Tampilkan postingan dengan label energi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label energi. Tampilkan semua postingan
Rabu, 15 Oktober 2014
Revolusi Mobil Listrik Oleh Elon Musk Dengan Tesla
Berita seputar Tesla tampaknya tidak pernah habis merek mobil yang didirikan oleh pengusaha esentrik Elon Musk.
New Tesla telah menjadi ikon bahwa mobil elektrik tidak harus tampil kuno, pelan, dan tidak bisa menempuh jarak jauh.
Peluncuran dari demo terbaru bahkan membuat mobil ini dapat melakukan auto-pilot untuk parkir dan berkendara di jalan raya Amerika Serikat. Mengurangi kecepatan dan menjaga tikungan di garis yang telah ditentukan. Menjaga jarak dengan mobil di depan Anda serta mensinkronisasikan kalendar kerja anda sehingga mobil dapat menyiapkan dirinya sendiri saat Anda hendak berangkat ke kantor. Gila engga tuh?
Program lainnya adalah buy-back untuk mobil Model-S mereka sehingga pelanggan biasa menjualnya kembali kepada mereka setelah tiga tahun dengan separuh harga dari aslinya yang mencapai $69.000. Kemudian Tesla akan menjualnya kembali seharga $35.000 tanpa mendapatkan profit dari aktifitas tersebut.
Kegarangan mobil ini ditunjukkan pada tingkat akselerasinya untuk kecepatan 0-60mph hanya 3,2 detik menjadi mobil sedan empat pintu tercepat, sementara baterai listrik mobil dalam kondisi penuh dapat menempuh jarak 275 mil, artinya setara dengan jarak tempuh mobil-mobil bensin yang saat ini beredar dalam kondisi tangki bensin full.
Berikut adalah demo dari mobil Tesla Model S dalam mode auto-pilot
Selasa, 14 Oktober 2014
Energi Rendah Karbon Memungkinkan Pada Tahun 2050
Dalam skala global pertumbuhan ekonomi berbasis rendah karbon tidak hanya memungkinkan, tetapi akan dapat meningkatkan suplai listrik secara signifikan di tahun 2050 dan menurunkan tingkat polusi udara dan air, berdasarkan hasil penelitian terbaru.
Walaupun penggunaan photovoltaic membutuhkan tembaga 40x lebih banyak dari pembangkit listrik konvensional dan turbin angin memerlukan 14x lebih banyak besi, dunia membutuhkan perpindahan tersebut untuk mendapatkan energi dengan tingkat karbon yang rendah.
Hasil penelitian ini diterbitkan dalam "Proceedings of the National Academy of Sciences" by Edgar Hertwich and Thomas Gibon dari Norwegian University of Science and Technology Departement of Energy and Process Engineering.
Pemantauan dari siklus kehidupan
Dalam laporan global life-cycle assessment pada biaya dari energi terbarukan secara ekonomi dan lingkungan di dunia sebagai respon dari perubahan iklim.
Beberapa studi lain menelisik akan biaya dari kesehatan dan polusi udara, perubahan lahan atau penggunaan metal. Tim asal Norwegia telah mempertimbangkan berbagai dimensi tersebut.
Beberapa hal mereka tidak sertakan seperti bioenergi, konversi jagung, tebu, dan tumbuhan lain untuk penggunaan etanol dan bbm, karena mereka juga melakukan penelitian pada sistem pangan secara komprehensif; serta energi nuklir, karena mereka tidak dapat merekonlisi apa yang disebut dengan "hasil berkonflik pada pendekatan penilaian yang bersaing".
Tetapi mereka mempertimbangkan bahwa biaya untuk energi solar, turbin angin, hydro, gas dan pembangkit batu bara yang menggunakan penangkapan dan penyimpanan carbon untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Mereka mempertimbangkan permintaan alumunium, tembaga, nikel dan besi, grade silikon secara metalurgi, kaca, zinc dan clinker. Pertimbangan mengenai biaya komparatif dari pembangkit listrik "bersih" dan "kotor", dan dampak dari gas efek rumah kaca, material partikel, racun di dalam ekosistem dan eutrophication dan peningkatan plankton di sungai dan danau.
