Masa depan pertanian bergantung dari generasi muda yang membuat mereka menyadari bahwa karir di sektor pertanian merupakan karir yang modern dan menantang.
Perubahan iklim mengancam produksi pertanian dunia, di sisi lain populasi semakin bertambah dan permintaan pangan juga meningkat. Perlunya untuk meningkatkan kemandirian pangan.
Hal ini memerlukan pengusaha teknis cerdas yang siap untuk menyeimbangkan risiko dan imbalan sehingga mereka dapat memberikan makanan yang dibutuhkan.
Masuk ke pertanian, bagaimanapun, adalah jauh dari mudah. Bagi calon pengusaha yang ingin bertani pada dengan dana mereka sendiri, harga tanah saat ini menimbulkan tantangan. Dengan harga tanah yang semakin meroket, tidak mudah mengakses tanah untuk kebutuhan pertanian.
Dari sisi minat di bidang pertanian sendiri juga menurun. Meskipun pemerintah Indonesia menyediakan beasiswa di bidang pertanian, namun sayangnya, setiap tahun penyerapan beasiswa tersebut belum optimal. "Beasiswa di prodi-prodi teknik, sains, dan pertanian yang kita siapkan tidak pernah habis, selalu tersisa karena sepi peminatnya. Akhirnya sering kita alihkan untuk jurusan lain," kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Djoko Santoso di sela-sela acara pemberian beasiswa Rajawali Foundation kepada dosen dan mahasiswa Institut Teknologi DEL, Tobasa, Sumatra Utara, Sabtu (7/9).
Penyerapan beasiswa yang rendah itu, kata Djoko tidak lepas dari masih rendahnya minat generasi muda Indonesia dalam menekuni ketiga bidang tersebut. "Jumlah generasi muda peminat bidang-bidang sains,teknik, dan pertanian sendiri masih rendah di S1, bahkan sejak di jenjang sekolah menengah," ungkap Mantan Rektor ITB itu. " Populasi mahasiswa di bidang sains hanya 3 persen, teknik 11 persen, dan pertanian 3,5 persen," tambah Djoko.
Institut Pertanian Bogor rupanya sudah mulai merasakan dampaknya sejak beberapa tahun yang lalu. Rektor IPB Herry Suhardiyanto ketika mewisuda 1.059 lulusan IPB Tahap II Tahun Akademik 2008/2009 pada akhir Februari 2009, juga sempat menyampaikan fenomena turunnya minat generasi muda untuk belajar di perguruan tinggi pertanian itu.
Menurut dia, masa depan pembangunan pertanian Indonesia dihadapkan pada persoalan penurunan minat belajar generasi muda terhadap bidang ilmu pertanian, khususnya pada berbagai program studi bidang pertanian di pelbagai universitas di daerah.
"Penurunan minat tersebut memang tidak terjadi di IPB, tetapi IPB memiliki tanggungjawab moral untuk ikut mengatasi masalah itu. Sebagai gambaran, hasil seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) 2008 menunjukkan masih ada 2.894 kursi kosong pada program studi bidang pertanian di 47 perguruan tinggi negeri," katanya.
Turunnya minat calon mahasiswa ke bidang pertanian, kata dia, bukan hanya terjadi pada 2008. Sebanyak 45,23% bidang studi yang terkait pertanian, daya tampungnya tidak terpenuhi pada 2007.
"Kita tidak boleh membiarkan hal ini berlangsung terus. Jika tidak, 5 tahun - 10 tahun ke depan Indonesia akan sulit mendapatkan calon mahasiswa berkualitas karena ini akan berimplikasi pada lemahnya sumber daya manusia (SDM) yang merupakan tulang punggung pembangunan pertanian," kata rektor.
Sementara itu, guru besar IPB MA Chozin, saat menjabat Wakil Rektor I IPB pada 2006 juga pernah mengungkap turunnya jumlah calon mahasiswa yang berminat melanjutkan studi di bidang pertanian. Indikasi itu nampak dari penurunan calon mahasiswa yang mendaftar masuk ke IPB selama lima tahun terakhir.
"Kondisi itu sejalan menurunnya minat siswa SMA untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi secara keseluruhan di Indonesia. Bukan hanya di IPB, tapi di seluruh perguruan tinggi di Indonesia, khususnya pada bidang-bidang studi yang berkaitan dengan pertanian," katanya.
Bahkan, menurut dia, berdasarkan data dari Departemen Pendidikan Nasional, sejak 2005 hingga Juni 2006 ada sekitar 40 fakultas pertanian yang ditutup akibat kekurangan peminat.
Chozin menduga generasi muda sekarang tidak lagi tertarik pada bidang pertanian dan lebih memilih bidang lainnya. "Perlu peran media massa untuk memginformasikan kepada masyarakat, khususnya generasi muda mengenai kemajuan bidang pertanian."
Dia berharap minat generasi muda terhadap bidang pertanian kembali meningkat, apalagi Indonesia dikenal sebagai bangsa agraris-maritim dan memberi kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional.
Sumber: berbagai sumber
Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai pertanian indonesia.Benar benar sangat bermamfaat dalam menambah wawasan kita menjadi mengetahui lebih jauh mengenai indonesia.Saya juga mempunyai artikel yang sejenis mengenai indonesia yang bisa anda kunjungi di sini
BalasHapus