Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 18 Maret 2013

Sampah Plastik Terlihat Seperti Makhluk Lautan

5 komentar :
Ratusan ribu kura-kura laut, paus dan binatang laut dan lebih dari 1 juta burung mati setiap tahun disebabkan oleh polusi di lautan dan makan atau terjebak dalam sampah di lautan. Hewan-hewan ini mengira sampah-sampah ini sebagai makanan. Sampah laut adalah limbah buatan manusia yang secara langsung atau tidak langsung dan yang dibuang ke lautan, sungai, dan perairan lainnya.

Setiap tahun, 10.000 elang remaja setiap tahun karena kelaparan di atol Midway antara Hawaii dan Jepang. Mereka kelaparan karena orang tua mereka memberi mereka makan potongan-potongan kecil plastik, ditemukan mengambang di laut yang terlihat sangat seperti makhluk laut kecil yang biasanya akan membuat bagian dari diet mereka.


Tas plastik dapat mencapai 1000 tahun untuk terurai dan meskipun hewan-hewan mati dan terurai setelah menelan sampah ini, plastik masuk kembai ke alam dan berlanjut  untuk mengancam alam dan satwa liar. Sementara plastik-plastik tersebut pada akhirnya akan menjadi partikel-partikel kecil, makhluk-makhluk kecil masih memiliki kemungkinan untuk memakan fragmen berukuran pasir dan terkonsentrasi racun kimia dalam tubuh mereka.



Sebagian besar sampah-sampah plastik ini sampai di lautan lewat sungai, dan 80% berasal dari landfill dan sumber perkotaan lainnua. Sampah ini juga dikonsumsi ikan dan dapat menjerat hiu dan merusak koral, cenderung mengumpul di pusaran di samudra dan sepanjang garis pantai. Peneliti juga memperkirakan bahwa setiap 2,2 pon (1 kg) plankton di area ini, ada 13,2 pon (6 kilogram) plastik. Item sampah lautan termasuk barang yang termasuk kaleng, putung rokok, tas plastik dan botol, styrofoam, balon, pematik api dan sikat gigi. Perlengkapan untuk menangkap ikan yang sudah tidak terpakai dan dibuang, jaring-jaring dan pelampung dapat berbahaya bagi kehidupan lautan karena bila tidak dibuang dengan baik dapat tidak sengaja menjebak hewan lautan.

Objek Plastik vs Sampah Lautan

Dari deskripsi di atas sudah jelas bahwa sampah plastik merupakan isu yang serius dan berbahaya bagi kehidupan lautan. Sampah-sampah plastik ini yang akhirnya sampai ke perairan terbuka dan sering disangka makanan oleh hewan lautan. Bila Anda meligat foto-foto hasil karya Kim Preston, yang menempatkan objek plastik sedemikian rupa, Anda akan paham mengapa hewan-hewan laut salah mengira plastik-plastik ini sebagai makanan.







Hasil karya fotograsinya dengan mengkomposisikan melayang di antara bidang kebiruan, objek plastik seperti jeli, ikan, polip dan makhluk laut lainnya yang bisa dimakan. Seri karyanya ini berjudul "Plastic Pacific" dan menampilkan objek plastik yang biasa kita lihat dan gunakan setiap hari, hanya mereka dibuat seperti makhluk lautan yang siap dimangsa.





Hal ini sangat menggembirakanmelihat lebih banyak fotografer datang dengan konsep-konsep cerdas untuk membawa perhatian pada isu-isu penting, seperti yang dilakukan Preston melalui karya "Plastic Pacific". Membuat seni yang melekat dalam ingatan masyarakat adalah cara yang sangat berharga untuk menginspirasi menuju ke arah perubahan yang nyata.

Sampah Plastik harus segera dibatasi!

