Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 27 Februari 2013

Kura Kura Belimbing Laut Diperkirakan Punah 20 Tahun ke Depan

Tidak ada komentar :


Sebuah tim penelitian internasional yang dipimpin oleh University of Alabama at Birmingham (UAB) telah mendokumentasikan 78% penurunan sarang dari kura-kura belimbing laut yang statusnya diambang kepunahan (26/02). Kura-kura belimbing laut merupakan spesies kura-kura terbesar di dunia.  Panjangnya bisa mencapai 2 m dan beratnya bisa mencapai 1 ton (1000 kg).


Studi yang dipublikasikan online 26 Februari pada jurnal online ilmiah Ecosphere dibentuk oleh Ecological Society of America menemukan bahwa sarang leatherback di Pantai  Jamursba Medi, Papua Barat, Indonesia - yang menyumbang 75% dari total sarang kura-kura belimbang di bagian Pasifik barat - telah menurun dari  14.455 in 1984 ke 1.532 in 2011. Kurang dari 500 kura-kura belimbing laut saat ini bersarang di tempat ini per tahun.   

Thane Wibbels, Ph.D. seorang profesor biologi reproduktif  UAB dan anggota tim penelitian yang di dalamnya terdapat ilmuwan dari Universitas Negeri Papua (UNIPA),  the National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), National Marine Fisheries Service and the World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, mengatakan bahwa kura-kura laut terbesar di dunia ini akan segera lenyap.

"Jika penurunan berlanjut, dalam 20 tahun akan menjadi sulit bagi kura-kura ini untuk menghindari kepunahan." kata  Wibbels, yang  telah mempelajari kura-kura laut sejak 1980. "Hal ini berarti jumlah kura-kura akan menajdi rendah sehingga spesies ini tidak dapat pulih."

"Kura-kura Belimbing laut adalah salah satu hewan yang paling menarik di alam, dan saat ini kita menyaksikan hewan ini menuju kepunahan di depan mata kita ", tambah Wibbels.

Kura-kura ini dapat tumbuh sampai tujuh kaki panjangnya dan berat hingga 1000 kg. Mereka dapat menyelam hingga hampir 4000 kaki dan dapat melakukan migrasi trans-Pasifik dari Indonesia ke pantai Pasifik Amerika dan kembali lagi.


Sulit membayangkan kura-kura dapat menjadi begitu besar dan bertahan di ambang kepunahan, Ricardo Tapilatu, ilmuwan bagian dari tim yang merupakan mahasiswa doktoral dan Fulbright Scholar di Departemen Biologi UAB , menunjukkan bahwa perjalanan Trans Pasifik, kura-kura ini menghadapi bahaya tertangkap dan dibunuh nelayan.

"Kura kura ini dapat bermigrasi lebih dari 7000 mil dan bepergian melewati wilayah 20 negara, jadi ini merupakan suatu masalah internasional yang kompleks" kata Tapilatu. "Sangat sulit untuk secara komprehensif menegakkan peraturan penangkapan ikan di seluruh Pasifik. "

Tim yang juga didukung oleh Peter Dutton, Ph.D menemukan bahwa ratusan sarang dibuat sepanjang musim dingin boreal yang hanya beberapa kilometer dari tempat bersarang, namun hal ini tidak berlangsung lama.

"Kami optimis mengenai populasi ini ketika tahun ini ditemukan sarang di Pantai Wermon, namun saat ini kami menemukan bahwa pantai tempat bersarang ini juga menurun pada tingkat yang sama seperti di Jamursba Medi," kata Dutton kepala Program NOAA Southwest Fisheries Science Center's Marine Turtle Genetics. 

Studi ini telah menggunakan survey-survey tahunan dari kura-kura leatherback sejak tahun 2005, dan menjadi penelilitan yang ekstensif mengenai spesies ini hingga saat ini. Tim ini mengidentifikasi empat masalah utama yang dihadapi oleh kura-kura belimbing: predator seperti babi dan anjing yang diperkenalkan di pulau dan memakan telur kura-kura; kenaikan suhu pasir yang dapat membunuh telur dan produksi pembuahan telur oleh kura-kura jantan; bahaya ditangkap oleh nelayan selama migrasi; dan panen kura-kura dewasa dan telur oleh penduduk lokal.

Tapilatu, yang juga berasal dari Papua Barat Indonesia, telah mempelajari kura-kura dan bekerja untuk konservasi kura-kura ini sejak tahun 2004. kerjanya telah direkognisi oleh NOAA, dan dia akan memimpin program konservasi kura-kura belimbing di Indonesia begitu dia mendapatkan gelar doktoral dari UAB dan kembali ke Papua.

Dia telah bekerja untuk mendidik masyarakat lokal dan membatasi panen kura-kura dewasa dan telurnya. Fokus utamanya saat ini adalah melindungi kura-kura betina, telur dan pembuahannya. Seekor kura-kura belimbing dapat mengeluarkan telur hingga 10 sarang setiap musim, yang mana lebih dari spesies kura-kura lainnya. Tapilatu mendesain cara-cara untuk mengoptimalkan kelangsungan hidup telur dan produksi hatchling dengan membatasi terhadap paparan predator dan panas melalui program manajemen pantai yang ekstensif.

"Jika kita merelokasikan sarang dari sisi yang paling hangat pantai untuk menetaskan telur, dan membangun lindungan untuk sarang di area hangat lainnya maka kita akan menambah kesuksesan penetasan hingg 80 persen atau lebih," kata Tapilatu.

"Usaha internasional untuk mengembangkan sebuah rencana managemen pantai ilmiah dengan mengevaluasi dan mengalamatkan pasa faktor yang berpengaruh pada kesuksesan penetasan seperti suhu pasir yang panas, erosi, predator babi dan merelokasi sarang untuk memaksimalkan hasil penetasan dan pembuahan, " kata Manjula Tiwari, seorang peneliti  Southwest Fisheries Science Center NOAA di La Jolla, Calif.

Wibbels, yang juga penasihat doktoral Tapilatu, mengemukakan bahwa untuk mengoptimalkan produksi merupakan komponen kunci kelangsungan hidup kura-kura belimbing, terutama melihat dari terbatasnya jumlah penetasan hingga yang bertahan hingga dewasa.

"Satu dari 1000 penetasan dapat menuju kedewasaan, sehingga memasukkan kura dewasa membuat perbedaan yang signifikan pada populasi  "

Tim peneliti percaya bahwa manajemen pantai akan membantu untuk mengurangi penurunan tahunan dalah hal jumlah sarang kura-kura, namun perlindungungan kura-kura di perairan sepanjang pasifik adalah prasyarat untuk kelangsungan hidup dan pemilihan. meskipun prediksi mereka untuk kepunahan, pada ilmuwan berharap spesies ini dapat emulai kembali untuk 20 tahun ke depan jika manajemen efektif diimplementasikan.

Sumber: sciencedaily.com

Tidak ada komentar :

Posting Komentar