Tim peneliti juga menilai dampak dari pembangkit listrik di masa depan pada penggunaan lahan, dan mereka menilai keuntungan ekonomi dari peningkatan energi terbarukan pada pengekstrasian dan penyimpanan dari mineral yang dibutuhkan untuk menciptakan energi terbarukan kembali.
Lebih Efisien
Hasil tersebut diproyeksikan menjadi dua skenario: pertama adalah produksi listrik pada tingkat global meningkat hingga 134% sampai dengan tahun 2050, dengan bahan bakar fosil mendominasi dua pertiga dari total yang dibutuhkan dan kedua bahwa peningkatan permintaan listrik lebih hemat 13% hingga tahun 2050 karena penerapan teknologi yang lebih efisien.
Hasilnya adalah energi baru yang dihasilkan membutuhkan besi dan metal dengan peningkatan hanya sebesar 10%. Sistem Photovoltaic membutuhkan tembaga pada kisaran 11 - 40 kali dari yang dibutuhkan generator konvensional, tetapi permintaan pada tahun 2050 hanya meningkat selama dua tahun dari produksi tembaga saat ini.
Kesimpulan mereka adalah produksi energi yang berhubungan dengan mitigasi perubahan iklim dapat dicapai, terdapat peningkatan permintaan untuk besin dan semen, dan akan mengurangi tingkat emisi dari polusi udara saat ini.
"Hanya memerlukan dua tahun dari total produksi global tembaga dan satu tahun total produksi besi untuk memenuhi kebutuhan sistem energi rendah karbon untuk menyuplai energi listrik seluruh dunia sampai dengan tahun 2050", ungkap peneliti.
Minggu, 29 Desember 2013
Rumput: Kandidat Sumber Energi Biofuel
bekerja
15.32
biofuel
,
ekonomi hijau
,
energi
,
energi alternatif
,
Lingkungan
,
Pembangunan Berkelanjutan
,
rumput
Tidak ada komentar
:
[caption id="attachment_3711" align="aligncenter" width="639"]
Miscanthus Sinensis[/caption]
Para ilmuwan menemukan cara untuk membuat biofuel mulai dari alga hingga kotoran bakteria dan sekarang beralih ke rumput. Proyek penelitian baru di Eropa bernama GrassMargins mencari cara untuk menemukan rumput perenial yang dapat tumbuh satu tahun untuk biofuel. Jika sukses, proyek ini dapat menawarkan sebuag energi terbarukan yang dapat tumbuh di mana saja, yang mana akan menambah ketersediaan bahan bakar bersih disaat yang sama menurunkan harganya. Namun harus dicari tahu dulu jenis rumput yang mana yang sesuai.
Tujuan utama dari proyek ini adalah memilih tanaman rumput yang dapat tumbuh di tanah marginal yang tidak sesuai dengan tanaha untuk menumbuhkan makanan. Penelitian ini merupakan kolaborasi masif antara universitas seperti diantaranya Teagasc, The Swedish University of Agricultural Sciences dan The University of Sheffield. Uni Eropa juga menginvestasikan ketertarikannya di dalam proyek ini karena Irlandia telah mengalami tanah yang rawan banjir, Eropa Utara memiliki temperatur dingin dan Eropa Selatan memiliki isu toleransi garam.
Salah satu kandidat tanaman yang diteliti adalag jenis Miscanthus dari Asia Tenggara. Sebagai rumput perenial, tidak memerlukan nitrogen atau hebisida dan dapat tumbuh cepat dan sangat kecil kemungkinan tumbuh di atas tanaman domestik. Miscanthus memproduksi 15 hingga 25 ton per hektar dari lahan yang subur, ilmuwan memperkirakan jika tumbuh di lahan marginal kecenderungannya akan lebih sedikit. Para ilmuwan juga menari rumput lokal lainnya seperti fescue, rumput agrrek dan rumput canary reeds.
