
Malapetaka ekonomi dan lingkungan menjadi tidak terhindarkan kecuali negara kaya memotong konsumsi dan populasi global menjadi strabil.
Populasi dunia perlu secepatnya menjadi stabil dan konsumsi tinggi di negara-negara kaya perlu mengurangi konsumsi secara cepat untuk menghindari "kesakitan ekonomi dan lingkungan yang semakin parah", berdasarkan laporan dari Royal Society Inggris. Royal Society adalah fellowship ilmuwan dunia yang paling terkemuka dan merupakan akademi ilmiah tertua di Inggris.
Kontrasepsi harus ditawarkan ke semua wanita yang menginginkannya dan memangkas konsumsi untuk mengurangi ketidaksenjangan, berdasarkan isi studi yang dikepalai oleh ahli biologi pemenang Nobel Sir John Sulston.
Penilaian prospek kemanusiaan di 100 tahun mendatang membutuhkan 21 bulan untuk bisa selesai, yang isinya mengatakan secara tegas untuk mencapai kehidupan yang panjang dan sehat untuk 9 milyar orang yang diharapkan akan hidup pada tahun 2050, dua isu kembar yaitu populasi dan konsumsi harus didorong menjadi agenda politik dan ekonomi. Lebih lanjut laporan ini mengemukakan bahwa, dua isu ini tidak diindahkan oleh politisi dan dipandang sebelah mata oleh grup ingkungan dan pembangunan selama 20 tahun.
"Jumlah manusia yang hidup di planet ini tidak pernah setinggi ini, begitu pula dengan tingkat konsumsi tinggi pula yang belum pernah terjadi sebelumnya dan perubahan yang cepat terjadi di lingkungan. Kita memilih untuk menyeimbangkan kembali penggunakaan sumberdaya ke arah pola konsumsi yang lebih egalitarian... atau kita bisa memilih untuk tidak melakukan apa-apa dan melayang menuju spiral kesakitan ekonomi dan lingkungan yang akan mengarahkan kepada ketidaksetaraan dan tidak bersahabat di masa yang akan datang", demikian lanjut isi laporannya ini.
Dengan tingkat kecepatan populasi di negara berkembang, akan membangun sebuah kota dengan penduduk satu juta setiap lima hari dari sekarang hingga 2050, " ungkap studi ini. "Pertumbuhan populasi global tidak bisa dihindari untuk beberapa abad ke depan. Sampai 2050, diproyeksikan bahwa populasi saat ini sebesar 7 milyar orang akan tumbuh menjadi 2.3 milyar, setara yang dengan Cina dan India baru".

Dengan jumlah manusia di atas bumi tidak sama pentingnya dengan ketidaksetaraan dan konsumsinya, kata Jules Pretty, salah satu personel dari 22 kelompok kerja yang menghasilkan laporan ini. "dalam hal material akan penting bagi negara maju untuk abstain dari cetain sort of konsumsi, seperti CO2. Anda tida perlu mengkonsumsi lebih banyak untuk menjadi sehat dan berumur panjang. Kita tidak bisa memikirkan sebuah kata yang akan menjadi ketidaksetaraan seperti yang ada saat ini. Kita harus membawa 1,3 milyar orang yang hidup dibawa 1,25 $ per hari keluar dari kemiskinan absolut. Hal ini sangat penting untuk memperlambat pertumbuhan populasi di negara-negara tersebut yang tidak bisa mengimbanginya dengan layanan dasar"
Laporan ini memberikan conton Niger di Afrika barat yang telah naik harapan hidupnya selama 30 tahun belakangan namun berlipat dua kali setiap 20 tahun. "bahwakan denngan mengasumsikan bahwa tingkat total kesuburan (tfr) jatuh ke angka 3.9 di 2050, yang mana optimistik, populasi akan tumbuh dari 15.5 ke 55,5 juta tahun 2050. Sebuah masa dengan yang mana peningkatan populasi melebihi produksi mmakanan dan kebutuhan lainnya adalah sebuah kemungkinan bagi Niger. Merupakan hal yang sulit untuk melihat masa dengan yang cerah bagi suatu negara tanpa pengurangan drastis dalam hal kesuburan dan pertumbuhan populasi bersama dengan peningkatan investasi pendidikan di kesehatan dan pendidikan ", lanjut studi ini.
Sebagian besar populasi global tumbuh di abad selanjutnya akan muncul dari paling tidak 48 negara maju, yang mana 32 diantaranya di Afrika, kata Ekliya Zulu, satu dari penulis dan presiden Studi Populasi Afrika. "Melihat Afrika saja, populasi akan meningkat 2 milyar abad ini. Jika kita gagal dan tingkat kesuburan tidak turun ke angka 2.1 (dari 4.7 saat ini) populasi di sana akan mencapai 5.3 milyar. Apabila pertumbuhan populasi diperlambat, dengan memberdayakan perempuan dan menyediakan uang yang lebih pada negara yang kurang berkembang untuk pendidikan. Sebagian besar wanita menginginkan anak yang lebih sedikit. Permintaan untuk mengurangi kesuburan sudah di sana", tambahnya.
Para penulis membenarkan bahwa hal tesebut membutuhkan watu dan komitmen politik yang besar untuk pergantian pola konsumsi d negara-negara kaya, namun percaya bahwa menyediakan kontrasepsi biayanya relatif kecil. "Untuk mensuplai kebutuhan perencanaan keluarga yang tidak terpenuhi akan menjadi 6-7 milyar $ per tahun. Jumlah ini tidak banyak. malahan merupakan investasi yang sangat bagus, sangat terjangkau. tidak menyediakan keluarga berencana adalah sebuah pelanggaran hal asasi manusia".
Para penulis menolak mencantumkan angka populasi yang berkelanjutan, karena bergantung dengan pilihan gaya hidup dan konsumsi. Para penulis memperingarkan tanpa peringatan urgen kepada kemanusiaan akan menjadi masalah yang dalam. "Tekanan pada planet yang terbatas akan membuah kita secara radikal mengubah kegiatan manusia".
"Planet ini memiliki sumberdaya yang cukup untuk 9 milyar orang, namun kita hanya bisa yakin sebuah masa depan yang berkelanjuran untuk semuanya apabila kita tujuan sebagian besar fokus pada tidaksetaraan tingkat konsumsi. Mendistribusikan dengan adil sumberdaya bumi yang dikonsumsi oleh 10% dari yang terkaya akan membawa pembangunan yang mana tingkat kematian bayi akan terkurangi, lebih banyak orang memiliki akses ke pendidikan dan memberdayakan perempuan untuk menentukan ukuran keluarga mereka- yang mana akan membawa penurunan kelahiran", ungkap juru bicara Oxfam.
Sumber: guardian
Tidak ada komentar :
Posting Komentar