Cina mengumumkan akan melarang produksi dan distribusi tas sangat tipis sejak 1 Juni. Peraturan ini akan melarang untuk memproduksi, menjual dan menggunakan sampah pllastik dibawah ketebalan 0,025 mm dan melarang supermarket dan pertokoan di penjuru negei untuk  membagikan kantong-kantong ini secara gratis. Dengan pergerakan ini, Cina tergabung dalam daftar daerah dari San Francisco ke Afrika Selatan, yang menggunakan pajak, pelarangan dan peraturan lainnya untuk mencoba mengurangi penggunaan tas jenis ini.Bandingkan dengan pemerintah Italia yang secara resmi melarang penggunaan kantong plastik (tas kresek) sejak tahun 2011. Perdana Menteri Italia saat itu, Silvio Berlusconi mengeluarkan aturan yang melarang toko dan supermarket menggunakan tas kresek. Aturan ini, membuat Italia menjadi negara Uni Eropa pertama yang memberlakukan larangan pemakaian tas plastik. Kabarnya, Prancis pun mulai menyusul Italia.

Bagaimana dengan di Indonesia? Di Indonesia, penggunaan kantong plastik masih 'semena-mena'. Penggunaan plastik sebagai kantong masih bebas. Tapi, kini, setidaknya telah mulai bermunculan gerakan sosial pengurangan pemakaian tas kresek atau kantong plastik dengan cara membawa tas belanja sendiri. Gerakan ini muncul karena mereka galau melihat budaya tas kresek yang semakin merajalela. Mereka tidak menggunakan tas kresek, karena memang mengandung bahan kimia yang berbahaya. Tak heran sejak pertengahan tahun lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan peringatan resmi tentang bahaya tas kresek. Berdasarkan hasil penelitiannya, kantong kresek, terutama yang berwarna hitam, merupakan produk daur ulang yang mengandung bahan kimia berbahaya.

Tak hanya itu, dalam proses daur ulang, produsen juga tak memerhatikan riwayatnya. Apakah bekas wadah pestisida, limbah rumah sakit, kotoran hewan, kotoran manusia, atau limbah logam berat. BPOM meminta masyarakat tak menggunakan kantong kresek sebagai wadah makanan, terutama makanan siap santap. Selain diragukan kebersihannya, kantong kresek berwarna dikhawatirkan mengandung zat karsinogen, yang dalam pemakaian jangka panjang dapat memicu kanker.

Bahan kimia plastik tak hanya mudah terurai dan migrasi ketika terkena makanan panas. Namun, juga makanan mengandung asam, cuka, vitamin C, berminyak atau berlemak. Tak berlebihan, jika Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan Institut Pertanian Bogor (IPB) mengimbau agar daging kurban tidak dimasukkan dalam kantong kresek, terutama warna hitam.

Selain kantong kresek, kemasan plastik berbahan polivinil klorida (PVC) dan kemasan makanan styrofoam juga berisiko melepaskan bahan kimia berbahaya. Jangan menggunakan kemasan makanan mengandung PVC sebagai wadah makanan panas, berminyak, berlemak atau mengandung alkohol.

Selain itu, tas kresek juga bisa menjadi pemicu kanker dan juga memerlukan waktu 50-100 tahun untuk terurai. Beberapa jenis plastik bahkan dapat bertahan hingga ribuan tahun. Untuk plastik Oxium yang digembar-gemborkan dapat terurai dengan sendirinya, pada kenyataannya tidaklah demikian.

Sumber: berbagai sumber

5 komentar :

  1. kotoran hewan, kotoran manusia, atau limbah logam berat obat tradisional penyakit asam lambung

    BalasHapus
  2. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan Institut Pertanian

    BalasHapus
  3. itemukan mengambang di laut yang terlihat sangat seperti makhluk laut kecil yang biasanya akan membuat bagian dari diet mereka

    BalasHapus
  4. Dari pada menggunakan kemasan plastik, mending sekarang menggunakan kemasan Greenpack. Kemasan ini sangatlah aman untuk makanan dan juga ramah lingkungan.
    Bagi Anda yang mau tahu lebih lanjut bisa cek selengkapnya di sini http://www.greenpack.co.id/

    BalasHapus