Rumput-rumput ini dapat ditambahkan sebagai feedstock untuk digester anaerobik untuk memproduksi bensin cair. Sebagai alternatif, petani dapat membungkus rumput dalam sebuah fasilitas pembakaran untuk memproduksi energi atau panas.
Sumber: inhabitat.com

Para ilmuwan menemukan cara untuk membuat biofuel mulai dari alga hingga kotoran bakteria dan sekarang beralih ke rumput. Proyek penelitian baru di Eropa bernama GrassMargins mencari cara untuk menemukan rumput perenial yang dapat tumbuh satu tahun untuk biofuel. Jika sukses, proyek ini dapat menawarkan sebuag energi terbarukan yang dapat tumbuh di mana saja, yang mana akan menambah ketersediaan bahan bakar bersih disaat yang sama menurunkan harganya. Namun harus dicari tahu dulu jenis rumput yang mana yang sesuai.
Tujuan utama dari proyek ini adalah memilih tanaman rumput yang dapat tumbuh di tanah marginal yang tidak sesuai dengan tanaha untuk menumbuhkan makanan. Penelitian ini merupakan kolaborasi masif antara universitas seperti diantaranya Teagasc, The Swedish University of Agricultural Sciences dan The University of Sheffield. Uni Eropa juga menginvestasikan ketertarikannya di dalam proyek ini karena Irlandia telah mengalami tanah yang rawan banjir, Eropa Utara memiliki temperatur dingin dan Eropa Selatan memiliki isu toleransi garam.
Salah satu kandidat tanaman yang diteliti adalag jenis Miscanthus dari Asia Tenggara. Sebagai rumput perenial, tidak memerlukan nitrogen atau hebisida dan dapat tumbuh cepat dan sangat kecil kemungkinan tumbuh di atas tanaman domestik. Miscanthus memproduksi 15 hingga 25 ton per hektar dari lahan yang subur, ilmuwan memperkirakan jika tumbuh di lahan marginal kecenderungannya akan lebih sedikit. Para ilmuwan juga menari rumput lokal lainnya seperti fescue, rumput agrrek dan rumput canary reeds.
Rumput-rumput ini dapat ditambahkan sebagai feedstock untuk digester anaerobik untuk memproduksi bensin cair. Sebagai alternatif, petani dapat membungkus rumput dalam sebuah fasilitas pembakaran untuk memproduksi energi atau panas.
Sumber: inhabitat.com
Rabu, 18 September 2013
Cara untuk Mengurangi Emisi Karbon Dioksida dari Transportasi
bekerja
14.54
ekonomi hijau
,
Emisi
,
emisi dari transportasi
,
energi
,
laut dan udara
,
Lingkungan
,
mengurangi emisi dari sektor transportasi udara
,
Pembangunan Berkelanjutan
,
perubahan iklim
,
Transportasi
,
transportasi darat
2 komentar
:

Keamanan pasokan energi dan perubahan iklim ada di agenda energi global. Sektor transportasi juga mendapatkan perhatian karena hampir setiap sarana transportasi dengan darat, udara dan laut menggunakan bahan bakar fosil dan melepaskan CO2. Konsumsi energi untuk keperluan transportasi merupakan 20% dari total konsumsi energi dunia. Yang paling penting adalah untuk memperkenalkan energi terbarukan di sektor transportasi dan memiliki sistem energi terintegrasi. Melalui darat, udara dan laut ada banyak peluang untuk mengurangi emisi CO2.
