Pada Januari 2013 yang lalu diberitakan melalui Guardian, petani-petani Inggris percaya bahwa makanan yang dimodifikasi secara genetik akan memecahkan masalah yang diakibatkan oleh cuaca.
Petani-petani pada Konferensi Pertanian Oxford mengemukakan pada Guardian bahawa dengan menumbuhkan tanaman pangan modidikasi genetik akan memebuat mereka lebih tahan terhadap efek perubahan iklim. Tahun 2012 terrekam sebagai tahun yang paling basah yang pernah dicatat oleh Inggris dan banyak petani mengalami kerugian yang besar. Para petani tetap bertekad bahwa ingin tetap bersaing secara global, dan mereka yakin bahwa tanaman dengan modifikasi genetik akan lebih tahan kekeringanm banjir dan penyakit. Namun ahli lingkungan mengingatkan bahwa tanaman pangan modifikasi genetik tidak akan meningkatkan ketahanan. Sistim organik dan agro-ekologis lebih merupakan taruhan yang lebih aman.
"Apabila Inggris menempatkan dirinya di luar pasar global (yang mana banyak negara banyak yang mengarah pada tanaman pangan modifikasi genetik) kemudian cara pertanian kita akan menjadi ketinggalan jaman." kata Peter Kendall, Presiden Serikat Petani Nasional pada Guardian. "Sebagian besar dari anggota kami sadar akan risiko nyata ketidakmampuan untuk mnejadi bersaing secar aglpbal karena menghindari penggunaan modifikasi genetika pertanian"
Dia menambahkan bahwa dengan menggunakan pangan modifikasi genetik lebih ramah lingkungan karena akan mencegah sampah makanan. Tanaman kentang dan tomat diantara uang paling rentan untuk rusak, terutama di kondisi basah dan tahun 2012 merupakan tahun terbasah bagi Inggris. Namun ahli lingkungan menunjukkan bahwa makanan modifikasi genetik didesain untuk memiliki "sifat spesifik dan terbatas" yang membuat tanaman ini tidak akan menjadi lebih tahan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Sementara itu supermarket terkemuka di Inggris seperti Waitrose bersikeras bahwa konsumen yang memegang rantai permintaan tidak meminta makanan modifikasi genetik, dan mereka tidak memiliki rencana untuk memasukkan mereka ke dalam merek mereka.
Sedangkan pada 11 Maret lalu, di Detroit Michigan perdebatan tentang makanan yang dimodifikasi secara genetik menuju ke arah yang baru.
Toko bahan pangan Hiller's dan cabangnya telah memulai label produk mereka yang tidak terdapat organisme modifikasi genetik (genetically modified organisms) atau "GMO's".
"Suatu tekanan saat ini untuk mencoba kembali ke dasar, mencoba untuk memakan makanan sehat, dan makan makanan yang memang ditujukan seperti asalnya," kata Justin Hiller, wakil presiden Hiller. Hiller mengatakan bahwa dalam hal teknologi ilmiah mengubah 80 persen makanan yang kita konsumsi.

Apa itu pangan dengan modifikasi genetik?
Pangan modifikasi genetik pada dasarnya adalah makanan yang telah dirubah secara artificial atau buatan oleh ilmuwan di laboratorium. Di masa yang lalu, tanaman yang telah ditingkatkan dengan menumbuhkan atau persilangan dengan tanaman lain yang lebih baik - melalui proses natural membutuhkan waktu bertahun-tahun. Namun dengan pangan modifikasi genetik, bisa dilakukan dengan cepat dan secara artifisial.
