![]() |
Salah satu contoh Kebun Komunitas Urban, tanaman hia berbungan turut menghiasi kebun |
Ada beberapa perbedaan yang bisa ditemukan. Di Indonesia, pada umumnya Kebun Komunitas Urban biasanya digalakkan di area perkampungan yang sempit karena keterbatasan lahan, di gang-gang yang dilengkapi dengan pot dan tanaman vertikal misalnya. Di Atlanta, Kebun Komunitas Urban bisa mengambil lahan kosong yang tidak produktif atau porsi kecil dari taman kota setempat dengan seijin pemerintah setempat.
![]() |
Kebun Komunitas Urban di Indonesia yang memanfaatkan lahan sempit |
Bagaimana dengan hasil Kebun Komunitas Urban ini? Bila di Amerika Serikat, bergantung pada aturan setempat, pada umumnya tidak memperbolehkan untuk dijual kecuali dengan beberapa syarat tertentu. Di Indonesia, aturan seperti ini relatif lebih longgar, hasilnya dapat dijual atau dikonsumsi sendiri.
Perbedaan lain, Kebun Komunitas Urban di Amerika Serikat pada beberapa kebun yang saya kunjungi terutama untuk daerah yang dekat dengan permukiman mengusahakan untuk menghiasi kebun mereka dengan berbagai dekorasi. Dekorasi ini dengan membahkan fitur seperti patung, mainan anak, gerbang yang mengundang dan lain sebagainya disesuaikan dengan selera. Hal ini dilakukan karena Kebun Komunitas memiliki reputasi yang kurang baik karena secara penampilan tidak menarik Tentunya dari sisi penataannya tentunya tidak seindah dengan taman bunga dan ini yang membuat todak begitu banyak orang tertarik untuk membuat kebun komunitas. Kebun Komunitas Urban di Indonesia lebih mengutamakan fungsi yaitu sebagai kebun sayuran, Sehingga aspek dekorasi bukan menjadi perhatian utama.
![]() |
Kebun Komunitas Urban di Ameriksa Serikat kerap ditanami tanahan hias berbunga dan didekorasi agar nampak indah |
Untuk mengatasi permasalahan ini usaha peternakan lebah untuk penyerbukan pertanian muncul untuk melayani pertanian Amerika Serikat yang umumnya dalam skala besar. Selain itu penyelidikan terus dilakukan secara gencar. Penyebab penurunan dari koloni lebah masih belum bisa dipastikan, namun berdasarkan studi terbaru hal ini terjadi karena beberapa faktor kombinasi dari penggunaan pestisida secara besar-besaran, virus yang menyerang koloni, menurunnya habitat, nutrisi dan gen yang buruk dan juga pada beberapa kasus perubahan iklim yaitu musim dingin dan atau kekeringan yang berkepanjangan. Tercatat juga pafa tahun 1980an praktek penggunaan herbisida dan pestisida untuk menghilangkan hama tanaman secara besar-besaran ditengarai memiliki efek samping bagi lebah.
Penurunan koloni lebah ini juga berdampak secara telak terhadap penurunan produksi madu dalam negeri Amerika. Pada tahun 2006 ketika masalah penurunan populasi ini dikenali, California tepat berada di atas North Dakota dalam produksi madu. Tapi dengan penurunan jumlah lebah pada tahun 2011, produksi madu California turun hampir setengahnya hanya dalam waktu enam tahun. Kekeringan parah baru-baru di California telah menjadi faktor tambahan, karena kurangnya hujan berarti lebih sedikit bunga yang tersedia untuk penyerbukan.
Bagaimana dengan di Indonesia? Sejauh ini belum ditemukan permasalahan yang serupa, meskipun demikian hal ini merupakan pelajaran yang berharga. Lebah yang selama ini tidak menjadi perhatian dan diremehkan ternyata memiliki peran penting dalam siklus pangan manusia. Oleh karena itu, sebisa mungkin pertanian yang dilakukan menggunakan praktek yang berkelanjutan. Ketergantungan terhadap pupuk kimia, pestisida dan herbisida diminimalisir untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Dalam kasus ini terbukti, ketidakhadiran lebah sangat mempengaruhi produksi pangan.
http://www.globalresearch.ca/death-and-extinction-of-the-bees/5375684
Tidak ada komentar :
Posting Komentar