Darat
Mobil pribadi: Jumlah mobil di dunia yang berkembang pesat. Dalam jangka pendek yang mungkin untuk membuat mobil jauh lebih irit bahan bakar. Dalam mobil listrik jangka panjang, energi dapat dibebankan oleh turbin angin, misalnya. Dalam jangka panjang, mobil didukung oleh sel bahan bakar dan hidrogen dapat melengkapi mobil listrik. Biaya jalan atau pajak/kontribusi jalan juga dapat membantu mengurangi emisi CO2, mengatur lalu lintas dan mengurangi polusi lokal. Harus ada penekanan pada lebih banyak jenis bahan bakar alternatif, sehingga kegiatan transportasi penting tidak terpengaruh oleh kegagalan pasokan.
Van dan truk: mesin diesel sejauh ini telah menjadi cara yang paling efisien transportasi barang di jalan raya. Alternatif lainnya bahan bakar gas. Teknologi baterai saat ini tidak cocok untuk truk bertenaga listrik. Namun, distribusi barang di kota-kota dapat dilakukan dengan van listrik kecil. Para supir dapat dilatih dalam mengelola energi secara efisien. Pajak dan bea dapat memberikan solusi transportasi yang lebih baik dan lebih cerdas dengan konsumsi energi yang lebih rendah.
Laut
Pelayaran internasional: Bertanggungjawab untuk 90% dari transportasi global barang. Dalam rangka untuk mengurangi emisi CO2, pengiriman bisa disesuaikan dengan lalu lintas lebih lambat, serta perencanaan yang lebih baik dari rute dan logistik. Hal ini bisa menghemat 10-15% dari emisi CO2. Kapal-kapal selanjutnya dapat dibangun dengan baling-baling yang lebih baik, sekam dengan resistensi sedikit air dan jenis baru cat halus bawah akan digunakan. Angin dan tenaga surya juga dapat digunakan bersama-sama dengan teknologi mesin yang lebih baik. Hal ini bisa menghemat 10-15% dari emisi CO2. Ketiga, bisa ada undang-undang untuk mencapai pengurangan emisi CO2 . Ini juga bisa menghemat 10-15% emisi CO2 dari transportasi laut. Untuk tidak mendistorsi persaingan, undang-undang tersebut harus disepakati secara internasional.
Udara
Penumpang transportasi udara: Pesawat dapat menggunakan bahan bakar yang jauh lebih efisien. Bahan konstruksi bisa lebih ringan. Hambatan udara dari pesawat dapat dikurangi. Hidrolik bisa diganti dengan mesin listrik. Energi surya dapat digunakan dalam cara yang jauh lebih baik. Sel bahan bakar yang efisien dan ramah iklim dapat menghasilkan listrik untuk semua instalasi listrik di pesawat. Kecepatan penerbangan dapat dikurangi, yaitu jika penumpang bersedia menerima penerbangan yang jauh lebih panjang. Adapun rute di bawah 800 kilometer, pesawat bisa diganti dengan kereta api berkecepatan tinggi. Bahan bakar fosil untuk mesin pesawat dapat digantikan dengan biofuel.
Kontrol lalu lintas udara dapat dioptimalkan sehingga pesawat menghindari menunggu di bandara sebelum keberangkatan atau di udara sebelum mendarat. Seluruh wilayah udara dapat digunakan lebih baik, sehingga pesawat tidak perlu silang sekitar zona terlarang. Dengan mengatur penerbangan dengan udara dapat membantu mengurangi emisi CO2 dari penerbangan, tetapi harus terjadi dalam kesepakatan global agar tidak mendistorsi persaingan.
Sumber: sciencedaily.com
Minggu, 08 September 2013
Pembangkit Listrik Efisien dan Ekonomis Menangkap Emisi Karbon Dioksida
bekerja
09.50
energi
,
Finland
,
gas
,
IPPC
,
Lingkungan
,
Pembangunan Berkelanjutan
,
Spain
Tidak ada komentar
:

Sebuah konsorsium yang dipimpin oleh VTT Technical Research Centre Finlandia telah mengembangkan teknologi baru yang menangkap emisi karbon dioksida dari pembangkit listrik yang lebih ekonomis dan ekologis. Teknologi baru ini didasarkan pada kombinasi tradisional pembakaran yang dicairkan dan pembakaran oxyfuel, memungkinkan penggunaan lebih luas dari bahan bakar yang lebih murah dan bahkan biomassa.
