Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 16 Oktober 2012

Dilema Energi Terbarukan Biofuels

Tidak ada komentar :
Biofuel memang dilematis di satu sisi kita membutuhkannya untuk menggantikan energi fosil tetapi di satu sisi ia menghancurkan hutan hujan, meningkatkan perampasan tanah di seluruh dunia, menyebabkan anak-anak kelaparan. Perusahaan Minyak dan agribisnis besar mengklaim bahwa pembakaran minyak kelapa dan minyak biji-telah mengurangi laju pemanasan global. Sementara itu Ilmu pengetahuan menunjukkan hal yang sebaliknya penggunaannya mengeluarkan emisi gas rumah kaca lebih banyak daripada bahan bakar fosil. Beberapa bahkan menyatakan bahwasanya Biofuel adalah penipuan sebuah bahaya yang disamarkan dan dijual kepada anggota Dewan dengan lobi bisnis kekuatan global. Beberapa negara bahkan memberikan subsidi untuk konsumsi biofuel.

Pemerintah Inggris saat ini berencana untuk mensubsidi bahan bakar biofuel sebesar setengah juta ton sebuah subsidi senilai puluhan juta pound per tahun untuk pembangkit listrik. Karena itu merupakan harga termurah, sebagian besar bahan bakar ini  dari tumbuhan kelapa sawit. Indonesia adalah tuan rumah dari produsen kelapa sawit terbesar di dunia berencana untuk menanam 20 juta hektar lebih untuk memproduksi minyak sawit sampai dengan tahun 2020, atau setara  empat kali luas Wales. Sehingga akan menghancurkan habitat dan ekosistem hutan hujan tropis yang memberi bencana bagi spesies orang utan dan spesies langka seperti harimau Sumatera.

Dengan mencairnya lapisan es Arktik dan pengalihan tanaman untuk bahan bakar mobil maka peran dari kekuasaan produsen tanaman untuk membuat makanan terjangkau bagi jutaan manusia terancam. Jerman dan Belanda melihat alasan lain untuk tidak memberikan subsidi ini pada tenaga listrik bertenaga biofuel.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar