun yang lalu. Garis pantai benua berubah drastis dan hampir semua kehidupan hilang.
Gempa bumi menghasilkan tsunami jika ada kekuatan yang cukup dan gerakan yang cukup keras dari dasar laut menyebabkan perpindahan besar dan tiba-tiba sejumlah besar air. Para ilmuwan mengatakan bahwa gempa besar berkekuatan 9 melanda Pacific Northwest pada tahun 1700 dan menciptakan tsunami yang menyebabkan banjir dan kerusakan di pantai Pasifik Jepang.


Gelombang tsunami bisa sepanjang 60 mil (100 kilometer) dan terpaut antara satu dengan yang lain dalam waktu satu jam. Sebagai perbandingan di pantai California, misalnya, badai di Pasifik dan berirama mengalir, satu gelombang demi satu, mungkin memiliki jangka waktu sekitar 10 detik dan panjang gelombang 150 m. Gelombang tsunami mampu menyeberangi lautan seluruh tanpa kehilangan energinya. Tsunami Samudera Hindia tahun 2004 menempuh perjalanan sejauh 3.000 mil (hampir 5.000 kilometer) ke Afrika, tiba dengan kekuatan yang cukup untuk membunuh manusia dan merusak properti.


Sumber: berbagai sumber