International Energy Agency IEA menganggap penangkapan karbon dioksida penting jika target pengurangan emisi yang ditetapkan untuk gas rumah kaca yang harus dipenuhi. Menurut IPPC, emisi karbon dioksida harus dikurangi 50-85% pada tahun 2050. Mencapai target ini berarti setiap tahun puluhan pembangkit listrik tambahan dengan menggunakan sistim penangkap karbon.
Keuntungan yang beredar dari pembakaran dicairkan termasuk efisiensi tinggi, bahan bakar fleksibilitas dan pilihan untuk menggunakan sebagian besar biomassa dalam bahan bakar. Kenaikan harga energi dan kelelahan cadangan bahan bakar berkualitas baik berarti saat ini lebih menguntungkan untuk menggunakan bahan bakar berkualitas rendah. Bahan bakar-fleksibilitas dimungkinkan oleh teknologi baru ini akan mengurangi ketergantungan pada batubara impor dan menciptakan penghematan biaya, karena pilihan yang lebih murah, termasuk batubara limbah, dapat digunakan untuk bahan bakar.
Teknologi ini terbukti di pabrik demonstrasi di Spanyol (30 MWth), secara skala terbesar dalam operasional pabrik pembakaran oxyfuel di dunia. Proyek ini juga mengembangkan konsep skala komersial untuk pabrik 300MWe. Teknologi yang dikembangkan dalam proyek memungkinkan penangkapan karbon dioksida yang dihasilkan oleh pembangkit listrik, tetapi implementasi komersial secara luas akan membutuhkan keputusan politik dan undang-undang baru, terutama yang berkaitan dengan pembuangan akhir penyimpanan dan karbon dioksida.
Sumber: sciencedaily.com
Senin, 11 Februari 2013
Negara Yang Menurunkan Emisi Melalui Peningkatan Intensitas Energinya

Melakukan penurunan emisi secara global dengan target 50% carbon dioksida sampai dengan tahun 2050 untuk menghindar dampak terburuk dari perubahan iklim di seluruh dunia telah menjadi pekerjaan rumah untuk setiap negara utamanya negara maju. Pencapaian target ini hanya dapat dicapai dengan decarbonize atau penurunan ketergantungan penggunaan energi fosil. Mengurangi emisi CO2 pada setiap unit aktivitas ekonomi dengan target 4% per tahun diharapkan dapat tercapai untuk menjaga kondisi bumi seperti saat ini.
Angka mengurangi 4% mungkin tampak kecil, tetapi apabila kita mempertimbangkan pertumbuhan emisi yang terjadi sejak era industrialisasi manusia pada tahun 1860 yang tumbuh secara stagnan dan meningkat sebesar 1,3%.
Pada tingkatan suatu negara mencapai angka decarbonisasi 4% per tahun sangat sulit untuk dicapai di negara maju sekalipun. Penelitian terbaru dari Breakthrough Institute yang meneliti sejarah tingkat decarbonisasi diantara negara-negara maju yang termasuk dalam Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)
Mencermati tingkat perkembangan decarbonisasi pada negara-negara OECD secara historis pada kelanjutan decarbonisasi yang dicapai negara maju hingga saat ini. Hal ini akan memberikan pandangan mengenai arah kebijakan suatu negara dalam berkontribusi untuk penurunan emisi secara global untuk mitigasi perubahan iklim.
Analisis: Negara Apa Yang Mengurangi Intensitas Carbon Paling Agresif?
Analisa ini meneliti sejarah decarbonisasi 26 negara OECD dengan rentang waktu 1971-2006. Negara anggota OECD yang tidak termasuk dalam data ini adalah Estonia, Slovenia, Iceland, Luxemborg, Republik Ceko, Republik Slovakia. Data GDP dan populasi berasal dari Angus Maddison, sementara data energi dan emisi CO2 dari Internaional Energy Agency (IEA) energy statistic database.