Terdapat beberapa debat antara ilmuwan dan pengkamapanye apakah pangan modifikasi genetik aman atau tidak. Pengkampanye yang kontra terhadap pangan modifikasi genetik mengemukakan, pangan jenis ini dapat merusak kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa tikus yang menkonsumsi makanan ini tidak tumbuh sewajarnya. Penyakit baru juga dapat muncul tanpa sengaja. Selain itu, spesies yang berbeda dapat tercampur akibat modifikasi genetik ini. Misalnya untuk memberikan warna yang lebih merah pada tomat diberikan bagian warna kemerahan dari ikan yang tidak mengikuti aturan alam. Pendapat yang menyokong bahaya pangan modifikasi genetik yang lain adalah karena jenis pangan ini baru, belum ada tes jangka panjang untuk melihat apakah berbahaya atau tidak dampaknya pada manusia.
Masyarakat sering menggunakan contoh tomat dengan modifikasi genetik. Tomat digunakan di banyak jenis makanan, namun mereka busuk cukup cepat dan tidak selalu rasanya enak. Sehingga, tomat dengan modifikasi genetik telah dikreasikan untuk lebih tahan lama, kelihatan leih merah dan rasanya lebih enak.
Para ilmuwan mengatakan bahwa teknologi modifikasi pangan adalah masa depan pangan. Mereka juga mengatajan bahwa tanaman juga dapat ditumbuhkan untuk melawan rumput dan hama pengganggu sehingga tanaman tidak akan rusak. Kita bisa memproduksi lebih banyak makanan seperti beras dan dapat mengurangi jumlah angka kelaparan di dunia. Harga pangan juga akan menjadi lebih rendah karena akan lebih banyak makanan yang tersedia.
Mitos Pangan Modifikasi Genetik
Pangan modifikasi genetik di dunia telah berkembang di berbagai negara, khususnya di Amerika Serikat (lihat gambar di atas). Petani-petani di Amerika memulai menumbuhkan tanaman pangan modifikasi genetis atau yang biasa disebut "GMO" pada tahun 1996, dan saat ini menanam 165 juta per tahun. Industri makanan memperkirakan bahwa 70% dari makanan yang diproses mengandung paling tidak satu bahan yang berasal dari tanaman modifikasi genetik. Namun seiring dengan adposi yang begitu cepat dan luas dari teknologi ini banyak mitos-motos yang berkembag diantara pendukung dan penentangnya. Dibawah ini beberapa di antaranya.
Mitos 1: Makanan Modifikasi Genetis yang terbuat dari bahan modifikasi genetis berbahaya untuk dikonsumsi
Tidak ada bukti yang cukup meyakinkan bahwa bahan yang terbuat dari modifikasi genetis yang ada saat ini dapat menyebabkan risiko kesejatan. Agensi Pemerintah dan Ilmiah termasuk Food and Drug Administration (FDA) dan National Academy of Sciences, telah melakukan review dan tidak mengidentifikasi risiko kesehatan Bahkan untuk penentang yang paling keras pun juga tidak menunjukkan risiko kesehatan.
Hal tersebut bukanlah suatu kejutan. DNA yang dimasukkan ke biji tanaman modifikasi genetis dan protein yang diproduksi sebagai besar dicerna dalam sistim gastrointestinal. Dan protein yang kadang kala merupakan molekul yang sudah sering dikenal dalam menu makanan sehari-hari. Misalnya, tanaman modifikasi genetis yang menangkis komponen virus dari virus tanaman yang sudah lama kita konsumsi tanpa ada bahaya. Sementara pangan modifikasi genetis tidak memperbaiki diet keseharian meskipun mungkin di masa yang akan datang bisa terjadi.
Mitos 2: FDA mengesakahkan makanan modifikasi genetis sebelum dikonsumsi masyarakat
Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Makanan dan Obat di Amerika, meskipun terdapat klaim dari industri bahwa lembaga ini tidak secara formal mengizinkan makanan atau bahan yang terbuat dari tanaman pangan yang dimodifikasi genetis. Hukum membutuhkan persetujuan awal dari pasar untuk "makanan aditif" seperti aspartam atau pewarna. Tahun 1992, FDA memutuskan bahwa dengan memasukkan suatu gen pada tanaman tidak membuat protein yang dihasilkan termasuk dalam kategori "makanan aditif".
