Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 04 April 2013

Pertanian Kota: Indonesia juga Punya!

Tidak ada komentar :
Di Amerika gerakan pertanian kota atau urban farming muncul di kota-kota besar seperti di San Fransisco. Ibu negara Amerika Serikat, Michelle Obama, juga turut mendukung dan memprakarsai gerakan ini.


Rupanya pertanian kota juga mulai menggeliat di Indonesia beberapa tahun belakangan. Dalam skala komunitas mandiri muncul inisiatif serupa dari Ridwan Kamil dalam "Indonesia Menanam", di Surabaya Tunas Hijau juga menggalakkan program pertanian kota bekerjasama dengan sekolah-sekolah di Kota Surabaya. Program Indonesia menanam yang diprakarsai Ridwan Kamil sendiri sudah menyebar ke berbagai Kota di Indonesia mulai dari Aceh sampai Papua. Pemerintah Kota Surabaya sendiri juga pernah berupaya menggalakan program ini, meskipun diberitakan bahwa belum berhasil sepenuhnya karena beberapa tantangan di lapangan.

Kota Medan berencana akan menambah partisipasi keluarga yang tergabung dalam kegiatan pertanian kota. Jumlah keluarga yang melakukan pertanian perkotaan (urban farming) di Kota Medan pada tahun ini ditargetkan mencapai 375 kepala keluarga (KK) atau bertambah 75 KK dari yang telah ada saat ini 300 KK. Ketua Himpunan Kerukunan Tani (HKTI) Kota Medan Ad Sony Batubara mengatakan sejumlah KK yang telah melakukan urban farming di Medan menanam bermacam-macam sayuran, timun, dan umbi-umbian. Menurutnya, dari total keluarga yang melakukan urban farming paling banyak berada di daerah Medan Utara, tepatnya di Marelan.

Gerakan ini pertanian kota ini berkembang masih secara sporadis dan tentunya berdampak positif terhadap ketahanan kota akan pangan. “Dengan menerapkan urban farming keluarga dan tetangga sekitar tidak kesulitan lagi mendapatkan asupan gizi dari sayur-sayuran dan buah-buahan,” ungkap Ad Sony Batubara .

Tantangan di Lapangan dan Solusinya

Perlu diingat, tantangan yang ada di lapangan, salah satunya adalah mengingat lahan pertanian semakin sempit. Namun dalam konsep pertanian kota ini adalah mengaktifkan lahan-lahan tidur yang tidak terpakai di lapangan. Ridwan Kamil menjelaskan lebih lanjut, konsep urban farming adalah memanfaatkan lahan tidur di perkotaan yang dikonversi menjadi lahan pertanian produktif hijau yang dilakukan oleh masyarakat dan komunitas sehingga dapat memberikan manfaat bagi mereka.

Dari pengalaman Indonesia Berkebun, salah satu kesulitannya adalah akses ke lahan. Kekurangan itu adalah “jembatan” perizinan tanah-tanah terlantar. Hingga kini tanah yang digarap baru sebatas milik warga yang mengetahui dan peduli kegiatan Indonesia Berkebun. Sedangkan tanah-tanah terlantar yang dimiliki warga yang tidak peduli kegiatan urban farming dan tidak diketahui keberadaannya ternyata lebih banyak lagi. Dibutuhkan tokoh-tokoh yang besar di pemerintahan, seperti untuk lebih peduli dan bisa memfasilitasi kegiatan ini.

Bila memang lahan atau pekarangan tidak ada, bukan berarti tidak bisa ikut berpartisipasi. Cara lain dengan berkreativitas menggunakan wadah-wadah atau media seperti menanam seledri dan tomat didalam tabung air atau pipa paralon. Lalu, menanam sayuran seperti bayam, kangkung, caisim, cabe, kangkung atau bayam  dalam wadah bambu, gayung, dan batok kelapa.  Pilihan lainnya adalah menanam tanaman secara vertikal di dinding rumah Anda atau menjahit potongan plastik sebagai kantung untuk bunga-bunga yang indah.



Bukan perkara yang mudah untuk memulai secara bersama-sama, namun bisa dimulai dari lingkungan kecil di rumah dengan menanan sayuran sedikit-sedikit. Bisa juga mengajak keluarga dan teman, dan bila mau lebih diperluas, Ibu-Ibu PKK dan Bapak-Bapak untuk turut peran serta sebagai bagian dari acara kerja bakti mingguan di kelurahan.

Namun bukan berarti gerakan ini tidak bisa dilakukan. Ridwan Kamil sendiri memulai gerakan Indonesia berkebun bermodalkan social media twitter! Karena hanya berbekal 19.600 lebih followers dan aktif bertwitter ria, Ridwan Kamil mampu membangun komunitas Indonesia Berkebun tanpa modal. Setiap follower menyumbang, entah tanah kosong, kompos, bibit, pengetahuan cara bertani organik dan waktu serta tenaga. Para followers tersebut bergabung dengan komunitas berkebun dikotanya masing seperti : Jakarta Berkebun, Bandung Berkebun, Banten Berkebun, Makasar Berkebun dan seterusnya.

Hasil yang bisa dipetik?

Yang pasti, pendapatan keluarga bisa dihemat atau bahkan bertambah bila Anda menjadikan ini sebagai bisnis. Dengan urban farming selain dapat membuat lingkungan menjadi lebih subur, income Anda juga akan bertambah!. “Kebun Anda bisa menghasilkan panen sayuran-sayuran, buah-buahan untuk di konsumsi sendiri atau dijual. Kemudian, yang tak kalah dahsyatnya adalah perasaan yang Anda dapatkan saat memetik hasil panen, lalu dimasak untuk makan bersama-sama keluarga atau teman, priceless!,” ungkap Ridwan Kamil. Selain itu, manfaat lain yang tidak bisa terukur dengan uang adalah dapat membantu meredam stress.



Stres sudah menjadi bagian dari keseharian kaum urban, entah stres karena aktivitas rutin, stres dengan pekerjaan atau kemacetan yang menyebabkan penurunan kualitas hidup. Menurut riset psikologi bila Anda merasakan stres, rasa marah, frustasi maka dengan menyentuh tumbuhan kadar emosi negatif Anda akan berkurang. Dan juga riset lain menunjukkan dengan sensasi warna hijau dari alam baik visual maupun rangsangan dapat meningkatkan kerja otak. “Dengan gerakan Indonesia berkebun Anda dapat mengurangi kadar stres, juga mempererat kebersamaan dengan keluarga, teman kantor, sahabat dengan melakukan aktivitas berkebun bareng tiap weekend. Anak-anak pun memiliki variasi hiburan yang lain daripada hanya sekedar jalan ke mal.,” jelas Ridwan Kamil.

Saat ini, pertanian kota masih pada penanaman sayuran, dan tidak menutup kemungkinan bisa berkembang ke arah peternakan, seperti penyediaan telur, madu atau bahan pangan lainnya. Apakah kota-kota di Indonesia yang lain siap untuk mengikuti jejak? Apakah program ini bisa berkembang pesat dan populer seperti bank sampah? Semoga!

Sumber: bisnis-sumatra.com, wanitawirausaha.femina.co.id, green.kompasiana.com

Tidak ada komentar :

Posting Komentar