Secara rata-rata dalam rentang waktu 1971-2006 ke-26 negara OECD melakukan decarbonisasi 1,5% sedikit lebih baik dari capaian global pada tingkat 1,3%. Swedia memimpin prosentase penurunan emisi dengan 3,6% pertahun dan Portugal masih berkontribusi pada pertumbuhan emisinya sebesar 0,7% pertahun.
Hanya terdapat lima negara yang mampu melakukan decarbonisasi secara berkelanjutan tiap tahunnya sehingga secara historis menurunkan angka pertumbuhan emisinya hingga dua digit. Yaitu, Swedia (3,6%), Irlandia (3,2%), Inggris dan Perancis (2,8%) serta Belgia (2,6%).
Sedangkan Jerman (2,5%), Amerika Serikat, Denmark dan Polandia (2,3%) Hungaria dan Belanda (2,0%) mencapai penurunan lebih baik dari rata-rata global.

Faktor Utama Pendorong Decarbonisasi
Decarbonisasi terdorong oleh dua faktor utama dalam aktivitas ekonomi suatu negara yaitu; perubahan intensitas energi pada aktivitas ekonomi (atau penggunaan energi per unit GDP) dan perubahan pada intensitas carbon pada suplai energi (atau CO2 per unit energi).
Angka rata-rata tahunan dari perubahan CO2/GDP adalah total dari rata-rata perubahan Energi/GDP dan CO2/Energi, sehingga memungkinkan untuk di telisik perubahan intensitas energi dalam setiap negara atau intensitas karbon dari suplai energi yang mendorong decarbonisasi.
Pada lima negara teratas, kondisi ini dapat dipisahkan menjadi dua arah. Swedia dan Prancis melakukan decarbonisasi dengan merubah suplai energinya, sedangkan Irlandia dan Inggris melakukannya dengan meningkatkan intensitas energinya. Decarbonisasi di Belgia di dorong dengan kedua faktor tersebut. Dua strategi decarbonisasi tersebut dijabarkan sebagai berikut;
Swedia dan Prancis: Pemerintah mendorong dari Suplai Energi Zero-Carbon
Swedia dan Prancis melakukan decarbonisasi pada aktivitas ekonomi mereka dengan transformasi arah kebijakan suplai energi mereka. Terkait dengan "oil shocks" pada era 1970an. Swedia dan Prancis menggunakan arah kebijakan pemerintah untuk menggantikan suplai energi dari minyak bumi, dengan meningkatkan program nuklir baru mereka. Rendahnya penggunaan batu bara dan konflik di masa lalu dengan Jerman pada Perang Dunia kedua membuat Prancis meningkatkan proyek pembangkit listrik tenaga nuklir mereka untuk menggantikan pembangkit listrik batu bara yang tersisa sehingga meningkatkan bauran energi nasional Prancis.
Pada gambar dibawah menunjukkan peningkatan yang signifikan dari pengembangan proyek pembangkit listrik nuklir sejak tahun 1971 sampai dengan tahun 1986 unguk menggantikan minyak bumi pada suplai energi utama Swedia yang berkomposisi terbesar pada sektor energi nuklir dan hydro. Ketergantungan minyak bumi hanya digunakan untuk transportasi, sektor energi terbarukan (dari biomassa untuk penghangat). Bauran energi Swedia saat ini 65% zero carbon dan mempunyai komposisi yang bercampur dari tenaga hydro, nuklir, biomassa dan sedikit dari batubara.

Seperti halnya Swedia, pada komposisi bauran energi Perancis yang secara signifikan meningkatkan program nuklir mereka untuk menggantikan minyak bumi dan batu bara. Kebijakan nuklir pemerintah Perancis secara langsung dikendalikan oleh pemerintah dalam hal penelitian, pengembangan dan instalasi teknologi nuklir mereka untuk menjamin keberlanjutannya.