Mitos 3: Monsanto dan pengembang biji merupakan penerima manfaat utama dari tanaman pangan modifikasi genetis
Sudah pasti pengembang makanan mendapatkan mandaat dari tanaman yang telah dimodifikasi, karena perusahaan ini telah menghabiskan banyak uang untuk mengembangkan tanaman ini dan kemudian mengenakan biaya premi besar untuk menutup biaya dan membuat keuntungan. Namun pihak yang lainnya juga mendapatkan keuntungan.
Petani di Amerika menumbuhkan tanaman kapas yang dimodidikasi genetis uang mengandung insektisida biologis yang telah membantu mengurangi penggunaan insektisida beracun yang tinggi. Hal ini mengurangi biaya dan kerusakan dari penggunaan insektisida kimia.
Di luar Amerika Serikat, pertanian dalam skala kecil yangmenumbuhkan kapas modifidikasi genetis di India dan Cina dapat memotong penggunaan insektisida secara signifikan, peningkatan hasil panen dan kenaikan keuntungan. Di Cina, penelitian-penelitian telah mendokumentasikan pengurangan insektisida telah menyebabkan pengurangan penggunaan insektisida yang pengurangan angka kunjungan petani ke rumah sakit dan mengurangi bahaya ke serangga yang bermanfaat dan spesies lainnya.
Mitos 3: Tanaman modifikasi genetik ramah lingkungan dan berkelanjutan
Monstanto, salah satu produsen besar biotek mengklaim sebagai salah satu perusahaan dunia yang berfokus pada pertanian berkelanjutan. Biji-bijian biotek menyediakan manfaat lingkungan yang substansial , namun klaim keberlanjutan sepertinya terlalu berlebihan. Produk Monsato yang sukses adalah tanaman yang toleran herbisida - diantaranta kedelai, jagung, kapas, bit gula dan alfalfa yang toleran terhadap glyphosate. Tanaman pangan tersebut, ditanam pada jutaan acre lahan tiap tahun dan membawa ke peningkatan penggunaan glyphosate dan munculnya tanaman yang resisten glyphosate. Paling tidak ada 10 spesies rumput di 22 negara bagian telah menunjukkan resistensi pada glyphosate. Industri mengajukan solusi bagi petani untuk seementara menggunakan herbisida "cocktails" yang terdiri dari berbegai macam herbisida yang dapat melawan rumput yang resisten sementara mereka mengembangkan varietas tanaman modifikasi genetis yang toleran terhadap herbisida lain.
Pada akhirnya tanaman modifikasi genetis seperti tanaman konvensional lainnya merupakan bagian dari sistim industri pertanian yang menggunakan pupuk yang banyak dan terkadang ditumbuhkan dalam sistim ladang monokultur yang luas dan tidak dirotasikan secara cukup. Apabila keberlajutan merupakan target akhirnya, mestinya semua petani, tidak hanya petani yang menggunakan tanaman modifikasi genetis perlu untuk beralih ke pertanian organik yang lebih berkelanjutan.
Mitos 4: Teknologi modifikasi genetis adalah cara yang paling baik untuk menambah produktivitas pertanian dan mengurangi kelaparan dunia
Andai saja semudah itu. Pada kondisi yangmendukung, tanaman modifikasi genetis dapat membantu petani di negara berkembang untuk menaikkan produksi. Namun, petani membutuhkan varietas modifikasi genetis tanaman yang dapat ditumbuhkan secara tepat, pendidikan yang memadai merupakan bagian dari penggunaan bijaksana teknologi ini dan kredit atau nilai untuk membeli pupuk, pestisida dan produk lainnya yang dapat memaksimalkan produktivitas.
Sumber: berbagai sumber
Tidak ada komentar :
Posting Komentar