Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 16 Maret 2013

Terbang Menggunakan Minyak Goreng Daur Ulang

Tidak ada komentar :


KLM,  perusahaan penerbangan Belanda, telah mulai menyalakan beberapa penerbangan transatlantik dengan campuran bahan bakar 25% minyak untuk memasak dan 75% bahan bakar jet. Sebanyak 25 perjalanan penerbangan antara Bandara JFK, New York, Amerika Serikat dan Bandara Schiphol, Amsterdam, Belanda, akan ada setiap Kamis untuk 6 bulan ke depan.Hal ini dapat menjadi terobosan yang baik bagi industri penerbangan. Industri penerbangan memerlukan bahan bakar yang padar energi dan penggunaan energi listrik dalam waktu dekat belum memungkinkan untuk dilakukan. Di sisi lain limbah minyak goreng yang mungkin akan dibuang adalah "makan siang gratis" yang besar.

Pertanyaannya dari mana minyak bekas yang digunakan? Ternyata berasal dari Louisiana. Limbah minyak sisa berasal dari restoran di selatan negara bagian AS Louisiana, di mana itu digunakan untuk menggoreng berbagai makanan diantaranya cracklin, lele dan cajun. Sebelum dipakai bahan bakar untuk pesawat, disempurnakan terlebih dahulu di pabrik dekat Baton Rouge dan diangkut ke New York untuk bahan bakar penerbangan.

Meskipun beberapa ada yang mengatakan bahan bakar ini berbau seperti makanan cepat saji, minyak goreng aman untuk menyalakan pesawat jumbo jet namun memberikan pengalaman terbang yang persis sama. Bahkan lebih baik, karena dapat mengurangi emisi karbon hingga 80%.

Pada tingkat molekuler bahan bakar ini dibedakan dari bahan bakar jet minyak tanah biasa, Kapten Rick Shouten, yang mengemudikan penerbangan perdananya pekan lalu, mengatakan kepada New York Post. "Untuk pilot, hal ini benar-benar transparan dan tidak ada beda ketika Anda sedang terbang pesawat normal."

KLM telah menawarkan penerbangan yang diberikan bahan bakar biofuel untuk beberapa tahun belakangan, dengan diawali demostrasi pertama penerbangan dengan bahan bakar 50% campuran biofuel dari camelina (sebuah anggota keluarga mustard yang cukup berminyak) pada nOvember 2009. Dan sementara itu penerbangan di Belanda mulai secara reguler menggunakaan minyak memasak daur ulang pada beberapa penerbangan komersial antara Amsterdam dan pasris pada bulan Juni 2011, penggunaan  ini adalah berita untuk pertama jalinya biofuel digunakan dalam penerbangan reguler setiap minggu dalam penerbangan transatlantik.

Lalu pertanyaan selanjutnya bagaimana masa depan penerbangan dengan menggunakan minyak goreng ini? Dalam waktu dekat, minyak goreng akan digunakan untuk memasak seperti biasa daripada digunakan sebagai bahan bakar penerbangan. Hal ini disebabkan biofuel yang terbuat dari minyak goreng daur ulang mahal- sekitar 10 $ per galon, atau kira-kira tiga kali lebih mahal daripada harga bahan bakar jet reguler- hal ini disebabkan karena biaya untuk refining dan menyiapkan minyak ini untuk digunakan oleh pesawat jumbo jet.



Sebagian besar minyak goreng daur ulang saat ini digunakan sebagai bahan bakar truk diesel atau dicampur untuk bahan bakar pemanas rumah yang melewati proses konversi yang lebih sederhana. Salah satu perusahaan yang inovatif, Grease Lighting, yang berbasis di Kota New York, telah membeli minyak goreng yang sudah terpakai dari restoran lokal untuk diubah menjadi bahan bakar biodiesel sejak tahun 2011. Dan beberapa hotel di Boston, termasuk Saunders Hotel, Lenox Hotel dan Ramada Inn Boston, menggunakan minyak goreng nabati daur ulang untuk bahan bakar truk laundry dan shuttle bus hotel.

Meskipun keberlanjutan biofuel alternatif menjadikan pilihan yang ramah lingkungan untuk sebuah penerbangan yang progresif, adopsi yang lebih meluas dari penggunaan minyak goreng bekas daur ulang dibutuhkan untuk menjadikan bahan bakar ini terjangkau bagi perusahaan penerbangan yang berbujet terbatas.

Masyarakat industri penerbangan berharap adanya sokongan finansial dari pemerintah dimana penerbangan utama dalam bentuk subsidi, hibah penelitian dan manfaat pajak.

"Masih banyak hal yang harus terjadi sebelum biofuel tersedia dalam skala besar dan menjadikannya secara kompetitif ekonomis dibandingkand engan bahan bakar konvensional," uangkap KLM dalam sebuah penyataannya. "Kita tidak bisa mencapai hal ini sendirian. Kita memerlukan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak relevan terkait: bisnis, pemerintah dan masyarakat."

Sumber: berbagai sumber

Tidak ada komentar :

Posting Komentar