Mungkin hal yang paling krusial dalam kebijakan nuklir Perancis adalah strategi procurement-nya yang tersentral pada satu standar teknologi produksi nuklirnya. Yaitu, reaktor tekanan air dari satu manufaktur, Framatome (sekarang Areva NC) perusahaan yang dimiliki pemerintah. Fokus pada satu jenis tipe reaktor dan standarisasi oleh pemerintah serta skala ekonominya membuat pertumbuhan dan instalasinya cepat dalam mengembangkan industri nuklir. Perancis memiliki 59 reaktor nuklir yang menghasilkan 63 gigawatts listrik pada tahun 2007, yang memenuhi 75% suplai energi nasional, dengan tambahan dari energi listrik hydro. 90% listrik Perancis dihasilkan dari dua jenis energi tersebut.

Irlandia dan Inggris: Deindustrialisasi dan Perubahan Sektor Aktivitas Ekonomi
Perbedaan kontras dari Swedia dan Perancis pada Irlandia dan Inggris yang menganut prinsip meningkatkan intensitas energi yang mengarah pada decarbonisasi. 89% decarbonisasi di Irlandia dan 78% di Inggris didatangkan dari pengurangan dalam Energi/GDP
Umumnya perbaikan dalam intensitas energi dipandang meningkatkan efisiensi energi. Realitasnya dua isu ini membuat asumsi semakin runyam: Pertama, perubahan secara sektoral dalam aktivitas ekonomi nasional secara signifikan berdapat pada intensitas output ekonomi, dengan intensitas energi di pertanian atau industri dengan jasa, sebagai contohnya. Kedua, peningkatan dalam energi efisiensi dari teknologi pembangkit listrik akan membuat perubahan trend intensitas energi, walaupun perhitungan tersebut berkaitan dengan kebijakan dan faktor produksi energi.
Pada kasus Inggris, kedua hal tersebut tampaknya saling terkait. Industri manufaktur dalam kontribusi GDP Inggris telah menurun dari 28% pada tahun 1971 menjadi 11% pada tahun 2006, 59% penurunan, hampir dua kali penurunan pada anggota negara OECD. Import telah meningkat pada GDP Inggris dari 21% pada tahun 1971 menjadi 30% pada tahun 2006, walaupun perbandingan import ini hampir setara dengan negara anggota OECD lainnya.
Bauran energi listrik Inggris secara drastis berubah dari pembangkit listrik bertenaga batu bara menjadi gas alam dalam kebijakan "Dash for Gas" di tahun 1990 saat Margaret Thatcher bersitegang dengan kelompok tambang batu bara saat produksi gas alam berlebih di lapangan North Sea, kebijakan Dash for Gas berkontribusi dalam decarbonisasi Inggris pada suplai energi, dan meningkatkan intensitasnya. Saat pembangkit listrik batu bara lama digantikan dengan sistem kombinasi modern bersama gas alam melalui efisiensi yang meningkatkan produksinya dua kali lebih baik dari sebelumnya.

Sampai dengan tahun 1990 Inggris secara agresif telah mengimplementasikan kebijakan efisiensi energi yang siginifikan menurut IEA. Peningkatan intensitas energi Inggris tersebut membantu deindustrialisasi dan merubah wajah ekonomi Inggris dan sektor pembangkit listrik pada usaha memperbaiki efisiensi energi dan konsumsi energinya.
Irlandia mempunyai karakter perubahan yang serupa dengan Inggris pada transisi ekonomi mereka dalam periode waktu 1971 hingga 2006. Sektor manufaktur mempunyai kontribusi yang kurang lebih sama tetapi pada sektor pertanian menurun sebanyak 15% pada tahun 1971 menjadi 1% pada tahun 2006 pada kontribusi GDP Irlandia. Pada saat yang sama peningkatan sektor jasa, retail dan perdagangang, restoran dan hotel meningkat hampir dua kalinya dari 22% pada tahun 1971 menjadi 41% pada tahun 2006. Walaupun perubahan transisi aktivitas ekonomi ini memberikan kontribusi pada peningkatan intensitas energi Irlandia saat ini.
