Sebesar 90 persen bahan bakar di Indonesia bersumber dari energi fosil yang sebagian besar diimpor, sumber energi terbarukan harus disiapkan segera.
Berbagai riset menunjukkan beragam tanaman bisa menghasikan minyak nabati untuk pembuatan biodiesel atau tanaman penghasil karbohidrat untuk produksi bioetanol. Salah satu contohnya adalah tanaan buah jarak yang beberapa waktu populer. Sumber bahan bakar biodiesel yang lainnya adalah tanaman Nyamplung (Calophyllum inophyllum L). Dalam Buku Budidaya Tanaman Nyamplung untuk Bioenergi dan Prospek Pemanfaatan Lainnya menyebutkan bahwa tanaman ini memiliki produktivitas biji yang tinggi 20 ton per hektar per tahun, bila dibandingkan dengan tanaman jarak pagar (5 ton per hektar per tahun) dan sawit (6 ton per hektar per tahun). Nilai rendemennya juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan buah jarak yang dikenal sebagai sumber biodiesel sejak jaman penjajahan Jepang. Di Indonesia, habitat tanaman ini bisa ditemuai di semua pulau utama terutama di daerah marjinal atau miskin hara dan tepi pantai sebagai tanaman liar dan belum dibudidayakan.
Bagi mesin, minyak biodiesel nyamplung bisa dicampur dengan minyak solar atau digunakan murni. Minyak nyamplung juga teruji ama serta bersih dari timbal dan logam berat lainnya. Pengolahan biji nyamplung menjadi biodiesel juga bisa dimanfaatkan limbahnya bagi bahan medis, pengawet makanan dan pakan ternak. Bahan medis kumarin didaptkan dari proses memisahkan minyak dari getah dan dimanfaatkan sebagai antioksidan, anti koagulan dan anti bakteri. Limbah lainnya berupa cangkang atau tempurung dapat diubah menjadi briket arang. Asap dari proses pengarangan bida dikumpulkan menjadi asap cari untuk dijadkan bahan pengawet, pupuk car dan pestisisa ramah lingkungan. Limbah padat dari perasan biji nyamplung menghasilkan bungkil atau ampas kering yang dapat digunakan untuk pakan ternak.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah bekerjasama dengan Kementrian ESDM untuk pengembangan nyamplung sebagai biodiesel. Dirjen Bina Usaha Kehutanan mencanangkan lahan 400.000 hektar bagi hutan tanaman energi, termasuk di dalamnya nyamplung. Di sisi hilir Kementrian ESDM menargetkan kandungan minyak nabati dalam solar 20% pada tahun 2016.Jangan sampai nyamplung dan sumber biodiesel lain bernasib sama seperti buah jarak: tanpa disiapkan industri dan pasarnya.
Sumber: Kompas
Tidak ada komentar :
Posting Komentar