Kesimpulan
Melalui ilustrasi diatas maka usaha untuk melakukan decarbonisasi 4% pertahun dapa dicapai dengan arah kebijakan pemerintahan suatu negara untuk menerapkan teknologi zero-carbon di sisi suplai energi. Swedia dan Perancis mencapai peningkatan energi bersih mereka pertahun 2-2,5% pertahunnya, dari tahun 1971 hingga 2006.
Perubahan sektor aktivitas ekonomi pada kasus Inggris dan Irlandia juga menjadi faktor intensitas energi karena terjadinya deindustrialisasi telah mendorong decarbonisasi dengan intervensi pemerintah melalui perubahan bauran energi di sisi suplai.
Tampaknya arah kebijakan energi bersih atas dorongan pemerintah menjadi kunci utama keberhasilan decarbonisasi lebih lanjut. Posisi Indonesia saat ini menunjukkan adanya etikat dari pemerintah pada arah bauran energi terbarukan dengan perbaikan kebijakan di pembangkit listrik energi terbarukan seperti geothermal, hydro, surya dan angin.
sumber: theenergycollective
Sabtu, 22 Desember 2012
Gadget Solar Panel Untuk Masa Depan

Lagipula penggunaan gadget solar akan membuat kehidupan lebih bergaya dan keren. Energi gratis dan tidak terbatas dengan gadget yang keren. Jadi bisa dipastikan bahwa gadget solar seharusnya mempunyai dua keunggulan setidaknya hal itu tertanam di benak para eksekutif pemasaran.
Tentu saja, terkadang mereka mempunyai banyak kepentingan. Handphone bertenaga surya, obor, pengisi baterai, lampu kemah dan semua alat akan menjadi praktis, bandingkan dengan kalkulator bertenaga surya yang telah menjadi bagian dari kehidupan kita selama lebih dari 30 tahun terakhir.
Sayangnya, terkadang desain gadget solar ini mempunyai bentuk dan bagian yang aneh. Beberapa gadget tampak canggung dan tidak praktis, sehingga tampak sia-sia. Dibutuhkan desainer yang mendesain gadget solar untuk membuat tampilannya lebih keren dan canggih sehingga orang tidak bekerberatan menggunakannya.
Berikut adalah daftar gadget surya yang paling gunanya dan tersedia di pasaran saat ini:

Topi ini dilengkapi dengan solar panel dibagian atasnya untuk memberikan tenaga kipas angin kepada penggunanya di hari yang panas dan terik, sehingga lumayan anda tidak perlu menggunakan buku atau kipas untuk mendapatkan hembusan angin.
Tas Solar Panel

Atau dapat ditinggalkan di dalam mobil yang mendapatkan paparan sinar, sehingga ketika saat shopping selesai Anda mendapatkan Hp anda terisi penuh kembali. Tas ini dibanderol harga $300 USD, setara Tiga juta rupiah.

Solar Panel yang diletakkan diatas atap rumah burung ini dapat menyalakan lampu saat malam, idenya adalah untuk menarik perhatian serangga pada malam hari sehingga memberikan kudapan pada peliharaan burun anda.
Solar panel pada Gantungan Kunci
Solar panel pada gantungan kunci ini dapat bersinar di saat ruangan gelap gulita sehingga anda tidak perlu kebingungan mencari dimana kunci mobil atau rumah anda berada.

Triumph lingerie memperkenalkan baju renang yang menggunakan solar panel sehingga ketika berjemur anda dapat mengisi ulang batere HP ataupun Ipod anda
Jadi pada masa depan kita akan melihat solar panel akan menjadi bagian hidup kita untuk mendapatkan energi bersih yang terbarukan.
sumber: solarelectricityhandbook
Langganan:
Postingan
(
Atom
)